🥀__🥀
"Kaesaaaaaa huhuhuuuu" Dona mengernyit ketika gadis itu memeluk dirinya. Jelas Dona tahu siapa dia, gadis yang sepertinya sangat membenci Dona, bahkan seperti alergi dengan kehadiran Dona. Dia adalah Jena, kembaran Jean.
"Lo kemarin gak masuk?? Kenapa?? And what?? Sa?? Lo catokan???!" Jena menutup mulutnya kaget, Kaesa yang ia kenal adalah gadis yang paling tidak perduli dengan penampilan, meskipun hanya mencatok rambut tapi itu adalah sebuah kemajuan.
"Catokan doang ini, gue kemarin sakit, ibu ngelarang masuk dulu" Dona menjawab acuh, sebenarnya ia punya dendam tersendiri kepada gadis disampingnya ini. Jena selalu punya cara untuk mematahkan hati Dona, semua kalimat kasar Jena sudah pernah ia telan.
"Gue??? Woahh, kayaknya yang dibilang Jean lo mabuk-mabukan kemarin emang bener sih. Sampe sekarang masih ya??" Dona merutuki diri, bisa-bisanya ia lupa dengan Kaesa yang selalu memakai aku-kamu.
"Emm—"
"Ribet amat lu!!" Riana mendorong pelan bahu Jena dan menggantikan posisi gadis itu merangkul Dona, semakin risih Dona dibuat mereka. "Kaesa, good job! Lu sekarang harus menunjukkan sisi garang lu. Gak boleh iya-iya lagi oke? Catokkan ke kampus dan pake lo gue itu udah permulaan yang bagus" Riana menepuk bahu Dona, gadis ini seperti bangga kepadanya.
Dona yang tidak ingin memperpanjang percakapan hanya mengangguk, lanjut berjalan menuju kelas mereka. Meskipun risih tapi Dona tidak bisa memisahkan diri, masalahnya ia tidak tahu sama sekali dengan struktur daerah fakultas Kaesa ini. Ditengah perjalanan mereka, Dona terbelalak ketika melihat Kaesa yang sedang mengejar Jean. Dona tidak menyangka kalau Kaesa benar-benar akan melaksanakan perintahnya.
"Itu Dona" Jena sadar kalau langkah Kaesa memelan langsung angkat suara. "Cewek gatel yang ngejar-ngejar Jean mulu. Gue sebel banget sama dia"
Dona mendelik, besar hasratnya untuk menjambak Jena saat ini juga.
"Tapi penampilannya hari ini beda ya?" Riana ikut melihat.
"Biasanya baju dia berani gitu, tapi hari ini kalem. Trus ya Sa, yang gue gak habis fikir. Lo kok bisa mirip banget ya sama si uler?"
Sekali lagi Dona mendengus. Jadi sebenarnya dirinya, Jena, Jean, Marka, dan Riana ini satu sekolah di international school. Tapi satu sekolah dan satu kampus tentu tidak membuat mereka jadi akrab, tapi Dona tidak menyangka kalau pandangan mereka terhadap dirinya sejelek ini.
"Bagus dong gue mirip sama Dona, orang dia cakep" Ucap Dona dan langsung berlalu. Ia harus cepat-cepat pergi agar tidak menjambak Jena dan Riana.
Sedangkan Jena dan Riana yang ditinggalkan mendadak heran, dan saling pandang.
"Eh Kaesa anjir lo salah belok!!!" Jena panik karena Kaesa malah belok ke arah kantin, padahal kelas mereka akan dimulai dua puluh menit lagi.
🥀__🥀
Seumur hidupnya Kaesa tidak pernah mengumpat, meskipun banyak moment yang membuat ia hampir mengumpat tapi masih bisa ia tahan, tapi sepertinya hari ini adalah pengecualian. Kaesa sedikit merutuki tugas yang dititip oleh Dona, yaitu memberi Jean Snack sebelum masuk ke kelas. Masalahnya, jarak fakultas Dona dan fakultasnya itu jauh sekali. Dan Kaesa lebih heran lagi kenapa ia mau saja mengikuti perintah Dona??
"Jean, please ambil ini. Aku mau cepet masuk ke kelas" Sejujurnya Kaesa tidak menyangka kalau sahabatnya adalah lelaki yang ditaksir oleh Dona. Meskipun persahabatannya dengan Jean baru, tapi kenapa pemuda itu tidak bercerita sama sekali kepadanya?? Padahal Kaesa sudah menceritakan hampir semua kisah hidupnya kepada Jean.
"Lo bisa berhenti gak sih!" Jean berbalik yang jujur saja membuat Kaesa sedikit terkejut. Lelaki itu meninggikan suaranya, hal yang sepertinya mustahil di lakukan oleh Jean.
"Lo tuh ganggu hidup gue, lo bisa gak sih biarin gue tenang??" Kaesa mengernyit, tidak suka dengan kalimat pemuda itu. Dengan kasar Kaesa menarik tangan Jean dan memberikan plastik belanjaannya dengan paksa.
"Dibeliin tuh bersyukur! Aku juga ogah sebenernya buang-buang waktu kayak gini!" Tidak memperdulikan apalagi jawaban Jean, Kaesa langsung pergi. Mulutnya tidak berhenti misuh.
Kesal karena waktunya sudah terbuang dan kesal karena ternyata sahabatnya itu memperlakukan gadis yang menyukainya seperti itu.
"Good job bitch! Dari kemarin kek kayak gitu" Kaesa terkejut saat tiba-tiba ada satu tangan yang bertengger di bahunya.
"Apaan sih!"
"Galak banget??!" Marka tergelak, ia tahu mungkin suasana hati Dona sedang tidak nyaman karena telah menerima penolakan Jean yang kesekian kali.
Sedangkan Kaesa menghela nafas pelan, mencoba menenangkan diri sendiri. Kenapa orang-orang disekitar Dona sangat cepat memancing amarahnya?? Padahal rasanya Kaesa cukup pintar memanajemen emosinya.
"Kamu gak usah ganggu aku dulu hari ini!!" Ucap Kaesa, untuk kedua kalinya meninggalkan orang tanpa mendengar reaksinya.
Dibelakang nasib Marka tidak jauh beda dengan Jean. Dua pemuda itu sama-sama mematung dan menatap langkah Kaesa.
Ada yang aneh dengan gadis itu.🥀__🥀
Dona :