DUAA

25 12 1
                                    

Sudah 20 menit yang lalu Acha menunggu Tio di depan kelasnya. Sesuai janjinya bahwa ia akan pulang bersama Acha.
Namun sampai sekarang Tio belum juga muncul, semakin lama sekolah semakin sepi karena para siswa sudah pulang, hanya sisa beberapa yang masih ada kegiatan tambahan di sekolah.

Acha mengecek ponselnya, mungkin ada pesan dari Tio di sana. Namun ternyata nihil, pria itu juga online satu jam yang lalu.

"Apa Tio lagi ada kelas tambahan ya?" gumam Acha berpikir positif.

Acha mengembuskan nafas lelahnya. Ia kemudian langsung saja menelpon Tio untuk menanyakan di mana pria itu sekarang.

Dua kali Acha mencoba menghubungi namun Tio tak kunjung mengangkatnya. Dengan berat hati, Acha pun segera meninggalkan koridor kelasnya dan menuju parkiran. Siapa tau saja Tio ada di sana juga sedang menunggunya. Dan lagi-lagi ternyata tidak ada. Motor yang ada di parkiran pun tinggal beberapa, Acha juga tidak melihat motor pacar nya terparkir di sana.

"Acha!"

Seseorang memanggil Acha membuat gadis dengan wajah manis itu menoleh. Ternyata itu Haikal, teman sekelas Tio. Acha cukup dekat dengan Haikal semenjak pacaran dengan Tio.

"Ada apa, Haikal?" tanya Acha.

"Lo kok belum pulang?" tanya Haikal.

"Iya, tadi abis nunggu Tio, tapi dia nggak ada. Katanya mau pulang bareng tadi," jelas Acha.

Haikal sedikit merubah raut wajahnya mendengar penjelasan Acha.

"Emm, Cha."

"Iya?" balas Acha.

"Tio tadi udah balik sama Kalista."

Duarr!

Dada Acha mendadak seolah terhimpit sesuatu. Ada rasa sakit dan kecewa di dalamnya, tapi sebisa mungkin Acha menahan ekspresinya untuk tidak mengeluarkan apa yang ia rasa.

Sayangnya Haikal mudah sekali menangkap ekspresi Acha. Haikal tau kalau Acha kecewa.

Ya, siapa yang tidak kecewa, pacarnya pulang bersama wanita lain?

"Udah Cha, gue tau lo sakit hati. Tio emang gitu, nggak jelas banget orangnya. Lo pulang bareng sama gue aja kalau gitu," ajak Haikal.

Acha menggeleng. "Nggak usah, nanti pacar lo cemburu," tolak Acha.

Mendengar itu Haikal tertawa. "Lo lupa kalau pacar gue Lala? Sahabat lo?" tanya Haikal membuat Acha tersadar. Benar juga, Haikal kan pacaran sama Lala.

"Mana ada si Lala cemburuan. Nggak ada sejarahnya, makanya tuh anak gue sayang banget," kata Haikal di akhiri dengan senyumannya yang sangat manis.

Mendengar pengakuan Haikal, Acha merasa sedikit iri. Dalam hatinya ada pertanyaan yang tidak pernah bisa ia hilangkan.

'kenapa orang-orang bisa seberuntung itu? Kenapa mereka bisa di cintai begitu hebat oleh lelakinya?'

"Udah Cha mikirnya? Lo nggak cape?"

Acha tersadar lalu mengangguk dengan senyum tipis. Ia memutuskan untuk pulang saja dengan Haikal, kebetulan rumah mereka se arah.

☀️☀️☀️

Sesampainya di rumah, Acha tidak melihat keberadaan orang tuanya. Rumahnya terasa sangat sepi, mungkin orang tuanya sedang ada urusan di luar.

Tak ambil pusing, Acha segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Tak lupa sebelum itu ia mengecek ponselnya apakah ada pesan dari pacarnya, namun tetap saja sama. Tidak ada.

Sebagai seorang wanita wajar saja ia merasa overthinking dengan Tio. Bagaimana pun Tio adalah pacarnya, ia berhak untuk bertanya ataupun marah pada Tio sekarang ini.

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang