18

1K 182 10
                                    




🥀__🥀




Jonathan memilih waktu dan tempat yang tepat. Piknik didalam terbuka tapi tidak merasakan teriknya matahari. Jonathan menyiapkan semuanya, ia pikir piknik akan menjadi langkah awal yang baik karena mereka akan punya banyak waktu berdua. Pria itu kembali meringis bahkan ia sudah tidak ingat kapan terakhir kali ia menghabiskan waktu bersama putrinya seperti ini. Semuanya terasa begitu cepat berlalu sampai-sampai Dona lebih nyaman menghabiskan waktu diluar rumah.

"Papi repot sendiri" Kaesa turut bergabung.  Tikar piknik berwarna hijau muda itu sudah duluan digelar, kini keduanya hanya perlu menyusun bawaan-bawaan yang semuanya dihandle oleh Jonathan. Bahkan Kaesa saja tidak tahu, entah jenis makanan apa yang akan mereka makan setelah ini.

"Papi gak masalah repot kalau demi anak Papi"

Gerak tangan Kaesa langsung berhenti, kalimat itu mengingatkan nya kepada ibu. Karena ibu juga melakukan hal yang sama, ibu tidak pernah keberatan dibuat repot oleh Kaesa. Ibu tidak pernah mengeluh asal itu demi anaknya. Ah, Kaesa jadi merindukan ibu. Sudah hampir satu bulan mereka tidak bertemu.
Senyum Kaesa merekah saat melihat Dona mengirimi nya pesan hasil tes mereka. Namun belum sempat jarinya bergerak untuk membuka pesan tersebut, Jonathan sudah duluan memanggilnya.

"Donaaa, no phone! This is just between you and me!"

"Okay Papiiii" Kaesa meletakkan ponselnya dalam keadaan berbalik, pertanda bahwa untuk kedepannya ia akan menikmati waktu bersama Papi tanpa ada gangguan dari ponselnya.

"For opening, ini susu royal kesukaan Donaa"

"Hahaha, Papi mindahin ini ke gelas dulu??" Anggukan Jonathan membuat tawa Kaesa semakin menjadi. Susu royal yang dimaksud adalah susu dengan campuran royal biskuit. Kaesa sempat terkejut kalau susu kesukaannya itu ternyata menjadi kesukaan Dona juga. Sejauh ini, menurut Kaesa hanya itu kesamaannya dan Dona yang baru ia temukan.

"Papi kemarin ngehubungin pabriknya, request kemasan besar biar dirumah kita punya stock banyak. Kalau kemasan kecil kayak biasa kan kamu cepat habis. Di acc sih karena kebetulan om Yuda tuh ada kenal pejabat brand itu. Tinggal nunggu susunya dateng aja"

"Woahhh Papii kerennn, makasih ya Papiiii"

Jonathan mengangguk saja, tangannya masih sibuk bergerak mengeluarkan sandwich dari plastik wrap sehingga pria itu tidak mengetahui raut sedih yang Kaesa keluarkan. Kaesa bersedih karena nantinya ia tidak bisa menikmati susu yang Jonathan maksud. Karena mungkin ketika susu itu datang, Kaesa dan Dona sudah kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Nahhh, ini makanan pembuka. Sandwich special buatan Papi!!"

Kaesa membuka mulut saat Jonathan hendak menyuapinya. Bersedihnya langsung selesai bergantikan rasa haru. Papinya Dona adalah pria pertama yang menyuapinya seperti ini. Kaesa rasanya ingin menangis, atau sudah??

Karena wajah Kaesa yang langsung memerah dan mata yang berair, ditambah gadis itu bernafas tidak beraturan membuat Jonathan menjadi panik.

"Na?? Dona!! Sayang, ada apa?? Kenapaa"

"Piii——  sa—— kitt"






🥀__🥀





Dona alergi kacang. Dan Jonathan memberinya sandwich selai kacang. Fakta menampar yang membuat hati Jonathan sakit. Untungnya siang itu UGD tidak terlalu ramai, begitu sampai Dona langsung diberi penanganan dan kebetulan pasien di brangkar sebelah Dona pun mengalami kambuh alergi juga. Berkasus yang sama.


"Tante maaf, aku gak tahu Kaesa alergi kacang—"

Jonathan mendengarkan percakapan dari brangkar sebelah yang terdengar sangat jelas karena jarak mereka hanya ditutupi oleh tirai saja.

"Yang disebelah, pacarnya gak tahu dia alergi tapi itu wajar kan nak, karena dia outsider. Tapi Papi??" Jonathan berbisik, lelaki itu masih setia menggenggam tangan Dona yang sekarang sedang tertidur.

"Papi pikir kamu mirip sama ibu, tapi sebulan terakhir Papi berubah pikiran, kamu jadi terasa lebih mirip Papi. Tapi, hari ini kamu ngebuktiin kalau kamu beneran mirip sama ibu. Kalian sama-sama alergi kacang. Kok Papi gak kepikiran kemungkinan yang sama ya nak??" Pandangan Jonathan menerawang, mengingat kalau wanitanya sangat ingin memakan kacang tapi terhalang oleh alergi.  Hati Jonathan menjadi gelisah kembali, antara perasaan bersalah kepada Dona dan kerinduan kepada istrinya.

Istrinya yang meninggalkannya tanpa berpamitan. Kalaupun ingin bercerai, sampai detik ini Jonathan tidak menemukan surat cerai datang kerumahnya. Titik yang membuat Jonathan kalut itu adalah istrinya yang kabur ketika kehamilannya sudah menunggu hari untuk melahirkan. Saat itu Jonathan belum sejaya sekarang, ia benar-benar baru merintis karirnya dan tidak punya waktu yang banyak dengan istrinya.
Waktu itu, sekitar lima bulan setelah kepergian istrinya, rumah mereka dihebohkan oleh tangis bayi. Istrinya mengirim Dona yang saat itu baru berusia empat bulan. Entah sekarang apa yang istrinya lakukan sehingga tega sekali melepaskan anaknya begitu saja, tapi meskipun begitu Jonathan tetap rindu. Ia berharap ia bisa memperbaiki hubungan mereka.

"Papi~~~~" Jonathan sigap berdiri saat Dona membuka matanya, sorot mata gadis itu masih melemah, membuat perasaan bersalah Jonathan semakin kuat.

"Maafin Papi nak, Papi gak tahu kalau kamu alergi kacang. Maafin Papi karena papi gak—"

"Heeehhh, gimana bisa seorang Papi gak tahu apa yang anaknya gak boleh konsumsi??"

"Huh??" Jonathan menoleh ketika mendengar kegaduhan dari brangkar sebelah, ia bingung karena gadis disebelah seolah menyahuti kalimatnya.

SREK

Tirai perantara itu sekarang sudah tiada, gadis itu menyibak tirai pembatas dengan kuat sehingga menciptakan sedikit kebisingan.

"Papi gak tahu karena Papi emang gak pernah tahu apa-apa tentang aku kan??"

Jonathan bingung, gadis yang ada disebelah brangkar Dina sangat mirip dengan Dona. Apa ini??

Untuk mencari jawaban, Jonathan mencoba memutar pandangannya dan disanalah pandangan mereka bertemu.

"Diana???"






🥀__🥀




Aku gak tahu, kenapa aku gak boleh bebas berekspresi 😔😔

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang