13. Kerinduan

57 10 0
                                    

Happy Reading

Tari mengijakkan kakinya dirumah sakit Pelita Bunda, rumah sakit dimana Sarah mamanya Reksa dirawat karena depresi kehilangan Raksa, setelah pulang sekolah, Tari langsung kerumah sakit karena sudah satu minggu ini dia tidak ke sana. Ini pertemuan dia yang ketiga.

Hah? Perasaan baru sekali thor? Sabar.

Tari memparkirkan mobilnya diparkiran rumah sakit, rumah sakit dimana Sarah dirawat, Tari melangkahkan kakinya masuk ke dalam, walaupun perasaannya campur aduk, cemas takut, karena dia bukan masuk ke tempat biasa.

Tari mendekati salah satu suster yang sedang mengecek pasien di sana. "Maaf sus, saya mau tanya, kalau ibu Sarah istrinya pak Dirlangga dimana ya?" Tanya Tari.

"Maaf, adik siapanya ibu Sarah ya?" Bukannya jawab suster malah balik tanya.

"Saya menantunya pak Dirlangga"

"Oh, mari saya antar" Tari mengangguk, dia mengekor dibelakang suster menuju sebuah taman.

"Itu bu Sarah" tunjuk suster yang berjarak satu meter dengan wanita paru baya yang duduk dibangku dibawah pohon rindang.

"Makasih sus" ucap Tari tersenyum lalu berjalan mendekati wanita paru baya yang ditunjuk suster tadi.

"Assalamualaikum" ucap Tari berdiri didepan Sarah.

Wanita paru baya itu menoleh kearah Tari, dapat Tari lihat, wajahnya yang basah dengan air mata, mata yang sembab, menangis menatap sebuah figura seorang anak lelaki yang menggunalan kaca mata.

"Waalaikumsalam" jawabnya pelan, "kamu siapa?"

Tari mendudukan bokongnya disamping Sarah, "nama aku Tari, istrinya kak Reksa" jawab Tari.

Wanita paru baya itu tersentak mendengar nama Reksa, dia berdiri dan meletakan figura itu dibangku.

Tari terdiam menatap mertuanya itu, Sarah memegang kedua bahunya, membuat Tari cemas takut, dengan susah payah dia menelan salivanya, tubuhnya kini gemetar dan keringat dingin.

'Ya Allah lindungi hamba'

"Kamu ngak pa-pa?" Tanya Sarah sembari mengecek tubuh Tari.

Tari menggeleng cepat, "ngak pa-pa" jawab Tari pelan.

Wanita paru baya itu kembali duduk, Tari bernafas legah, dia bisa-bisanya berpikir mertuanya itu akan melakukan sesuatu diluar nalarnya.

"Syukur kalau kamu ngak pa-pa" jawabnya legah.

"Memang kenapa ma?" Tanya Tari yang kian bingung.

"Mama cuma takut, kalau kamu di apa-apa 'kan sama Reksa, Reksa itu orangnya kasar" ucap Sarah dengan raut wajah sedih dan marah. "Beda sama Raksa, Raksa itu anaknya baik, anaknya pintar, penurut" sambungnya dengan raut wajah yang bahagia.

Tari tersenyum miris, dia yang hanya istri dari Reksa, merasakan gimana sakitnya, dibandingkan dengan saudara sendiri, apalagi Reksa yang merasakannya pasti sakit sekali.

"Kenapa kamu ngak nikah sama Raksa aja, kenapa kamu harus nikah sama Reksa cowok kasar itu" Tari hanya diam ketika mertuanya itu terus saja membandingkan kedua anak kembar itu.

"Karena Tari cintanya sama kak Reksa bukan kak Raksa"

Sarah hanya mengangguk paham.

Tari kembali berjalan masuk ke dalam untuk menemui sarah, terdapat wanita paru baya duduk ditempat biasa.

MATAHARI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang