8. Sakit

70 12 0
                                    

Happy Reading...
Typo? Tandai dikolom komentar.

Budayakan vote sebelum membaca.

*****
Pria itu menaut-nautkan alisnya, dia berdengus kesal ketika mendengar alarm yang mulai berisik membagunkan paginya, Reksa mengangkat tubuhnya setengah duduk, dia meregangkan tubuhnya lalu menguap lebar. Reksa melirik ke sofa tempat Tari tidur tapi wanita muda itu tidak ada.

"Astafirullah, gue lupa, Tari kan gue suruh tidur di luar anjing" ucap Reksa menepuk jidatnya.

Pria itu langsung beranjak dari tempat tidurnya, dia langsung keluar kamar dan menuruni anak tangga, sebelum keluar dia melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 06:20.

Reksa membuka pintu utama, dia terdiam ketika tidak mendapati Tari diluar, lelaki itu berdecak kesal, dia mencari Tari disekeliling rumah tapi tidak ada, dia masuki kesemua ruangan yanga ada didalam rumah tapi hasilnya nihil.

Reksa berjalan ke sofa ruang tamu, dia mendudukan bokongnya dan menyederkan kepalanya dikepala sofa.

"Ck, dia kemana sih? Berangkat sekolah? Tapi ngak mungkin mobilnya ada, apa jangan-jangan dia nginap dihotel?" Tebak Reksa yang menghela berat.

"Emang gue pikirin, mau dia kelaut aja gue ngak perduli, malah bagus kalau dia bunuh diri ke laut, ngak susah gue buat bunuh dia dengan menggunakan tangan gue"

"Lihat aja dia kalau udah pulang, gue hukum dia lebih dari ini, dia ngak tahu aja dia sedang berdapan dengan siapa"

"Daripada gue mikirin dia, mending gue mandi buat berangkat kesekolah, daripada mikirin cewek pembunuh itu, ngak guna"

Reksa berjalan menuju kamarnya, dia meletakan kedua telapak tangannya di atas meja rias, dia menatap wajahnya dipantulan cermin, dia mengusap wajahnya dengan kasar, padahal sebenarnya dia hanya ingin menghukum Tari hanya dua jam, tapi sayang dinginnya hujan membuat matanya memberat lalu terlelap di alam bawah sadar.

Drt Drt Drt

Reksa menghela berat, dia meraih ponselnya di atas nakas, bertuliskan papa dilayar ponselnya, dengan wajah masam dia langsung menggeser layar hijau.

"Halo"

"HALO" Reksa berdecak kesal, dia menjauhkan ponselnya ketelinganya, teriakan ayahnya memecahkan gending telinganya. "KAMU KERUMAH SAKIT SEKARANG" teriak Dirlangga geram.

"Ngapain sih ke sana? Reksa mau sekolah" tolak Reksa tak kalah ngegas.

"Mau papa coret jadi ahli waris?" Ancam Dirlangga semakin geram.

"Oke aku ke sana sekarang" jawab Reksa pasrah.

******
Reksa memparkirkan motornya diparkiran rumah sakit, dengan rambut yang acak-acakan karena baru bangun tidur, sebelum pergi dia sempat buat sekedar cuci muka dan gosok gigi.

Reksa berjalan keruang VVIP, dia membuka pimtu ruangan itu lalu masuk ke dalam, terdapat pria baru baya duduk di sofa sembari memijat-mijat jidatnya yang sedikit pusing.

Reksa berjalan ke arah blankar terdapat seorang gadis tengah terbaring di sana dengan bibir pucat dengan mengenakan selang infus tertancap ditangan kirinya, gadis itu masih belum membuka matanya karena efek obat.

"Ternyata dia di sini, gue pikir lagi enak-enak tidur dihotel, dia kok bisa di sini? Jangan-jangan dia yang bilang sama papa kalau gue suruh dia tidur di luar, buktinya di sini ada papa" batin Reksa menatap tubunya Tari.

Reksa berjalan ke arah Dirlangga, dia duduk di sofa samping ayahnya.

"DASAR ANAK KURANG AJAR, PAPA NGAK PERNAH NGAJARIN KAMU JADI ANAK BIADAP, MEMAMG SEHARUSNYA KAMU YANG MATI BUKAN RAKSA" bentak Dirlangga hilang kendali, tanpa memikirkan perasaan Reksa yang terluka.

MATAHARI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang