11. Murid baru?

25 6 0
                                    

Kelas Rania dibuat heboh dengan desas-desus adanya murid baru. Mereka sudah se-antusias itu, padahal baru rumor yang belum jelas kebenarannya.

Mereka terlalu bersemagat menyambut murid baru Rania sampai binggung harus beraksi seperti apa.

"Rumor adanya murid baru itu bener ya?" tanya Rania pada Dion.

Dion mengangguk. "Bener kok, nanti dia datang pas pelajaran kedua katanya."

"Namanya siapa?"

"Gue ketos, bukan peramal. Ya mana gue tahu."

"Biasa aja, gak usah ngegas."

Percakapan keduanya terhenti ketika bel pergantian pelajaran berbunyi bertepatan dengan datangnya Atha.

"Ran, ikut gue."

Rania mengerutkan keningnya bingung. Ran yang dimaksud Atha di sini dirinya?

"Jangan ngelamun, ayo ini darurat!" Atha menarik tangan Rania begitu saja. Untungnya guru yang sebelumnya mengajar sedang tidak ada di kelas.

"Kenapa sih, Tha?" tanya Rania saat keduanya berada di tengah perjalanan.

"Soal Naren. Udah deh, ayo buruan keburu babak belur anaknya." mendengar ucapan Atha, Rania erketika panik sendiri dan tanpa sadar berlari mendahului Atha.

"Lapangan utama!" Atha yakin Rania tidak tahu di mana Naren berada sekarang, itulah mengapa Atha berteriak menyebutkan tempat yang harus Rania datangi.

Semakin dekat dengan lapangan utama semakin terdengar banyaknya suara siswa maupun siswi. Rania semakin penasaran hingga berlari tanpa memperhatikan sekitar.

Sesampainya di sana, Rania terkejut bukan main. Di tengah-tengah lapangan, Naren dan orang yang dibencinya tengah bertengkar dengan melayangkan pukulan.

Keadaan keduanya sudah cukup memprihatinkan, pakaian yang acak-acakan serta wajah yang dipenuhi lebam.

Naren dan lawannya sama-sama kuat,  Rio sendiri sudah sangat kewalahan memisahkan mereka, bahkan satupun tidak ada yang berani membantu Rio.

Rania tidak bisa tinggal diam melihat semua ini terjadi tepat di depan matanya.

"NAREN STOP!!"

"NARENDRA ARYANA GUE BILANG UDAH!!"

Teriakan Rania sama sekali tidak digubris oleh Naren maupun Sagara. Rania terkejut ketika Naren dan Rio yang berusaha memisahkan keduanya jatuh terhuyung.

Bughh

Rania menendang kaki Sagara ketika hendak melayangkan pukulan pada Naren yang tak berdaya hingga jatuh berlutut.

Dikesempatan itu, Rio segera mengunci pergerakan Sagara. Disaat yang sama Rania segera menghampiri Naren dan membantunya berjalan menjauh dari tempat itu.

"Lepas! Gue gak ada urusan sama lo!" Sagara terus memberontak yang membuat Rio mau tidak mau segera melepaskannya.

"Lo berurusan sama Naren itu sama aja berurusan sama gue dan Atha," balas Rio.

"Ngapa gue juga kena?" batin Atha.

🥀

"Pelan-pelan..." lirih Naren kesakitan, namun Rania dengan kesalnya malah menekan luka di sudut bibir Naren.

"Makanya jangan sok berantem kalau gak bisa," ucap Rania ketus.

"Kamu gak mau nanya kenapa aku bisa berantem sama dia?"

Rania menggeleng. "Gak, mau apapun alesannya aku akan tetep marah sama kamu."

Naren menatap Rania lekat. "Kok gitu? Aku padahal belain kamu tadi."

Rania mengerutkan keningnya, seakan tahu apa alasan terkuat mereka bisa seperti tadi. "Aku marah bukan karena alesannya, tapi aku marah karena dia udah bikin kamu luka. Seharusnya kamu jangan ladenin dia, dia emang kaya gitu."

"Kalian kayanya udah kenal banget ya?"

Deg.

Pertanyaan Naren membuat Rania seketika bungkam. Mengenalnya? Mungkin saja, Rania mengenal kelicikannya. Pada akhirnya Rania mengangguk mengiyakan.

"Iya, dia itu licik. Kalau bisa kamu jangan berurusan sama dia, aku gak mau kamu kenapa-napa."

Naren terdiam, ucapan Rania barusan membuat banyak pertanyaan di benak Naren bermunculan.

"Dia ngintai kamu diem-diem Ran, untuk itu aku gak bisa diem aja."

"Udah, aku mau balik ke kelas, kamu juga." Rania membereskan peralatan p3k pada kotaknya. Saat hendak berdiri Naren menariknya hinggak kembali duduk di sebelahnya.

"Nanggung, guru pasti udah masuk. Temenin aku aja di sini."

Benar apa yang Naren katakan, percuma saja jika Rania kembali ke kelas ujungnya ia tidak akan dibiarkan masuk begitu saja, pasti akan ada deretan hukuman yang harus ia laksanakan.

Tanpa berpikir panjang lagi Rania menuruti ucapan Naren untuk menemaninya di uks.

"Aku ngantuk, tolong usapin rambut aku."

Rania terkekeh geli namun tetap menuruti perintah Naren. Rania tahu jika Naren bukanlah cowok yang ada di pikiran orang -orang, tampang dingin serta datar itu sebenarnya bukan sikap aslinya. Naren begitu lembut dan manja, itu yang Rania simpulkan setelah beberapa hari menjadi pacar seorang Narendra Aryana.

Wajah dengan mata yang terpejam itu memeng terlihat damai, namun dalam pikirannya ia sangat khawatir dan gelisah. Rania tahu, ada yang disembunyikan Naren darinya. Tangannya beralih mengusap lembut wajah Naren.

"Aku harap kamu gak kaya dia. Aku gak mau sakit untuk yang kedua kalinya, sekarang kamu udah sepenuhnya ambil hati aku jadi tolong jangan berubah hanya karena ada orang baru. Kamu itu rumah aku sekarang, tempat aku berteduh dan mengadu... Jangan tinggalin aku ya dan jangan terluka lagi, aku--aku butuh kamu, Ren."

Tangisan Rania sama sekali tidak dapat terbendung. Rania sudah menyadari bahwa dirinya sudah benar-benar jatuh hati pada cowok itu.

Tanpa Rania sadari, sejak tadi Rio mendengarkan semua yang Rania katakan. Hatinya ikut tersayat mendengar kata demi kata yang Rania ucapkan.

"Hidup emang selucu itu Ran, gue juga berharap lo bisa tetep kuat dan terus bertahan. Untuk Naren, gue jamin dia gak akan kaya yang sebelumnya, kalaupun itu terulang kembali maka dia akan mati di tangan gue, Ran," gumam Rio.










Hallo..
Aku sempetin update di tanggal spesial ini hehe..

Setelah Badai RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang