🥀__🥀
"Sa, pacar lo dateng tuh. Sumpah, aneh banget gue liat itu anak nginjekin kaki dirumah ini. Mau jalan ya lu berdua??" Kaesa menghela nafas pelan, kalimat Dona panjang sekali. Padahal beberapa hari kemarin ia akan sangat irit kata ketika diajak bicara.
"Iyalah, aku mau first date. Bye!!" Kaesa berjalan melewati Dona, tidak sepenuhnya melewati karena Dona memilih untuk mengikuti langkahnya. Beberapa hari yang lalu, ketika Dona memberikan waktu untuk Kaesa dan Marka berbicara empat mata, ternyata Marka mengutarakan perasaannya. Jujur saja awalnya Kaesa sempat terkejut, karena selama sebulan ketika bertukar peran, ia sering memperhatikan gerak gerik Dona dan Marka. Marka seperti memiliki perasaan khusus kepada Dona.
"Gue emang sempat suka sama Dona, dari kita mau masuk SMP. Tapi Dona gak akan pernah percaya kalau gue suka sama dia karna cara gue nunjukin rasa suka gue yang cukup nyebelin. Gue free Sa, gue benar-benar udah ngelepas rasa suka itu dari Dona. Perasaan gue ke dia sekarang cuma sebatas kita temenan dari kecil. Dan kalau lo takut gue jadiin lo pelarian, lo salah Sa. Gue gak pernah jadiin lo pelarian. Gue cuma mau nyoba sama lo"
Itu kalimat Marka waktu itu, kalimat yang membuat Kaesa yakin untuk menjalani semuanya bersama Marka meskipun ia belum memiliki perasaan yang berarti untuk Marka. Kaesa tahu, setelah ini ia pasti akan menghadapi Jean dan rasa suka pemuda itu juga. Yang ada di pikiran Kaesa adalah, kalau ia menerima Marka maka tidak akan ada yang sakit hati. Sedangkan kalau ia terus-terusan diam dan Jean yang masih mengejarnya, itu tidak akan baik untuk perasaan Dona. Kaesa tahu, Dona masih sesuka itu sama Jean.
"Lo hati-hati pokoknya!! Awas ya kalau kalian pulang kemalaman!!" Tendangan kecil Dona ke kaki Marka menyadarkan Kaesa dari lamunannya, gadis itu terkekeh pelan. Meskipun belum tahu apa yang Dona rasakan tapi setidaknya ia bisa melihat Dona mulai kembali seperti dulu.
"Dih ngatur! Papi lo aja gak masalah gue jalan!"
"Gue yang masalah!!" Dona melebarkan matanya, tapi tidak terlihat menyeramkan sama sekali.
"Udah ih! Entar aku sama Marka gak jalan-jalan iniii. Dona kita berangkat dulu yaa, inget kata ibu kalo laper nanti makanannya di microwave dulu. Jangan delivery soalnya kamu harus perbaikan gizi dulu!! Aku punya CCTV!!! Awas!!" Kaesa meletakkan dua jadinya didepan mata dan memberi gesture kalau ia tetap mengawasi Dona.
"Lucu bangettttt" Dona terkekeh melihat saudara kembarnya dan musuhnya berjalan meninggalkan ruang tamu.
🥀__🥀
"So I'm gonna love you like I'm gonna lose you
I'm gonna hold you like I'm saying goodbye
Wherever we're standing, I won't take you for granted
'Cause we'll never know when, when we'll run out of time
So I'm gonna love you like I'm gonna lose you (lose you)
I'm gonna love you like I'm gonna lose you"Suara Marka dan Kaesa mengalun bersama mengikuti lagu yang diputar dari playlist Marka. Keduanya sudah lelah menjelajahi mall, dan akhir memutuskan untuk berkeliling kota, sekedar untuk menghabiskan bensin.
"Kata kamu, kamu gak bisa nyanyi??"
"Emang ada yang gak bisa nyanyi?? Aku mau bisa, cuma suaranya aja yang jelekkk" Marka terkekeh, benar juga. Tidak ada yang tidak bisa bernyanyi kalau orangnya mau, cuma masalahnya adalah suaranya bagus atau tidak?? Kenal nada atau tidak??
"Kayaknya, ini kayaknya yaaaaaa"
"Iyaaa, apaa??"
"Kayaknya aku tuh lebih mirip sama Papi?? Aku baru sadar setelah tinggal bareng ini sih. Postur tubuh aku lebih ngikut Papi, aku lebih tinggi juga kan dari Dona. Trus imun tubuh, aku tuh jarang sakit sama kata beberapa orang, aku tuh kuat juga. Beda kalau Dona. Dia tuh suaranya bagus banget, nurun ibu. Sering sakit-sakitan juga, sama persis kayak ibu. Gak bisa capek mereka" Marka mengangguk setuju, ia juga melihat hal yang sama. Perbagian diantara keduanya sangat adil.
"Markaaa"
"Hmm???"
"Makasih ya??"
Marka menoleh sebentar, "Terimakasih buat apa Sa?"
Sebelum menjawab Kaesa memperbaiki duduknya terlebih dahulu, gadis itu kini menghadap Marka sepenuhnya. Pemuda yang tengah fokus menyetir itu kembali bingung dibuatnya.
"Makasih karena kamu waktu itu salah bawa orang. Mungkin aku bisa bilang kalau kamu tuh takdir aku sama Dona?? Karena Jean gak mungkin salah bawa orang, dia jelas tahu kalau aku gak akan berpakaian layaknya orang kalangan atas. Makasih karena waktu itu kamu bawa aku ke rumah Papi. Mungkin, kalau gak karena malam itu. Aku sampai sekarang gak akan tahu kalau aku ternyata punya keluarga yang utuh. Makasih banyak Marka" Kaesa menarik tangan Marka untuk ia genggam, sebelumnya ia sudah memastikan terlebih dahulu kalau perbuatannya itu tidak akan membahayakan mereka.
"Marka, seperti yang aku bilang kemarin. Mungkin sekarang aku belum punya perasaan yang berarti, tapi kita kan mulai semuanya dari awal. Makasih karena udah milih aku, sabar dan terima aku yang kayak gini"
"Sa....."
"Iya, Marka??"
"Jangan gini duh anjir, kita lagi ditengah tol. Gue ga bisa nepi tapi demi tuhan gue pengen banget nyium lo!!"
Gerakan yang Marka tidak pernah sangka adalah Kaesa memajukan badannya untuk mengecup pipi Marka.
🥀__🥀
Happy new year!!! Terimakasih ya kalian semua yang udah mau relain waktu buat baca buku ini. 💛