Xiao Zhan dan Yuan duduk di ruang tamu dalam diam, masing-masing dari mereka tidak ada yang berniat untuk bicara, sedangkan Yubin masih berlutut di bawah lantai dengan kepala tertunduk layaknya penghormatan untuk tuannya.
"Bangunlah, sampai kapan kamu akan berlutut disana?" Kata Zhan, menyuruh Yubin untuk berdiri.
"Pa-Pangeran ampuni hamba. Ha-Hamba terlambat mengenali anda." Yubin berbicara dengan tergagap. Dia sangat terkejut ketika tiba di apartemen Xiao Zhan dan melihat secara langsung penampilan pria manis itu.
Selama ini dia hanya mendengar cerita tentang keluarga kerajaan dari ibunya, tetapi siapa yang menyangka dia akan bertemu dengan sang penguasa di usianya yang masih muda, bahkan dia pernah makan bersama bangsawan tertinggi itu.
Alasan Yubin langsung mengenali Xiao Zhan sebagai pangeran adalah, karena hanya keturunan Kerajaan lah yang memiliki darah murni.
"Yubin, aku tidak pernah menyuruhmu untuk berlutut. Sekarang bangunlah, ini perintah." Titah Zhan. Karena Yubin sepertinya tidak akan berdiri jika dia berbicara dengan biasa.
Yubin dengan cepat berdiri, kepalanya masih tertunduk, tetapi sesekali matanya melirik ke arah Zhan kemudian kembali ke arah Yuan.
"Apa? Jika ingin melihat jangan setengah-setengah!" Seru Yuan yang kesal karena menyadari Yubin terus melirik ke arah mereka.
"Ma-maafkan saya pangeran kedua." Yubin kembali menunduk.
Xiao Zhan menghela nafas sebentar, tatapannya kemudian beralih melihat suasana malam melalui jendela kaca yang tak jauh dari tempatnya duduk. Tatapan sendu yang terpancar dari matanya mengandung banyak kesedihan.
"Ibunda… ayahanda…" suara tangisan dari masa lalu, kini dengan jelas tergiang dalam ingatan pria manis itu.
Mengingat tentang tangisan itu saja sudah membuat dadanya terasa sesak."Jangan pergi, jangan tinggalkan kami!!"
Satu persatu memori masa lalu kembali berkumpul dalam ingatannya. Xiao Zhan membenci purnama ganda, karena saat purnama ganda tiba, setiap waktunya akan terasa seperti neraka.
"Ge!"
Xiao Zhan tersentak ketika mendengar suara Yuan memanggilnya.
"Berhentilah mengingat itu." Tegur lelaki muda itu dengan wajah yang dingin.
Xiao Zhan tersenyum pahit sembari membuang nafas perlahan.
Sedangkan Yubin yang pernah mendengar tentang peristiwa purnama ganda yang menimpa keluarga kerajaan beberapa abad yang lalu hanya menunduk dan diam.
Wang Yibo, kamu pasti menyadarinya.-batin Zhan.
Xiao Zhan berkedip beberapa kali. Mulai besok hingga beberapa hari kedepan, ia tidak bisa melihat matahari lagi.
🌹
Yibo keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah. Ketika ia hendak duduk di atas tempat tidurnya, kotak merah yang berada di atas meja nakasnya tiba-tiba memantulkan cahaya berwarna merah.
Yibo sedikit memulatkan matanya. Kemudian di raihnya kotak itu dan membukanya.
Batu bulat seperti permata berwarna merah itu bersinar dengan sangat terang. Batu itu di sebut batu matahari, batu yang berwarna seperti darah. Satu-satunya senjata warisan yang di turunkan oleh pemburu vampir pada generasi selanjutnya dan juga Senjata yang bisa membunuh vampir berdarah murni.
"Ini bersinar? Haha, aku sudah menunggu begitu lama dan Ini akhirnya muncul."
Yibo menggenggam erat batu matahari itu sambil memperlihatkan seringaian liciknya dengan mata tajam seperti pisau yang bisa memotong apapun di depannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fobidden Love (Yizhan/END 🖤)
FanfictionSINOPSIS Peraturan beribu-ribu tahun yang lalu yang di buat oleh klan vampir dan pemburu vampir. kedua kubu ini tidak di perbolehkan untuk saling jatuh cinta apalagi hidup bersama. semua keturunan pemburu vampir diberikan indera penciuman yang tajam...