Satu minggu telah berlalu. Setelah bujukan yang panjang dari Naren juga Viona, akhirnya Rania mau melakukan kemoterapi.
Sekarang Rania masih berbaring di brankar rumah sakit di temani Naren yang kini tengah menggenggam tangannya.
"Gimana? Gak takut kan?"
"Jawabannya kebalikan dari pertanyaan kamu." Rania mencebikan bibirnya.
"Jangan ngambek dong. Ini demi kesehatan kamu juga."
"Tapi kamu tahu kan, efek dari kemoterapi itu kaya gimana? Aku takut kamu berpal-"
"Hayo... Mikir yang macem-macem kan? Gini ya, Rania sayang. Apapun yang terjadi aku akan selalu di sisi kamu."
"Bisa biasa aja, gak usah pake sayang. Gak baik buat jantung aku tahu!"
Naren tertekeh pelan. "Terus harus kaya gimana? Itu udah jadi paling biasa loh."
"Narennn!"
"Iya iya, nanti ngasih aba-aba dulu deh."
Sejenak terjadi keheningan di antara mereka. Hingga akhirnya Naren kembali bersuara.
"Ran," panggilnya.
"Iya?"
"Janji ya, kamu harus sembuh."
Rania tak sanggup menatap mata Naren. "Kenapa?"
"Pokoknya janji."
Rania menggeleng. "Aku gak bisa janji untuk itu. Tapi aku janji untuk berusaha sembuh. Gak ada yang bisa janjiin selain itu, Ren. Sembuh atau nggaknya itu kehendak yang maha kuasa."
Naren menunduk. Ia tidak mau kehilangan Rania, ia ingin Rania terus berada di sisinya, tapi apa yang Rania katakan memang benar dan tak bisa dibantah.
"Aku yakin aku bisa lewatin semua ini, asalkan kamu terus berada di samping aku," ujar Rania.
"Aku akan terus bersama kamu."
"Jadi kenapa masih khawatir? Mau kaya gimanapun kedepannya kita gak bisa salahin takdir."
"Karena aku masih takut kehilangan kamu."
"Aku juga takut, tapi ayo buang rasa takut itu bersama-sama."
"Iya, sayang."
"Narenn!"
Naren tertawa puas bisa menjahili Rania dengan itu, ia akan terus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk Rania. Bohong, jika ia tidak memiliki banyak kekhawatiran untuk masa depan. Tapi memang, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain berusaha.
Baik Naren ataupun Rania sama-sama tidak ingin kehilangan. Rania akan terus berusaha untuk sembuh, bukan hanya untuk Naren, tapi juga untuk keluarga kecilnya yang kini sudah lengkap.
Ini hanyalah sebagian dari kisah Naren yang terus memperjuangkan pujaan hatinya dan perjuangannya itu masih panjang.
"Mencintai seseorang yang mempunyai trauma berat akan masa lalu harus mempunyai kesabaran yang luas dan komunikasi yang kuat. Hanya orang yang benar-benar mencintainya yang bisa melakukan hal itu. Mencintai Rania dan menjadikannya seorang pendamping bukanlah hal yang mudah." -Narendra Aryana.
Rania tahu dan Rania yakin jika setelah badai yang menimpa dirinya akan ada kebahagiaan yang menghampiri. Contohnya Naren dan Viona, Rania menganggap dua orang itu kebahagiaan yang datang padanya.
🥀
Terima kasih untuk para readers yang udah baca dan vote cerita ini sampai akhir. Author pamit dari cerita ini, semoga cerita author yang ini bisa menghibur dan mengisi kekosongan waktu kalian.
Kalau kalian kangen author, bisa baca cerita yang lain. Cek aja profil author, selamat membaca dan see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Badai Reda
Teen FictionRania dipaksa menjadi pacar seorang Narendra Aryana, yang tidak begitu ia kenal. Rania tidak diberi pilihan selain menerimanya meski luka dari orang sebelumnya belum kering. Bisakah Rania menyembuhkan lukanya dengan cepat? Dapatkah Naren bertahan...