03. Demam

77 9 0
                                    

Rania membuka matanya perlahan, memandang sekelilingnya yang terlihat sangat familiar.

"Nggak salah, ini emang kamar gue. Tapi kan tadi gue... Astaga Naren!" Rania tersadar, dirinya spontan langsung berdiri.

Karena terlalu mendadak tubuh Rania langsung amruk. Kaki jenjang itu tidak bisa menompang bobot tubuhnya.

"Aw!..."

"Non!" pekik Bi Mina, asisten rumah tangga di kediaman Ananta.

"Bi sakit...." lirih Rania seraya memegang kakinya yang terkilir.

Mina membantu Rania untuk kembali ke kasur. "Kenapa bisa jatuh, Non?"

"Tadi Nia coba berdiri tapi kaki Nia lemes, jatuh deh." Rania bercerita dengan bibir yang melengkung ke bawah.

Nia adalah panggilan Rania ketika berada di rumah.

"Bibi pijitin ya?"

Rania menggeleng kuat. "Udah gak sakit kok Bi, nanti juga sembuh."

Mina hanya menghela nafasnya, anak majikannya ini jika sudah berkata tidak maka tidak ada yang bisa menggangu keputusannya, tak terkecuali ayahnya sekalipun.

"Kalau gitu Non makan dulu ya, ini udah Bibi siapin." Mina berjalan ke meja dekat pintu lalu kembali dengan nampan yang berisi makanan untuk Rania.

"Makasih, Bi. Oh iya Bi, tadi yang nganterin Nia pulang siapa?" tanya Rania yang mulai menyuapkan nasi pada mulunya.

"Yang kemarin nganterin Non Nia pulang itu lho... Siapa ya? Den Naren kalau gak salah namanya."

Rania terkekeh pelan, Rania pasti tahu siapa yang memaksa mengantarnya pulang kemarin, meski tanpa disebutkan namanya.

"Dia ada bilang sesuatu gak, Bi?"

Mina menggeleng. "Den Naren cuma bilang kalau Non Nia ketiduran pas nunggu hujan. Ada lagi Non?"

"Nggak ada Bi, sekali lagi makasih ya."

"Iya Non."

🥀

Pagi hari Rania masih berbaring di tempat tidurnya. Badannya terasa panas serta kakinya yang terasa lebih sakit dari kemarin.

Rania memutuskan untuk tidak pergi sekolah hari ini. Satu orangpun tidak ada yang tahu jika Rania sakit. Bi Mina pasti masih disibukan dengan membuat sarapan dan ayahnya, Rania tidak berharap lebih padanya.

Tok tok tok....

"Non, udah bangun?" tanya bi Mina dari luar kamar.

"U-dah Bi, masuk aja," jawab Rania terbata-bata karena dingin.

Ceklek

"Astaga, Non kenapa?!" bi Mina langsung mengecek suhu badan Rania. "Panas banget, Non. Kita ke rumah sakit ya? Sebentar Bibi panggilin tuan."

Bi Mina hendak pergi namun Rania mencegahnya. "Jangan Bi, biarin Papah urusin kerjaannya aja. Rania gak papa kok, nanti cek ke dokter sama pak Adhi aja."

"Kalau gitu Bibi suruh pak Adhi siapin mobil dulu ya, Non gak papa kan Bibi tinggal?"

"Gak papa, Bi. Tapi jangan bilang Papah ya, bilang aja Rania lagi siap-siap mau sekolah."

Mina mengangguk tanda setuju. Sebenarnya Mina tidak enak hati harus membohongi tuannya sendiri, tapi bagaimana lagi, yang memerintahnya juga anak dari tuannya sendiri.

Setelah Badai RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang