03

1.9K 244 20
                                    



🥀__🥀



Kalaesa??

Kaesa??

Dia siapa???

Dona mengelilingi kamar yang kalau dibandingkan dengan kamarnya, memiliki ukuran yang jauh berbeda. Kamar ini sangat kecil tapi membuat Dona takjub karena si pemilik mampu menata barangnya dengan rapi berbeda sekali dengan kamar Dona yang luas tapi masih terlihat super berantakan. Akhir destinasi, Dona duduk di meja belajar yang sekali lagi, sangat rapi itu.

"Kalaesa, enam juni dua ribu. Loh???? Kok sama kayak gue sih??" Dona membalik-balik jurnal yang ada ditangannya itu, berusaha mencari tahu apakah dirinya sedang berada ditubuh orang atau bagaimana.

"Tapi seharusnya kalau gue pindah di tubuh orang, hp gue juga bakal menyesuaikan sama hp si pemilik tubuh kan?? Muka gue juga masih sama. Ini apa sihh" Dengan frustasi ia melempar jurnal itu sembarangan. Kepalanya pusing ditambah matahari yang semakin terik, membuat kamar ini terasa panas.

Dona kembali memeriksa ponselnya, berharap ia akan menemukan clue atau apalah yang bisa membantunya keluar dari kebingungan ini. Tapi semuanya sia-sia karena tidak ada notif lain selain chat dari Marka yang menanyakan apakah dirinya akan masuk kelas hari ini.

"Alah, bullshit. Katanya temen deket, tapi gak ada tuh nyoba ngehubungin gue. Beneran perduli gak sih" Dona meringis ketika menyadari Renjana maupun Nasya tidak ada menghubunginya sama sekali. Sebenarnya persahabatan mereka ini tulus, atau hanya karena uang saja??

"Sa??" Pintu kamarnya diketuk, membuat Dona reflek menyembunyikan ponselnya. Wanita yang sepertinya ibu si pemilik kamar membuka pintu pelan, tidak masuk karena sepertinya ia hanya akan menyampaikan sesuatu.

"Ada Jean tuh, katanya khawatir kamu gak kuliah hari ini. Temuin gih"

Jantung Dona berdebar, dengan sedikit bergetar ia mencoba menemui Jean yang ibu itu maksud. Karena rumah ini tidak luas, jadi begitu Dona keluar dari kamar ia langsung dihadapkan dengan ruang tamu.

Melihat tubuh Dona sudah seutuhnya keluar dari kamar, Jean langsung berdiri dan berjalan cepat untuk memeluk gadis itu. Tubuh Dona menegang, ini adalah pelukan yang tidak terduga dari orang yang tidak ia sangka pula. Jean yang sekarang memeluknya, adalah Jean yang selama ini ia kejar-kejar. Ini adalah Jeannya.

"Aku khawatir sama kamu Sa, please jangan gini lagi"






🥀__🥀





"Kamu kenapa deh Na?? Aneh banget" Salah satu dari wanita yang sangat gerak cepat terhadap keluhan Kaesa tadi bertanya. Kaesa sudah mandi, badannya sudah segar. Sekarang ia sedang makan siang dan ditatap oleh wanita yang ia maksud tadi.

"Mbok udah dari kecil ngurus kamu, sampai kamu jadi sering ngedugem. Tapi baru ini kamu mabuk sampai lupa semua-muanya. Mbok takut sama bapak tau Na!!" Untuk ukuran pembantu, sepertinya wanita yang menyebut dirinya 'mbok' ini terlalu berani, bisa Kaesa simpulkan kalau gadis yang sebenarnya tinggal dirumah ini dibesarkan oleh si 'mbok'.

"Habis makan, bapak mau ngomong. Kayak biasa ya?? Jangan di ladenin. Diem aja dan omongan bapak cukup di dengar aja, oke??" Kaesa mengangguk pelan.

Ia cukup cerdas untuk mengerti alur cerita ini apalagi ditambah dengan spam chat Jean yang menyatakan kekecewaannya karena ia sudah memilih menghilangkan sedihnya dengan mabuk. Kaesa bisa menyimpulkan kalau Jean salah bawa orang, dan sekarang Kaesa lebih penasaran apakah parasnya begitu mirip dengan gadis yang dibawa Jean?? Kaesa sangat yakin dengan kesimpulan yang diambilnya karena ia sadar kalau tidak mungkin di dunia nyata ini ada pertukaran jiwa. Mustahil.

"Na?? Kamu denger mbok ga sih. Jangan melamun. Ini mbok khawatir" Kaesa tersentak. Sedari tadi ia hanya dipanggil Na saja, ia tidak tahu siapa nama gadis yang sekarang sedang ia gantikan perannya ini.

"Mbok hafal nomor aku?" Mbok mengangguk, ia hafal diluar kepala nomor Dona, tidak hanya nomor, semua social media Dona pun dia tahu.

"Aku boleh minta?? Aku— ketinggalan hp ku mbok. Aku gatau hp ku dimana, makanya aku mau coba telfon. Mbok tahu sendiri kan hp itu penting banget???" Kaesa dengan cepat melengkapi kalimatnya karena pandangan curiga dari mbok.

Setelah mendapatkan apa yang ia pinta, Kaesa dengan senang hati melangkahkan kakinya menuju kamar mewah dilantai dua.

"Donaaa, jangan lupa temui bapakk"

"Iyaa mbokk, nantiiii" Kaesa membalas teriakan mbok, senyumnya sumringah. "Aku gak bakal nemuin orang yang bukan orangtua ku mbok, aku harus cepat tukaran lagi sama si pemeran aslii" Dengan tersenyum Kaesa mengetikkan pesan kepada nomor yang diberikan si mbok. Meskipun kehidupan seperti ini yang ia inginkan, tapi bukan jalan seperti ini yang Kaesa mau. Karena kalau seperti ini, ia lebih kasihan pada gadis kaya yang menggantikan perannya.







🥀__🥀






Asli sih, cerita ini will be happy ending, cuma tetep aja aku sedih sama salah satunya :(

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang