17. Rasa Bersalah Deren

51 9 0
                                    

Happy Reading...

Maaf kalau banyak typo soalnya ngak dibaca ulang.

Sudah satu jam Tari berdiri dibawah tiang bendera dengan tangan yang membentuk hormat, keringat sudah bercucuran dipelipisnya, sesekali dia menghentakan kakinya yang terasa pegal, dia sedari tadi terus mengumpat bahkan terus ngedumel, apalagi terik matahari tepat mengenai tubuhnya.

apalagi dia harus bolos masuk kelas karena hukumamnya, saat sekarang ini dia tidak ikut olahraga bersama dengan temannya, walaupun pak Rio berbaik hati menganggapnya tetap hadir walaupun dia tidak ikut olahraga di sana.

Terlihat Wiliam duduk dipinggir lapangan yang sedari tadi memperhatikan Tari yang sesekali  menggerutu.

Dari rooftof Reksa dan anggota inti Serigala, memperhatikan Tari dari atas sana, mereka sedang jam kosong dan Reksa memaksa mereka untuk kerooftof, karena hari ini Reksa ingin mengintrogasi Deren atas perubahannya.

"Kita ngapain ke sini sih?" Tanya Deren.

Reksa menoleh kearah Deren, karena sudah sepuluh menit mereka di sana tapi tidak ada satupun yang membuka pembicaraan, sebenarnya mereka berempat sengaja, agar Deren yang mengeluarkan suaranya duluan dan bercerita, oh tapi itu tidak mungkin terjadi, jika mereka tidak nanya.

"Lo ngak mau cerita sama kita?" Tanya Reksa datar, jangan lupakan sebatang rokok disela-sela jarinya.

"Cerita maksud lo?" Jawab Deren menautkan kedua alisnya bingung, sebenarnya dia paham maksud Reksa tapi dia cuma ingin memastikan saja.

"Maksud kita lo lagi ada masalah apa? Kalau ada masalah cerita sama kita, jangan dipendam sendiri, apa gunannya kita jadi sahabat selama ini, kalau kita ngak ada gunanya buat lo" kali ini bukan Reksa yang jawab melainkan Gino.

"Lo cerita aja, siapa tahu kita bisa bantu atas masalah lo" sahut Iqbal.

"Kalau lo selalu diam, kita mana tahu malasah lo, kalau lo ngak cerita sama sekali" sanggah Gilang.

Deren menghela berat, dia menatap temannya satu persatu, lalu mengusap wajahnya kasar, membuat keempat pria itu menatapnya dengan bingung.

"Oke gue cerita" jawab Deren pasrah, karena dia sudah tidak bisa ngelak lagi, mau bagaimana pun keempat sahabatnya ini perlu tahu atas masalahnya.

"Malam itu diclub"

Deren terus menuangkan vodka ke dalam gelas, entah sudah berapa banyak dia meminum minuman jenis alkohol itu, keadaannya kini kian mabuk dan terus meracau tidak jelas.

"Pulang yuk" ajak Gilang yang sudah tidak nyaman berada di sana.

"Pulang lo sana, ngapain lo ngajak-ngajak gue" usir Reksa mendorong tubuh Gilang pelan.

"Ayo pulang" paksa Gilang menarik lengan kekar Reksa dengan sekuat tenaga.

Deren yang masih ada kesadaran sedikit, dia menatap punggung Gilang dan Reksa yang mulai menjauh keluar club, setelah beberapa menit pergian Reksa dan Gilang, Deren pria itu memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Gino dan Iqbal yang menggoda pelayan di sana dalam keadaan mabuk berat.

Deren melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mabuk, melihat jalan yang cukup sepih karena sudah cukup larut malam, membuat dia lupa diri dengan terus menancap gas.

Tinnnn

"AAAAA" teriak seorang gadis yang menyilangkan tangannya menutup wajahnya.

Brak

Bugh

Motor sport yang dikendarai Deren menabrak seorang gadis yang berusia 16 tahun yang sedang melitas sembari berlari kecil karena dia dikejar oleh seorang lelaki.

Gadis itu terpental jauh mencium aspal, posisinya tengkurap dengan kaki kiri yang tertekuk, kepalanya bercucuran darah segar, membuat gadis itu kehilangan kesadarannnya.

Deren dia mengangkat tubuhnya yang terbaring diaspal, dia juga terjatuh dari motor dan mengakibatkan luka dibagian lutut dan sikut kiri.

Dengan sekuat tenaga menahan sakit disekujur tububnya, Deren berlari mendekati gadis yang sudah tidak sadarkan diri akibat ditabrak, Deren memangku kepala gadis itu, wajahnya gadis itu sudah berlumuran darah.

Deren, wajah pria itu kini pucat pasih, tangannya gemetar, wajahnya sudah dipenuhi dengan jejak air mata, Deren menampar wajahnya sendiri, lelaki itu makin keringat dingin, dengan baju dan tangan yang sudah berlumuran darah.

Dengan cepat dia merogoh ponsel disaku celananya, dan menelpon ambulance.

"Jadi malam itu lo nabrak cewek?" Tanya Gino syok mendengar cerita Deren.

Deren mengusap rambutnya dengan kedua tangannya secara kasar, dia memejamkan matanya, bayang-bayang itu kembali muncul, dimana dia merasa sangat bersalah.

"Terus cewek itu kini gimana keadaannya?" Tanya Reksa dengan suara beratnya.

Deren yang sudah berada dirumah sakit, dia duduk dibangku panjang depan ruangan ugd dengan memainkan jari-jemarinya dengan perasaan yang sangat gelisah.

"Dimana anak saya?" Teriak seorang wanita paru baya yang baru saja tiba diruang ugd.

Deren pria itu menegang, dia membeku ditempatnya, karena dia yakin wanita paru baya didepannya ini adalah orangtua yang dia tabrak.

Cklek

Pintu ruang ugd dibuka, mendapati seorang pria paru baya yang menggunakan jas berwarna putih.

"Gimana keadaan anak kami dok?" Tanya pria baru baya dengan suara beratnya.

"Anak ibu dan bapak sudah melewati masa kristisnya, hanya saja....."

"Hanya saja apa dok?" Potong Intan

"Hanya saja, dia mengalami kelumpuhan total"

Kedua orang tua Jihan membekap mulutnya, Intan menangis dengan kencang, begitu juga dengan Deren, pria itu sangat terpukul karena dia gadis itu mengalami kelumpuhan.

"Gadis itu lumpuh?" Tanya Gilang syok.

Deren mengangguk sekali, "sejak saat itu, gue janji sama dia, gue ngak akan ninggalin dia, dua bulan ini, hidup gue sekolah rumah sakit, setiap harinya"

"Jadi itu alasan kenapa lo ngak pernah datang ke markas?" Tanya Reksa.

"Iya, orangtua Jihan minta gue untuk nemenin Jihan, karena Jihan sempat ngak terima dengan kelumpuhannya, orangtua Jihan juga ngak nuntut gue masuk penjara, orantua Jihan ngak nyalahin gue sepenuhnya."

"Tapi gue tetap merasa bersalah, seandainya malam itu gue ngak ngebut mungkin ini semua ngak terjadi"

"Maafin gue, semuanya salah gue karena ngajak kalian ke club malam itu" ucap Reksa merasa bersalah.

Drt Drt Drt

Deren merogoh ponsel disaku celannya, dia menggeser layar hijau.

"Halo tante" ucap Deren cemas, karena dia tahu ibunya Jihan tidak akan menghubunginya di jam sekolah.

"Halo Deren kamu bisa kerumah sakit sekarang" ucap Intan bergetar menahan tangis.

"Kenapa tan? Ngak terjadi apa-apa 'kan?"

"Jihan..... Jihan meninggal"

Pria itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai, tangannya dia kepalkan dan memukul lantai rooftof.

"Kenapa Der?" Tanya Reksa cemas.

"Jihan Sa, Jihan meninggal"

"Innalilahiwainailahirojiun" ucap mereka serentak.

🌻🌻🌻

Jangan lupa vote dan coment.

MATAHARI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang