21

1.1K 182 7
                                    

⚠️ Diketik dalam keadaan ngantuk, nanti kalau ada yang gak jelas atau typo tolong infoin biar nanti aku gantui semuaaaaa. Maafffff

🥀__🥀

"Je?? Gimana??" Jena setia menunggu didepan pintu, melihat saudara kembarnya yang pulang tak bertenaga membuat perasaan khawatirnya muncul. Ia juga menyaksikan apa yang terjadi di rumah sakit tadi, meskipun sisanya ia tidak mengetahuinya dengan jelas. Fakta bahwa Dona dan Kaesa sempat bertukar peran membuatnya gelisah, Jena berusaha mengingat apa saja kalimat kasar yang ia lontarkan kepada Kaesa disaat-saat ia menjadi Dona. Sejujurnya Jena takut kalau persahabatan mereka akan selesai setelah ini.

Kaki Jean melangkah kecil menuju sofa terdekat, tenaganya benar-benar terkuras hari ini. Ia lelah.

"Je?? You okay??" Jean menggeleng pelan, dilihat sekilas pun orang pasti tahu kalau keadaan Jean saat ini tidak bisa dibilang baik-baik saja. Kepalanya sakit, dan penyebabnya adalah tatapan dingin Dona.

"Lo merasa tertipu kan Je?? Bangsat emang mereka berdua, bisa-bisanya mereka nipu kita kayak orang bodoh. Gue gak terima ba—"

"Jena" Jean mengangkat kepalanya, tatapannya lurus kepada saudari kembarnya yang terlihat masih pucat. "Gak usah banyak bicara bisa?? Aku pusing, belum urusan kamu, belum Kaesa, belum Dona"
Jean memelankan suaranya ketika ia mengucapkan nama Dona. Ada bagian hatinya yang sakit saat ia mengingat penolakan langsung dari Dona.

"Maaf" Ucap Jena lirih, "I'm okay. Kamu gak perlu pikirin aku" Lanjutnya, kemudian berlalu menuju kamarnya yang ada disamping tangga.

Melihat bahu Jena yang terkulas lemau saat berlalu, semakin mengundang rasa bersalah dihati Jean.







🥀__🥀




Kaesa dan Dona sudah boleh pulang dari rumah sakit, sekarang berganti Diana yang sakit. Ibu si kembar tiba-tiba drob setelah membantu si kembar makan malam. Jonathan mengurut kepalanya sakit, ia masih terlalu bingung untuk menghandle masalah ini. Namun akhirnya ia memutuskan untuk berbicara kepada si kembar terlebih dahulu, sebagai satu-satunya lelaki Jonathan ingin menjadi penengah dan merapikan semua yang berantakan.

Jonathan masuk kedalam kamar yang sudah diisi oleh Kaesa dan Dona didalamnya, untuk malam ini mereka sengaja disatukan kamarnya. Agar nanti si mbok gampang mengurusnya.

"Woahh, Papi gak nyangka kalau Papi beneran punya dua anak gadis" Ucap Jonathan setelah berhasil mendudukkan diri ditengah-tengah putri kembarnya.



"Kalau kalian nyari ibu, ibu tiba-tiba demam tinggi. Jadi malam ini biarin ibu istirahat ya?? Semua pertanyaan biar dijawab Papi dulu"

Kaesa dan Dona sama-sama menghela nafasnya pelan. Malas dengan suasana seperti ini.


"Aku siapa?"

"Kenapa gak keluar aja sih? Kita kan juga perlu istirahat!"

Satu pertanyaan dan satu protesan itu berhasil membuat Jonathan mengerjab, namun sedetik kemudian pria itu terkekeh.

"Kamu Dona," Tunjuknya pada hidung Dona, Jonathan juga sempat menekan pelan hidung Dona. "Dan Kaesa, Papi bakal biarin kalian istirahat setelah semua kegondokan dihati kalian berkurang, setidaknya sedikit saja"


"Kita bisa selesein semuanya bareng ibu, kita tunggu ibu besok aja"

"Gak bisa!" Jawab Jonathan tegas. "Ibu sakit karena kepikiran pertanyaan kamu Dona. Nak, dengar~" Kalimat Jonathan memelan, ia tidak ingin terdengar kasar dan nanti anaknya malah salah tangkap.


"Ibu punya alasan kenapa ibu akhirnya nyerahin kamu ke Papi. Tubuh kamu ini, duplicate ibu kamu. Kamu sering sakit-sakitan bahkan sampai sekarang kan?? Ibu waktu itu gak bisa bayarin obat perawatan Dona. Ibu terpaksa, ibu mau yang terbaik buat kamu tapi hidup ibu juga gak mampu. Dona, gak ada sedikitpun dihati ibu itu buat buang kamu. Ibu rela nganterin kamu langsung kerumah dengan resiko besar kemungkinan dia bakal ketahuan satpam dan pembantu. Ibu nekat dan ibu tega untuk kebaikan Dona. Ibu sayang Dona, ayah juga sama. Tolong buang jauh-jauh pikiran kalau Ibu sengaja buang Dona. Gak gitu sayang" Dona menunduk, hatinya benar-benar merasa bersalah sekarang.


"Kaesa" Panggil Jonathan, pria itu seperti tahu kalau Karsa akan melayangkan protesnya. "Papi gak tahu alasan ibu pergi ninggalin ibu waktu itu apa, tapi bisa gak kita untuk gak pernah bahas insiden itu?? Sepertinya ibu nyimpan banyak luka disana. Bisa gak kita bahas tentang kesenangan ibu aja?? Papi benar-benar gak tahu, Kita bisa saling memaafkan dan mulai semuanya seperti keluarga normal? Papi sayang kalian bertiga, rasanya papi gak sanggup kalau harus kehilangan kalian lagi"


Hati Jonathan sesak. Jelas saja ia sudah mengetahui rahasia yang disembunyikan istrinya. Namun, Diana sendirilah yang ingin menyembunyikan fakta kaburnya ia saat itu. Diana tidak ingin kedua putrinya punya masalah dengan keluarga-keluarga dari Jonathan meskipun Dona sudah.

Dona beringsut untuk memeluk Jonathan yang sedang menahan tangisnya. Gerakan tersebut diikuti oleh Kaesa.


"Papi, ayo nangis. Aku sama Dona udah puas banget kemarin. Sekarang saatnya Papi. Gak ada hal yang bisa Papi pendam, Papi punya kami"


"Kita sayang Papi, sayang ibu juga. Ayo kita mulai semuanya dari awal. Kita buka lembaran baru untuk keluarga kita!"











🥀__🥀





Gimana Christmas nya???

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang