"Nggak salah lo kasih kesempatan kedua buat orang Cha. Tapi orangnya jangan Tio."
-Lala-
✨✨✨
"Udah Cha, jangan nangis."
Lala mengusap pelan punggung Acha sejak tadi karena sahabatnya itu tak kunjung berhenti menangis. Bahkan mereka sejak tadi tidak masuk ke dalam kelas, untung saja hari ini memang guru-guru sedang mengadakan rapat persiapan ujian, jadi semua jurusan sedang jam kosong."Cha, udah deh cha. nggak usah di pikirin. mulut lemes emang kaya gitu," kata Lala tak menyerah untuk meredakan tangisan Acha.
"Sakit banget La, rasanya. gue serendah itu ya di mata mereka? gue juga pengen cantik La kalau emang cantik selalu jadi yang utama," racau Acha dalam tangisnya.
"Cha, udah gue bilang-."
"Iya! lo udah bilang, tapi gue ga bisa La. sakit la, dihina fisik sama cowok. kena banget di hati gue. lo cantik, lo nggak pernah rasain itu!" Acha membentak Lala membuat Lala langsung terdiam. Kekakasih Haikal itu menatap wajah Acha yang memerah dan sembab.
"Cha, nggak gini juga, Cha." Lala mencoba bersabar dan hendak mengusap wajah sahabatnya, namun dengan segara di tepis oleh Acha.
"ketempat lo aja La. gue nggak mau di ganggu dulu."
"Cha!" kata Lala sedikit meninggikan suaranya, sehingga beberapa temannya menoleh pada keduanya.
"Loh, Acha nangis?" tanya puput terkejut.
"Acha kenapa?" tanya puput lagi hendak mendekati Acha, namun Lala menghentikannya.
"Jangan dulu Put. gue aja di suruh pergi. mending nanti aja samperin dia, dia lagi nggak mau di ganggu," kata Lala yang sudah berdiri dari duduknya, berniat kembali di tempatnya.
"Tapi, Acha..."
"Udah biarin. balik aja ke tempat lo ya." Dengan wajah yang masih penasaran, puput pun kembali ke tempatnya.
***
Acha sampai di rumah setelah pulang sekolah. wajahnya masih terlihat sedih dan tubuhnya juga lemas. sialnya ia harus berhadapan dengan orang tuanya yang sudah ada di ruang tengah. entah mengapa kedua orang tuanya bisa pulang lebih awal dari kantor.
"Kamu kenapa?" Pertanyaan itu yang pertama kali acha terima dari sang ayah yang ternyata sejak tadi memperhatikannya.
Acha berdiri di dekat sofa lalu menjawab pertanyaan ayahnya. "Acha kecapean aja," jawab Acha.
"bagaimana pelajarannya hari ini?" tanya Hasan lagi.
"Baik semua kok, Yah. aman."
Hasan mengangguk lalu kembali fokus pada berkas di tangannya.
"Ganti pakaian kamu terus makan, mama udah masak itu."
Acha mengangguk saja menanggapi ucapan ayahnya. Sesungguhnya Acha benar-benar lelah hari ini, ia ingin menghabiskan waktunya untuk tidur.
Acha masuk ke dalam kamarnya, ia menyimpan tasnya di atas meja lalu menatap pantulan dirinya di cermin.
Acha memang tidak secantik wanita lain, tapi jika ia diperbolehkan menilai dirinya sendiri, Acha akan mengatakan kalau dirinya manis.
Perkataan Aril memang sangat menyakitkan, tapi itu benar dan nyata. Hanya saja, Acha rasa Aril tidak perlu mengungkapkan nya terlalu frontal, Acha merasa sangat terluka dengan perkataannya.
Acha tersenyum menatap pantulan dirinya. Hidupnya berkecukupan, tapi ia tidak sempurna dan hidupnya semuanya penuh aturan. Acha seolah bergerak atas kehendak orang tuanya. Acha di didik dengan keras, dan selalu dengan fisik. Acha, gadis itu mentalnya sudah tidak baik-baik saja sejak masuk SMK. Ia menyadari perubahan dirinya, dia sulit bersosialisasi, terkadang ia takut melakukan sesuatu karena takut salah, ia tidak berani mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan, sebab sejak kecil Acha selalu di tuntut untuk benar, jika salah, pukulan akan menjadi balasan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear Of Failing Again
Romance"Ceritakan padaku, rasanya di cintai dengan hebat itu seperti apa?" -Acha-