🥀__🥀
Cafe kecil itu terlihat penuh siang ini, biasanya juga seperti itu tapi hari ini semua meja benar-benar terisi. Diana dan Dona sampai-sampai tidak punya waktu untuk duduk sebentar, keduanya sibuk melayani pelanggan dan menyiapkan pesanan. Tapi untunglah waktu istirahat siang tidak selama itu, para pengunjung tetap harus bekerja lagi setelah ini makanya tidak terlalu banyak yang stay setelah makan.
"Padahal kamu gak perlu bantu Ibu gini sayang" Diana mengelus rambut putrinya yang sedang memakan strawberry cake nya. Jujur saja Diana gemas, Kaesa sudah jarang lagi bekerja dan gadis itu lebih sering membantunya sekarang.
"Aku suka disini ibu!!! Udah deh, sini makan sama akuu" Dona menarik Diana pelan untuk duduk disampingnya dan menyuapinya. Setelah Dona pikir-pikir, tidak boleh hanya ia yang mendapatkan benefit, tapi Diana pun harus mendapatkan benefit sebagai ibu satu bulannya yang akan berakhir dalam beberapa hari lagi. Maka Dona sudah memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama Diana.
"Ibu seneng kamu jadi manja gini, duhh kamu padahal paling anti romantis nakk" Karena kehidupan mereka susah, Kaesa jadi jarang punya waktu yang banyak untuk bersama Diana karena Diana sibuk bekerja. Mereka baru akan bertemu setelah Diana pulang kerja dan itu pun tidak banyak yang mereka lakukan.
"Ibuu" Dona meletakkan sendoknya dan mulai menggenggam tangan Diana. "Nanti kalau aku udah gak manja lagi, ibu jangan sedih ya. Kadang aku emang bingung gimana harus utarain perasaan aku. Kalau ibu mau peluk aku, atau suapin aku, lakuin aja karena aku gak bakal nolak ibu. Ibu satu-satunya yang Kaesa punya, jadi Kaesa gak mungkin nolak ibu" Dona menelan ludahnya sakit, akhir kalimatnya adalah isyarat kalau kalimat itu memang ia tunjukkan ke Kaesa. Sejujurnya ia merasa bersalah karena sudah memisahkan Kaesa dengan satu-satunya keluarga yang ia punya. Tapi Dona pun begitu, ia hanya punya Papinya. Setahu Dona ia punya keluarga besar, tapi entah kenapa Papi memutus persaudaraan itu. Papi mengisolasi agar ia dan Dona tidak bisa disentuh oleh keluarga besarnya.
"Eehhh??? Ibu kenapa nangiss???!!" Dona panik, lamunannya langsung buyar karena suara isakan Diana. Secepatnya ia membawa Diana kedalam pelukannya, tapi Dona tetap bingung karena bukannya mereda tapi tangisan Diana semakin kencang.
"Maafin ibu karena egois, jangan tinggalin ibu lagi nak...."
🥀__🥀
"Kayaknya anak lo bete setengah mampus" Jonathan menoleh ke Dona ketika mendengar bisikan Yuda. Dona memang tidak bicara apa-apa tapi sebagai orang yang bekerja di perusahaan keduanya faham betul gesture tubuh orang yang sedang merasa tidak nyaman. Jonathan tersenyum kecil. Putri bar-bar nya mau diajak ke acara formal perusahaan saja sudah cukup untuknya, akhirnya ia pamit undur diri karena tidak tega melihat Dona nya yang sudah menghembuskan nafas seperti orang punya banyak hutang.
"Maaf ya papi lama" Kaesa menoleh, keduanya sudah didalam mobil kali ini. Menerjang macetnya jalan Jakarta di jam karyawan pulang kerja.
"Gak apa papi, harusnya kita tunggu acaranya selesai aja baru pulang. Aku jadi gak enak" Kaesa cemberut, sekarang ia benar-benar merasa tidak enak. Takut nanti dirumah ia akan dimarahi. Jujur saja, hampir sebulan menjadi Dona ini ia tidak terlalu punya banyak waktu bersama Jonathan. Apalagi, selain karena pria itu sibuk. Tolong ingatkan Kaesa, nanti kalau mereka sudah bertukar peran lagi untuk mengajak Dona rajin-rajin mengunjungi rumahnya. Dona pasti kesepian selama ini, mungkin karena itu pula lah Marka selalu menggangunya. Agar gadis itu punya tempat untuk melampiaskan emosinya.
Macet semakin parah, karena sepertinya mobil mereka tidak bergerak sama sekali. Kaesa sudah hampir menghembuskan nafas lagi tapi ia urungkan karena takut Papi merasa tidak nyaman.
"Ehhhh"
"Apaa!!"
"Itu Pi" Kaesa menunjuk beberapa pedagang yang mulai turun dijalanan. "Papi tolong dong panggil, aku mau beli jajanan!!"
Jonathan menurut saja, ada dua hal yang ia membuatnya terkejut disatu kalimat. Pertama, Dona mengucapkan tolong?? Seingatnya anaknya itu hanya suka mengatur dan memerintah, bahkan rasanya Jonathan tidak pernah mendengar putrinya mengucapkan dua kata mantra, tapi hari ini?? Dona meminta tolong. Yang kedua, Dona mau jajan makanan di pinggir jalan?? Seingatnya Dona itu pemilih, anaknya tidak mau makan makanan yang tidak jelas. Didikannya dulu kepada Dona jelas salah sampai membuat gadis itu menganggap penjual yang dijalan-jalan itu kotor.
"Kamu sering jajan kayak gini??"
Kaesa mengangguk sambil tangannya sibuk membuka jajanan-jajanam jalan yang Jonathan belikan banyak sekali itu.
"Baru-baru ini aja Papi, jajanan yang kayak gini tuh enak banget!!" Kaesa memang baru ini membeli jajanan seperti ini, karena ia jarang melintasi jalanan macet seperti ini. Kalau pun iya, pasti gadis itu pakai bus. Dan ia tidak terlalu punya banyak kesempatan untuk membeli jajanan seperti ini.
"Dona besok sibuk gaa?? Ikut papi mau ga??"
Kaesa mengerjab sebentar tapi akhirnya mengangguk. Besok, hasil tes DNA nya dan Dona akan keluar. Dona mengajak bertemu di rumah sakit. Tapi sepertinya ia akan membiarkan Dona mengambilnya sendiri, ajakan Papi tidak mungkin ia tolak. Karena waktu yang mereka miliki tidak lagi lama, Kaesa ingin punya kenangan bersama Jonathan. Setidaknya ia ingin memiliki ingatan kalau dia ini pernah punya ayah.
🥀__🥀
🇦🇷🇦🇷🇦🇷🇦🇷🇦🇷😚😚😚😚😚🇦🇷🇦🇷🇦🇷🇦🇷🇦🇷🇦🇷
![](https://img.wattpad.com/cover/327926694-288-k874661.jpg)