🥀__🥀
"Kenapa lo?? Udah mulai merasa akademiknya melemah ya??" Rihana duduk didepan Kaesa tanpa izin gadis itu. Disampingnya Jena pun ikut menarik kursi.
"Gue liat dari tadi lo frustasi banget ngerjain tugas ginian doang??""Atau dulu lo cuma sok-sokan pinter?? Trus pakai duit bokap lo buat beli semua nilai dan semua piagam olimpiade lo?? Kan Lo sendiri ya yang bilang, semuanya gampang kalau ada uang"
"Kalian bisa diam gak?" Kaesa jengah sekali, kepalanya sedang panas karena mengerjakan sederet angka yang ada didepannya, ditambah Jena dan Rihana yang tiba-tiba datang mengganggunya. Entah bagaimana dua gadis itu bisa ada disini padahal Kaesa sekarang sedang di cafe milik Marka.
Rihana dan Jean tidak membalas apapun ketika Kaesa menyuruh mereka untuk diam, mereka hanya mendengus dan terkekeh pelan. Sangat menjengkelkan.
"Gak ada kerjaan ya?? Pergi gih! Kalian juga banyak tugas kan?? Jangan kayak orang nganggur!!"
"Kita punya tugas tapi ya gak bakal sampe jambak rambut kayak elu sih waktu ngerjainnya. Kasihan banget, otak lo beneran udah melemah ya??"
"Kayak kalian gak kesulitan aja. Tugas aja kalian masih joki!!"
Jena dan Rihana melotot bersamaan, bagaimana bisa Dona mengetahui rahasia besar mereka???!!!
"Ya mending joki sih" Ucap Jena setelah menetralkan rasa kagetnya. "Daripada lo? Maksain diri meras otak trus nanti ujung-ujungnya minta bokap bayar buat naikin nilai. Gak ada yang bisa dibanggain sih Dona dari elu ini. Udahlah gak punya mami, papi lo yang masih hidup aja cuma perduli sama uang dan peker—"
"Lo juga gak punya nyokap by the way!" Marka menarik kursi disamping Kaesa. "Lo lebih parah" Telunjuk Marka beralih ke Rihana. "Bokap nyokap lo juga gak jelas kan siapa?? Lo selama ini hidup sama om Yuda. Nasib kalian bertiga tuh sama, kenapa seolah-olah kalian lebih baik?? Dona mendingan deh, bokapnya banting tulang buat anaknya, ya bayarin duit berapapun gak bakal keberatan sih. Nah lo?? Gak malu lo Rihana?? Lo tuh beban orang lain"
Marka menatap keduanya santai, bahkan pemuda itu sempat mengambil kentang goreng milik Kaesa.
"Lo berdua iri sama Dona ya bilang aja sih, secara dia cantik, pinter, bakat banyak. Kalian gak mampu nandingin kan???"
Marka benar-benar membungkap Rihana dan Jena dengan kalimat yang super menusuk.
🥀__🥀
"Marka makasih ya buat hari ini" Marka mengangguk, tangannya terulur menepuk kepala Kaesa.
"Gue pulang dulu ya, hati-hati feeding nya" Kaesa mengangguk lalu melambaikan tangannya. Setelah Marka tidak terlihat lagi, barulah ia memutar langkah berlawanan dengan jalan yang Marka ambil tadi. Sudah tiga hari semenjak ia melakukan tes DNA dan Dona tidak terlihat sama sekali. Hasil lab baru akan keluar minggu depan, sebenarnya harus menunggu dua minggu. Tapi entah bagaimana cara Dona berbicara dengan pihak rumah sakit, akhirnya tes yang mereka lakukan bisa diambil satu minggu lebih cepat.
Kaesa sempat berhenti dibeberapa tempat untuk menuangkan makanan yang ia bawa diatas tissue agar kucing-kucing jalanan itu bisa makan dengan bersih. Meskipun sudah ada himbauan untuk tidak memberi makan kucing jalanan, tapi Kaesa tidak bisa mengabaikan mereka. Paling tidak, satu bulan sekali ia harus melalukannya. Hingga akhirnya Kaesa duduk trotoar untuk beristirahat.
"Gue baru tahu lo punya kebiasaan kayak gini"
"Astagaaa" Kaesa memegang dadanya karena terkejut, Jean tiba-tiba ada disampingnya dan dengan kurang ajarnya pemuda itu langsung mengejutkannya.
Melihat Dona terkejut, Jean terkekeh.
"Kamu emang pernah tahu apa yang aku suka dan gak suka?" Kaesa sengaja berkata seperti ini karena menurut pantauannya beberapa hari kebelakang, Dona ini ngejar-ngejar Jean tapi Jeannya selalu menolak.
"Gue tahu lo suka sama gue" Ucap Jean menatap Kaesa. Ketika bulan pertama dan kedua masuk kuliah, Jean sempat setres berat karena kemiripan yang Kaesa punya dengan Dona. Tapi semakin ia mendekati Kaesa, ia semakin tahu kalau dua gadis itu hanya sama dimuka. Tapi dari segi yang lain keduanya sangat berbeda.
"Lupain aja, aku udah gak suka sama kamu" Jawab Kaesa acuh, ia yakin kalau Dona mendengar kalimatnya saat ini sudah pasti ia akan dilempari dengan botol atau sandal gadis itu. Dona sangat menyukai Jean, bagaimana bisa gadis itu menyerah sekarang.
Jawaban acuh Kaesa menyisakan Jean dan perasaan kosong di hatinya. Harusnya ia merasa senang karena moment ini lah yang ia nanti, moment dimana ketika Dona menyerah dengan perasaannya. Tapi kenapa hatinya disana tidak terima???
🥀__🥀
Btw guys, yang mau beli trakteer nya book marriage contract sabar dulu ya, kemarin tiba-tiba di takedown sama trakteer. Dan aku masih LDR sama laptop ku, mentahan narasi nya ada disana jadi aku belum bisa benerin dalam waktu dekat. maaf yaaaaa.