09. Cemburu?

32 6 0
                                    

Narenn♥ is calling....

Rania terkekeh pelan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Nama Manusia Songong itu kini berubah menjadi Narenn♥ , laki-laki itu sendiri yang merubahnya.

"Kenapa?" tanya Rania setelah menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

"Di mana? Aku cari di kantin kok gak ada."

"Sejak kapan ngomong aku-kamu?"

"Sejak tadi, mulai sekarang kamu juga gak boleh ngomong lo-gue ke aku, ke orang lain aja. Sekarang kamu di mana?"

"Di kelas."

"Oke, tunggu di sana. Jangan kemana-mana."

Tut.

Telepon dimatikan sepihak oleh Naren. Rania hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan Naren.

Selagi menunggu Naren datang, Rania memutar sebuah lagu berjudul I need you-tnx. Rania tersenyum simpul setelah mengetahui maksud dari lagu itu, ia pernah merasakannya.

Tak lama Naren datang dengan membawa paper bag.

"Kenapa sendirian aja?" tanya Naren seraya mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang ia bawa.

"Emang harusnya sama siapa? Aku kan gak punya temen," jawab Rania.

"Jangan sedih, kamu punya aku. Sekarang ayo makan." Naren menyodorkan kotak makan yang sudah ia buka.

"Nggak itu punya kamu, kamu aja yang makan."

"Ini dari bunda buat kamu."

Rania membulatkan matanya tak percaya. "Lagi? Kamu pasti bohong--"

"Nggak ada yang bohong, aku jujur. Kalau gak percaya aku telepon bunda sekarang." Naren berancang ancang hendak menelpon Naira. Tidak, Naren tidak bener-benar ingin menghubungi sang ibu, itu hanyalah tipuan semata agar Rania segera makan dan tidak banyak bertanya.

"Iya deh aku percaya. Tapi kamu makan juga ya?"

"Kamu gak suka makanan buatan bunda?"

Rania menggeleng kuat. "Nggak, bukan gitu maksudnya! Aku suka banget makanan buatan bunda, enak soalnya. Tapi kan kamu juga harus makan."

Naren tersenyum. "Aku udah, kamu aja."

Rania cemberut kesal. "Curang, masa gak bareng," ucapnya seraya membuka kotak makan yang dibawa Naren.

"Kok gue jadi kaya gini sih? Gak papa sih, ini langkah awal buat gue suka beneran sama Naren. Tapi geli gue."

"Aku temenin deh."

"Terserah."

Naren terkekeh pelan. Sungguh ini bukan seperti Rania yang ia kenal sejak satu tahun terakhir. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu kini telah berubah.

"Tunggu aja Ran, gue bakal bikin lo beneran suka sama gue dalam waktu dekat."

Sementara di luar kelas Atha dan Rio mengintip pada celah jendela. Mereka tak menyangka dua orang tanpa ekspresi berpacaran seperti manusia pada umumnya.

"Ri, kayanya Naren kesambet deh, pulang nanti ajak ke rumah pak ustadz yuk."

Rio sedikit mendorong kepala Atha dari belakang. "Gak usah ngadi-ngadi lo. Harusnya lo tuh seneng liat Naren yang sekarang!"

"Lah emangnya dulu kenapa?"

"Gue sempet kira Naren belok, nemplok mulu sama kita sih!"

"Naren yang sebelumnya pernah pacaran aja dikira belok, terus lo apa? Perasaan dari zaman SD lo nemplok mulu sama gue. Jangan-jangan lo ya yang belok?!"

"Heh ngadi-ngadi lo!"

Atha segera berlari ketika melihat Rio yang akan memiting lehernya.

"Woy jangan kabur lo!"

🥀

Setelah bel pulang berbunyi Rania tidak langsung pulang seperti biasanya. Rania menyempatkan menonton basket, tentunya karena ada Naren.

Rania sedikit terganggu akibat teriakan dari para sisiwi yang berada tak jauh darinya. Dan yang paling membuatnya kesal adalah beberapa siswi ada yang meneriaki nama pacarnya. Eh--iya sekarang mereka resmi berpacaran tanpa paksaan.

"Lah, kok gue jadi kesel sih? Wajarkan mereka dukung Naren?"

Tak mau ambil pusing, Rania membiarkannya begitu saja meski jauh dari lubuk hatinya ia merasa kesal.

"Anjirr.. mana sok ganteng banget lagi!"

Rania terlarut dalam lamunannya hingga tak menyadari jika dirinya kini menjadi bahan tontonan. Karena ulah siapa lagi jika bukan Naren.

"Udah belum ngelamunnya?"

"Eh, kenapa?" Pertanyaan Naren membuat Rania sedikit terkejut dan setelahnya Rania memukul pundak Naren kesal.

"Ngagetin tahu gak?!"

Naren tersenyum seraya menatap Rania dalam. Hal itu tak luput dari perhatian murid-murid yang masih berada di area lapangan basket. Tak sedikit dari mereka berteriak histeris setelah melihat senyuman seorang Narendra Aryana. Senyuman yang sangat jarang terlihat.

"Jangan senyum-senyum, kasian tuh anak orang," ujar Rania.

"Kasian apa cemburu--" Belum selesai Naren berbicara Rania sudah terlebih dulu mencubit pinggang Naren dan sukses membuat sang empu kesakitan.

"Eh jangan dicubit dong.."

Rania melepaskan cubitannya seraya memalingkan wajahnya.

"Jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya ilang---eh iya iya, udah dong sakit tahu!"

Rania tersenyum puas melihat Naren yang kesakitan karena cubitannya.

"Rasain, sakitkan? Udah deh, aku mau pulang." Rania bangkit dari duduknya, meninggalkan Naren di belakang.

"Tungguin, pulangnya aku anterin!" Naren sedikit berteriak setelahnya ia cepat cepat menyambar tasnya lalu berlari mengejar Rania.

Di tengan drama percintaan itu Atha dan Rio saling pandang satu sama lain kemudian keduanya bergidik secara bersamaan.

"Bucin banget anjay," kata Atha.

"Ngapa? Ngiri lo? Sana cari pacar!" balas Rio.

"Dih, siapa yang iri? Yang ada jijay gue. Lo kali yang iri?"

"Yakali, gue kan juga punya, ngapain iri? Lo kali, kan jomblo abadi," ledek Rio.

"Baru gebetan juga, kaga gue restuin juga lo lama-lama."

"Sorry aja ya, kita gak butuh restu lo."

Di hidup Naren tiada hari tanpa pertengkaran kedua temannya.

"Sial, lo tuh punya gue Ran, bukan Naren."










Hampir seminggu gak update :(
Sibuknya melebihi minggu-minggu kemarin huhu... Mianhae gak sesuai jadwal.

Setelah Badai RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang