22. Terungkap

59 12 0
                                        

Happy Reading...

"Papa kenapa dekatin Liam sama Tari, acara sekelas sama sebangku lagi, papa ngak ada niatan buat jodohin Tari sama Liam 'kan pa?"  Tanya Reksa menatap papanya curiga, sejak cerita tadi diruang tamu, Dirlangga meminta Reksa bicara denganya berdua saja diruang pribadi Dirlangga yang ada dilantai tiga.

Dirlangga terkekeh mendengar pertanyaan putranya itu, bisa-bisanya dia berpikiran sependek itu, seketika ide jail muncul diotak pria paru baya itu.

"Ya kalau kamu ngak bisa jaga Tari, papa terpaksa jodohin Tari sama Wiliam, apalagi papa ngak mau kehilangan Tari secara dia mantu kesayangan papa" ucap Dirlangga.

Reksa berdengus kesal, rasanya hatinya terasa panas mendengar pernyataan papanya, "ngak, enak aja, Reksa ngak mau ya sampai papa jodohin Tari sama Liam" ketus Reksa menatap Dirlangga tajam.

"Apa salahnya sih Sa, lagi pula kamu ngak cinta 'kan sama dia, papa tahu niat kamu nikahin dia cuma buat balas dendam" ucap Dirlangga santai sesekali mengisap rokoknya dan menghembuskan asapnya kedepan.

"Papa tahu dari mana kalau Reksa nikahin Tari karena balas dendam?" Tanya Reksa penasaran.

"Dari awal kamu bawa Tari kerumah, untuk kamu nikahi papa juga udah tahu Sa, karena papa udah menyelidiki tentang Tari jauh sebelum kamu membawanya kerumah"

"Maksudnya?"

"Sebelum Raksa meninggal, Raksa sempat bilang sama papa, kalau yang bunuh dia itu seorang lelaki dan yang menolong dia seorang perempuan" jelas Dirlangga, rasanya baru kali ini mereka ngobrol berdua dengan serius, biasanya juga yang ada hanya perang dingin.

"Kenapa papa ngak bilang sama Reksa? 'Kan Reksa jadinya menyiksa orang yang tidak bersalah"

"Awalnya memang papa mau bilang sama kamu, tepat dihari dimana kamu membawa Tari kerumah, tapi papa mengurungkan niat itu, waktu kamu bilang kalau kamu sama Tari khilaf"

"Papa juga tahu, setiap hari kamu menyiksa Tari dirumah, kamu pecat semua pekerja, kamu cambuk dia, kamu tampar dia, papa tahu semuanya Sa" sambung Dirlangga.

"Papa pasang penyadap suara dikamar Reksa?" Tanya Reksa

"Iya, papa pasang alat penyadap suara dikamar kamu, papa selalu dengar isakan tangis Tari, apalagi kalau kamu pergi dari rumah, hampir tiap malam dia menangis, rindu dengan sosok ayah dan juga abangnya"

"Soal CCTV, CCTV yang ada didepan gedung tepat dimana Raksa dibunuh, CCTV di sana, pekerjanya sudah dibayar dengan Erlan anaknya Aditama, CCTV di sana cuma memperlihatkan dimana Tari menarik pisau yang ada diperut Raksa tapi tidak ada sebelum kejadian"

"Papa tahu dari mana?"

"Papa sudah membayar pekerja di sana, dia mengaku jika dia sudah dibayar Erlan, tapi papa tetap cari bukti, sampai pada akhirnya, papa menemukan vidio CCTV yang tidak jauh tempat kejadian Raksa di sana papa tahu kalau yang bunuh saudara kamu adalah Erlan"

"Kalau papa tahu pelakunya Erlan, kenapa papa ngak jeblosin dia kepenjara?"

"Awalnya papa udah mau jeblosin dia kepenjara, tapi waktu papa tahu kamu menikahi Tari, papa memberikan kesempatan buat kamu untuk bisa belajar menyikapi ini semua"

"Ahh, aku sudah berasa kayak orang bodoh yang tidak tahu tentang ini semua" ucap Reksa memaki dirinya sendiri.

"Sekarang 'kan kamu udah tahu semuanya, jadi jangan sakitin Tari lagi" ucap Dirlangga menatap Reksa dengan serius. "Dan kalau kamu mau tahu kenapa Erlan bunuh Raksa, jawabannya ada di diary ini" sambung Dirlangga menyodorkan sebuah diary bersampul orange dengan gambar rabbit.

"Cowok apa cewek sih masa punya diary" cibir Reksa yang meraih buku diary Raksa.

🌻🌻🌻
Kini mereka tengah berkumpul di ruang tamu, setelah melakukan makan malam, kini mereka tengah mengobrol, Reksa bicara tentang bisnis karena dia ingin mulai dirinya, sedangkan Tari dan Wiliam mereka ngobrol biasa layaknya seorang teman.

Sesekali mereka tertawa disela-sela cerita mereka, malam ini Reksa memutuskan untuk menginap dulu malam ini, sore tadi Reksa sempat pulang kerumah cuma sekedar membawakan Tari baju dan menyimpan diary Raksa dalam laci kamar.

Drt drt drt

Semua pasang mata tertuju pada ponsel Tari yang berdering tanda ada seseorang yang menelponnya, Tari sedikit tesentak ketika melirik layar ponselnya yang tertulis suster Ani yang merawat Sarah, Tari sedikit menjauh dari mereka untuk mengangkat telponnya.

"Halo sus, ada apa? Tumben telpon saya malam-malam" ucap Tari sedikit berbisik sesekali melirik kebelakang.

Reksa menatap Tari heran, tidak biasa istrinya itu mengangkat telpon jauh darinya.

"Gini mba, ibu Sarah dari tadi pengen ketemu sama mba, saya bingung mau gimana" jawab suster, "mba bisa ke sini?"

Tari menghela pelan, "iya, saya ke sana sekarang" jawab Tari lalu memutuskan sambungan telponnya.

Tari berjalan ketempat dimana Reksa, Dirlangga dan Wiliam, dia meremas ujung bajunya, dia bingung gimana cari pamit keluar dalam keadaan malam begini.

"Kak Reksa Tari boleh izin keluar sebentar?" Ucap Tari meminta izin.

"Mau kemana?" Tanya Reksa datar.

"Ya udah kamu pergi bawa mobil papa pilih aja yang kamu mau" sarkas Dirlangga, Dirlangga tidak menghiraukan tatapan tajam Reksa.

"Makasih pa" ucap Tari langsung berjalan menuju keluar dan mengedarai salah satu mobil mewah milik Dirlangga, setelah mobil Tari keluar gerbang, Dirlangga, Reksa dan Wiliam mengikuti mobil Tari dari belakang.

🌻🌻🌻
Tari memparkirkan mobilnya diparkiran rumah sakit lalu masuk ke dalam, sedangkan Dirlangga Reksa dan Wiliam mengikuti dari belakang.

"Tari ngapain ke sini pa?" Tanya Reksa sedikit berbisik pada ayahnya itu.

"Udah jangan banyak tanya ikuti aja" jawab Dirlangga tak kalah pelan, sedangkan Wiliam cuma tersenyum melihat tingkah keduanya itu.

Cklek

Pintu ruangan Sarah dibuka, menampilkan Tari yang masuk di sana, Sarah tersenyum merekah kala melihat menantunya itu benar datang dan tidak membohongi dirinya.

"Assalamualaikum mama" ucap Tari heboh  mengucapkan salam lalu mencium punggung tangan Sarah.

"Waalaikumsalam mantu kesayangan mama" ucap Sarah tak kalah heboh, sampai ketiga pria itu menatapnya kaget dari sela jendela.

Melihat Tari sudah datang suster Ani keluar dari ruangan, dia tersentak ketika melihat pak Dirlangga yang mengintip dari sela jendela, Reksa yang sadar akan kehadiran suster, dia memberi kode untuk suster diam.

"Tari kamu mau 'kan ajak mama pulang sekarang? Mama udah sembuh, mama kangen sama papa, mama kangen sama Reksa dan mama juga ingin ziarah kemakam Raksa" ucap Sarah memelas sembari menangis.

"Mama yakin udah sembuh? Tari maunya juga gitu mama pulang sama papa dan kak Reksa, mereka juga rindu sama mama" jawab Tari, sebenarnya dia juga tidak tega melihat ibu mertuanya tertekan berada dirumah sakit.

"Ayo Tar bantu mama bilang sama dokter, mama mau pulang, di sini ngak enak, mama kangen banget sama Reksa, mama mau menebus kesalahan mama yang lalu"

Dirlangga didepan berdengus kesal, dia kira istrinya itu akan mengatakan dia rindu dengan dirinya, eh malah dia mengatakan rindu dengan putra ini, menyebalkan.

"Ya udah pa, kita ke sana kasihan mama, Reksa juga rindu sama mama" ucap Reksa yang diangguki Dirlangga.

"Mama" teriak Reksa yang berdiri diambang pintu, mata Sarah berbinar menatap putra dan juga suaminya, sedangkan Tari tersentak ternyata ketiga pria itu mengikuti dirinya dari tadi.

"Reksa, mas Dirlangga" seru Sarah berjalan lalu memeluk kedua pria yang sangat dia rindukan, sedangkan Tari tersenyum miris, dia teringat dengan dua lelaki yang sangat dia rindukan.

Mereka berpelukkan dengan hangat melepas rindu, sudah hampir empat bulan mereka tidak bertemu.

'Kabar papa sama abang sekarag gimana ya'
🌻🌻🌻

Jangan lupa vote dan coment.

MATAHARI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang