TIGA EMPAT

11 7 0
                                    

Selamat membaca💅💓

***

"Oh ya?! Gila manis banget nggak sih Dewa itu?" seru Lala bersemangat. Ia sampai mencengkeram boneka Acha dengan kuat saking gemasnya.

Ya, kedua gadis itu sedang menghabiskan waktu dengan bercerita. Lebih tepatnya Acha yang bercerita dan Lala yang mendengarnya.

"Terus-terus apa lagi nih?" tanya Lala antusias.

Acha tertawa geli dengan reaksi Lala yang sangat antusias mendengarkan ceritanya. "Ya pokoknya gitu. Dia tuh ngasih semua bahasa cinta ke gue, La. Pertama kalinya, gue di tatap dengan tulus, dan nada bicaranya lembut banget ke gue," jelas Acha.

"Aaaa Acha! Lo beruntung banget itu," ungkap Lala. Ia meraih tangan Acha dan menggenggam nya.

"—akhirnya setelah sekian lama. Lo terus-terusan sabar, sekarang udah dapat cowok yang effort banget. Yang dari awal ngejar-ngejar Lo, berjuang buat dapetin Lo."

Acha mengangguk setuju. Mungkin selama ini ia menganggap Dewa hanya bercanda, tapi pria itu ternyata benar-benar membuktikan semuanya. Tidak hanya melalui perkataan, tapi perbuatan dan tindakan Dewa mulai meyakinkan hati Acha.

"Gue harap, ini nggak bakal buat lo sakit hati lagi. Jaga hubungan lo ini Cha," pesan Lala.

Sebagai sahabat yang baik, ia tentu menginginkan yang terbaik juga untuk Acha. Sudah cukup rasa sakit dan kecewa yang Acha dapatkan sejak dulu. Mungkin ini saatnya bagian Acha untuk bahagia, mendapatkan sosok yang Acha bisa jadikan rumah.

"Gue juga harap begitu. Gue coba jalanin dulu, soal gimana-gimana kedepannya nanti, tergantung takdir," kata Acha.

"Btw, Dewa itu gimana sih orangnya?" tanya Lala penasaran.

Acha terdiam sejenak memikirkan bagaimana caranya mendeskripsikan sikap seorang Adriansyah Sadewa.

"Eum, Dewa itu orangnya pinter. Dia orangnya nggak suka banyak omong, tapi dia juga bukan tipikal cowok cuek yang dingin atau semacamnya. Dia juga tenang, nggak banyak tingkah. Dan setiap tindakannya itu, seakan-akan penuh perhitungan, cuman itu yang gue tau."

Lala mengangguk. "Sikapnya mirip-mirip ya sama lo. Udah cocok, jadi jodoh."

Acha terkekeh geli. "Apaan sih, jauh banget mikirnya."

"Tapi kan bagus kalau emang jodohh!"

"Kalau nggak jodoh?" tanya Acha membuat Lala langsung diam.

"Cha, Lo nanya gitu gue jadi mikir Haikal. Kira-kira dia jodoh gue nggak ya?"

Acha tertawa lalu menoyor kepala Lala. "Masih jauh perjalanan, La. Jalanin aja dulu, kalau jodoh ya nggak bakal kemana."

Usai mengatakan itu, Acha lalu turun dari kasur dan melangkah menuju lemari cemilannya.

"Nih, dari pada mikir yang aneh-aneh. Ngemil dulu,"

Hap!

Lala menangkap sebungkus Chiki yang Acha lempar.

"UAS bentar lagi, bakal jadi pulang nggak?" tanya Acha.

"Kalau lo?"

"Balik kayanya."

****

Pukul 5 pagi, Acha dan Lala sudah bangun. Keduanya sedang merapikan kamar Acha, dan bergantian untuk mandi.

Berhubung hari ini kedua gadis itu tidak ada jadwal kuliah, mereka pun memutuskan untuk olahraga lagi di lapangan biasa.

"Cha, sampahnya buang dimana nih?" tanya Lala yang sudah memegang kresek berisi sampah-sampah cemilan mereka semalam.

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang