"Lo suka kan sama cewek itu?" ucapan Rio tempo hari terus terngiang-ngiang di kepala Naren.
Jika boleh jujur, apa yang dikatakan Rio memang benar, Naren menyukai cewek berambut panjang itu, yang sampai saat ini masih belum diketahui namanya.
Bruk!
"Eh sorry-sorry gue gak sengaja." Karena tidak fokus, Naren tidak sengaja menabrak siswi yang sedang membawa tumpukan buku paket hingga terjatuh.
Betapa terkejutnya Naren melihat orang yang tak sengaja ia tabrak. Dia--orang yang Naren sukai.
Dengan cepat Naren membantu orang itu mengambil buku paket yang jatuh ke lantai.
"Sebagai permintaan maaf, gue bantu bawain deh," kata Naren yang mati-matian menahan gugup.
"Makasih, tapi kayanya gak perlu. Gue bisa sendiri."
"Tapi gu gak nerima penolakan dalam bentuk apapun. Tunjukin aja dimana kelas lo?"
"12 ips 2."
Naren tersenyum senang, ada dua fakta yang Naren ketahui tentang orang yang ia sukai hari ini. Yang pertama namanya, yang kedua kelasnya.
"Rania Ananta, namanya cantik kaya orangnya," batin Naren
🥀
Apa yang Naren lakukan pagi tadi menjadi trending topik siang ini. Bagaimana tidak, Narendra Aryana cucu dari pemilik sekolah SMA ARYANA sekaligus cowok yang terkenal dengan sikap dingin dan acuh itu membantu seorang siswi, terdengar seperti hal yang tidak mungkin.
Naren sama sekali tidak peduli dengan ucapan yang keluar dari siswa SMA ARYANA. Begitu pula dengan Rania, meskipun banyak siswa yang bertanya tentang apa yang sebenarnya narnya terjadi atau apa hubungannya dengan Naren, Rania hanya menjawab "Nggak ada." sungguh singkat, namun tidak dipercayai begitu saja.
"Gila, gue kira lo gak bakal turutin apa yang kam--"
"Nggak, gue kaya gini karena kemauan gue sendiri, bukan karena kalian," ucap Naren, memotong ucapan Atha.
"Eh.... Lihat deh, cewek yang lo suka gur perhatiin makin hari makin deket deh sama si ketos songong," ujar Rio. "Apa jangan-jangan mereka ada hubungan lagi," lanjutnya.
"jaga mulu lo!" Atha menyikut pelan tangan Rio, hingga Rio baru tersadar jika Naren sudah berjalan menuju Rania dan Dion, ketua osis yang mereka sebut songong itu.
"Duh... Gue ngomong apa tadi? Ngundang baku hantam banget anjirr." Rio mengusap eajahnya pasrah, berharap sesuatu yanh dipikirkannya tidak terjadi.
Naren benar-benar menghampiri Dion dan Rania yang baru saja memasuki area kantin. Pandangan ketiganya bertemu saat Naren berdiri tepat di hadapan mereka.
"Ikut gue," kata Naren sambil memegang pergelangan tangan Rania, hendak menariknya pergi namun tangan Dion menahan pergerakan keduanya.
"Lepasin tangan lo!" ucap Dion tegas.
"Lo diem, gue ada urusan sama Rania," balas Naren.
Rania yang sadar jika dibiarkan akan terjadi perkelahian, terlebih tatapan keduanya seakan bisa membunuh. Dengan cepat menerik tangan Naren menjauh dari sana.
Dengan keberanian yang setipis kertas, Rania membawa Naren ke atap. Tempat murid-murud tidak tahu diri membolos.
"Urusan kita udah selesai, tapi gue tahu ada yang pengen lo omongin, kan?" tanya Rania.
Naren tersenyum tipis."Ternyata lo peka juga ya? Sebelumnya lo udah tahu gue kan? "
"Nggak," jawab Rania sepontan, membuat Naren terkejut mendengarnya.
"Kalau gitu kenalin, gue Narendra Aryana--"
"Cucu dari pemilik sekolah," ucap keduanya bersamaan.
"Pertanyaan lo gak berfaedah, gak mungkin ada siswa yang gak tahu sama lo."
Naren terkekeh. "Ini yang gue suka dari lo, Ran," ucapnya dalam hati.
"Kenapa ketawa? Gak ada yang lucu juga."
"Ada."
"Apa?"
"Lo. Lo lucu, jadi mulai sekarang lo milik gue, istilahnya mulai sekarang kita pacaran, dan gue gak nerima bantahan." Naren langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Naren merasa senang namun cukup merutuki ide gilanya itu.
"Cowok gila!" Maki Rania.
🥀
"Lo mau kemana? Buru-buru amat." ucapan Atha membuat langkah Naren terhenti.
"Jemput masa depan gue," jawabnya yang langsung melesat pergi. Atha dan Rio hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tingkah Naren.
"Temen lo bisa bucin juga ya ternyata," kata Atha.
"Dia juga temen lo ya, sat," balas Rio.
12 IPS 2, di depan kelas itu Naren menunggu Rania. Kehadiran Naren membuat murid 12 IPS 2 terkejut, tak terkecuali Rania.
"Kenapa diem? Ayo pulang!" ucar Naren seraya menarik tangan Rania lembut.
Rania yang masih terkejut hanya bisa mengikuti langkah Naren yang lebar.
Di sepanjang koridor keduanya tak luput dari perhatian para siswa yang belum pulang. Mereka cukup terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Ayo naik." kata itu seolah menyadarakan Rania.
"Nggak, ngapain lo bawa gue ke sini?"
"Ya buat pulang lah, ayo gue anterin," tutur Naren.
Rania berdecak kemundian kakinya melangkah hendak meninggalkan Naren. Namun tangan Naren lebih dulu mencegahnya.
"Gue bilang gak mau, Tuan Narendra yang terhormat. Gue bisa pulang sendiri!" ketus Rania.
"Nggak, lo pulang bareng gue. Ayo cepetan naik."
Rania hendak kembali menolak, namun sudut matanya menagkap seseorang yang Rania benci berdiri tak jauh dari sana.
Akhirnya mau tidak mau Rania naik ke motor yang Naren kendarai. Moodnya sudah hancur, meski hanya untuk menolak ajakan dari laki-laki yang sempat ia katai gila ini.
"Nah gitu dong. Sekarang pegangan," kata Naren.
Rania mendengus kesal. "Banyak mau, lo!" Tangan Rania terulur pada pundak Naren. "Udah, ayo cepet jalan."
Bukannya menuruti apa yang Rania katakan, Naren malah menarik tangan Rania agar melingkar di perutnya.
"Pegangan itu kaya gini, lain kali jangan pegangan kaya tadi, kamu bisa jatuh," ujar Naren.
"Modus lo!"
Untuk karakternya terserah khayalan kalian aja ya, takutnya kalian nggak srek sama yang aku pake..
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Badai Reda
Teen FictionRania dipaksa menjadi pacar seorang Narendra Aryana, yang tidak begitu ia kenal. Rania tidak diberi pilihan selain menerimanya meski luka dari orang sebelumnya belum kering. Bisakah Rania menyembuhkan lukanya dengan cepat? Dapatkah Naren bertahan...