🥀__🥀
Kata Diana, kemungkinan besar luka Dona itu berawal dari ketidakhadiran Jonathan dimasa lalu. Gadis itu memendamnya dan baru terasa sekarang. Karena Jonathan penyebabnya jadi seharusnya Jo pula lah yang menyembuhkannya. Menurut pada pendapat sang istri, hari ini Jonathan membawa Dona untuk bermain di Playground. Playground yang khusus hari ini disewa agar Dona bisa leluasa bermain tanpa harus antri atau mendapat tatapan sinis dari ibu-ibu yang anaknya rewel karena ingin bermain.
"Papiiii, ayo mandi bolaaa" Belum sempat Jonathan mengiyakan, tangannya langsung ditarik oleh Dona agar mereka jatuh bersama. Tawa gadis itu mengisi ruangan yang hanya ada mereka berdua.
"Hahahhahaa Papi badannya masih bugar tapi ternyata jompo jugaaahahahahaha" Jonathan mendengus geli. Padahal badannya memang masih kuat, pinggangnya berbunyi saat ia terjatuh diantara ribuan bola itu diluar kuasanya. Salahkan saja tulang-tulang belakang.
"Bahkan Papi masih mampu gendong kamu ya nak!!"
"Oh ya?? Coba aja kalau AAAAAAKKKK PAPI TURUNIN!!!!" Telinga Jonathan rasanya mau pecah karena teriakan Dona yang begitu melengking. Gerakannya memang tidak bisa diprediksi oleh Dona apalagi mereka masih kolam bola, yang berarti keseimbangan Papi tidak terlalu bagus. "Papi astagaaaa turunin aku gak mau ya patah tulang bareng!!"
"Sembarangan kalau ngomong!!" Jonathan menyentil kening Dona setelah menurunkan gadis itu tentunya. "Kamu ringan banget deh adek. Makanya makan yang banyak!! Biar berat!!"
"Papi yang beliin makan tapi ya??"
"Emang selama ini kamu makan pakai duit siapa Dona????"
Gadis itu menyengir, kalau bisa rasanya ia ingin selamanya seperti ini. Gumpalan-gumpalan perasaan aneh itu tiba-tiba menghilang.
"Papi??"
"Iya sayang??"
"Apa sebenarnya aku tuh butuh liburan ya?? Rasanya aku lega banget nih hari ini karena main disini"
Jonathan tidak langsung menjawab, ia memperhatikan wajah putrinya terlebih dahulu. Wajah itu berseri. Ini pertama kali Jonathan melihat Dona tertawa lebar, tulang pipinya begitu terlihat hari ini, dan matanya menyipit.
"Kamu mau liburan??" Dona mengangguk semangat.
"Iya!! Mau banget!! Papiii ayok liburan sama ibu sama Kaesa!!"
"Ayo Dona. Kamu minta sama Papi buat keliling dunia pun bakal Papi kasih!"
🥀__🥀
Ada beberapa konsultan yang bilang kalau peran ibu dan ayah dalam mengasuh anak itu harus sama, misal ketika pagi sebelum berangkat kerja sang anak bermain dengan ayah, maka setelah ayah berangkat bekerja maka anak akan bermain dengan ibu. Atau ayah yang akan tegas kepada anak-anaknya dan ibu yang akan memberikan pengertian lemah lembut kepada mereka. Intinya, imbang. Sama halnya dengan yang Diana terapkan kali ini. Kalau Jonathan sedang bertugas mengulik serta mengobati inner child Dona, maka Diana bertugas menemani Kaesa yang tadi siang tadi tiba-tiba bilang kalau dia pengen bikin kue.
"Kenapa gak tart aja kak?? Kenapa harus crepe??"
"Gak tahu" Kaesa yang tengah sibuk menuangkan adonan di teflon mengangkat bahunya, "Mungkin biar kelihatan effort aja sih ibu"
"Trus, kenapa bikinnya tiga cetak?? Buat siapa?"
Keduanya berbicara tapi tangan tetap bekerja. Kalau Kaesa sibuk membuat lapisan crepe nya maka Diana bertugas untuk menyatukan tumpukan itu dengan whipped cream.
"Yang cokelat oreo itu mau aku kasi Jena. Dia udah baik banget mau nganter Dona pulang kemarin. Trus itu yang lagi ibu susun buat Dona. Dia suka banget sama matcha. Nah ini, kayaknya adonan terakhir ini buat Marka deh ibu"
Diana terkekeh, ia sudah mendengar tentang kisah cinta putrinya itu. Pendekatan singkat yang menggemaskan.
"Ibu kira kamu bakal jadian sama Jean"
"Ibu!!!!" Kaesa langsung menoleh dan melotot. "Jangan ngomongin ituuuu"
"Lohh, kenapa emangnya??" Diana mengernyit, tidak pernah sebelumnya Kaesa melarangnya untuk membahas Jean.
"Dona itu, naksir Jean" Cicit Kaesa, kisah mereka ini sulit dijelaskan kepada mereka yang tidak faham. "Ibu!! Dengerin dulu!!" Kaesa segera memberi gesture kepada Diana untuk tidak menyela. Kaesa sudah hafal diluar kepala apa yang akan ibunya katakan.
"Aku gak sama Jean karena dari awal aku emang gak suka sama dia ibu. Aku sama Jean benar-benar cuma sahabat. Sama kayak aku ke Jena sama Rihana. Gak lebih. Aku tahu prioritas aku ibu, aku gak mungkin mengikhlaskan perasaan aku untuk orang lain. Aku emang sukanya sama Marka, meskipun baru sebatas rasa suka yang masih hilang datang, tapi aku yakin nanti perasaan kami akan besar kok. Kayak ibu sama Papi. Udah pisah belasan tahun, tapi akhirnya tetap ketemu dan bersatu"
Diana menghela nafas lega. Ia tidak akan pernah setuju dengan opsi mengikhlaskan. Biarlah hanya ia yang menjadi korban oleh opsi itu, jangan putrinya. Kaesa tidak boleh menyerah pada perasaannya karena Dona dan begitupun sebaliknya.
"IBUUUUUU" Diana dan Kaesa menoleh bersamaan, itu suara teriakan Dona. Dan benar saja, gadis itu langsung muncul didapur, bersama Marka yang kerah bajunya Dona pegang. Tunggu? Marka??
"Ibuu, masa ibu ikhlas yang begini pacaran sama anak ibu!!" Dona menunjuk Marka yang hanya cengengesan. Tadi niatnya ia akan menyelinap masuk ke kediaman Jonathan, tapi aksinya malah tertangkap basah oleh Dona.
"Ayanggg, bantu akuuuu" Marka menatap Kaesa memelas. Alhasil membuat gadis itu menghela nafas dan berjalan mendekati mereka. Tangannya bergerak untuk melepaskan genggaman Dona di baju Marka.
"Heehhee, makasih ayanggg" Marka tertawa lebar, tapi tawa itu tidak lama karena Kaesa langsung memasukkan satu lapis crepe kedalam mulutnya dengan paksa.
"Awyangg kwokk gwituuw shiiwww??"
"Bodo amat Marka, bodo amat!!!!"
🥀__🥀
Sebenernya si kembar cuma bersatu buat balas dendam ke Marka aja sih kayaknya 🤘🏻
wkwkwkwkwwk