TIGA TUJUH

9 7 0
                                    

Selamat membaca💅💓

***

Pekan ujian akhir semester akhirnya tiba, kini Acha sedang sibuk-sibuknya belajar. Tidak ada waktu untuk sekedar bermain dan menjernihkan pikirannya. Bahkan sudah 2 hari ia dan Dewa tidak ketemu bahkan berkomunikasi lewat telepon genggam. Acha mengerti, Dewa juga pasti sama sibuknya dengan dirinya.

Acha menutup binder milik nya. Ia rasa dua jam belajar kali ini sudah cukup. Acha menghidupkan ponselnya yang sempat ia non aktifkan. Ia tidak ingin di ganggu ketika sedang belajar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan Acha belum sama sekali mandi ataupun makan sejak siang. Pantas saja kepalanya sedikit pusing dan perutnya yang sejak tadi meraung minta di isi.

Acha berdiri, beranjak dari meja belajarnya. Niatnya sekarang adalah mandi, lalu pergi membeli makanan. Tidak ada bahan masakan di kost nya.

Usai mandi dan bersiap-siap, kini Acha sudah keluar dari kamar kost nya. Ia masuk ke dalam mobilnya dan melaju, membelah jalanan jogja yang sedang ramai. Sepertinya banyak yang sedang menikmati waktu libur hari ini, sebelum akhirnya besok mulai beraktivitas seperti biasa.

Acha menghentikan mobilnya di depan salah satu restoran terkenal di tengah kota. Sudah lama ia ingin mencicipi makanan di sini. Kata Lala, makanannya enak, tapi mereka berdua belum sempat kemari berdua.

Acha masuk ke dalam restoran dan duduk di dekat jendela. Menikmati suasana sore hari yang menjelang malam ini. Sebentar lagi ia akan naik semester, itu artinya setiap tugas-tugasnya akan bertambah berat.

Seorang pramusaji datang memberikan Acha daftar menu. Setelah memilih makan dan di catat oleh pramusaji nya, Acha memilih bermain ponsel sembari menunggu makanannya datang.

Tidak ada yang menarik di ponselnya. Bahkan media sosial Dewa tidak aktif. Otomatis tidak akan ada pesan dari pacar nya itu.
Kalau di tanya rindu? Acha akan menjawab sangat. Hari-hari nya sudah terbiasa di isi dengan Dewa, dan dua hari belakangan ini, pria itu tidak muncul di hadapan Acha.

"Ini pesanannya, sayang."

Acha mendongak. Makanannya sudah di depan mata, tapi suara seseorang yang menyapa pendengaran nya tadi membuat dirinya terkejut. Sangat. Terlebih lagi saat mendongak dan mendapati Dewa lah yang sedang berdiri di hadapan nya dengan wajah tampan di hiasi senyuman manis itu.

Pria ini, pria yang sejak kemarin sering muncul di kepalanya.

"Dewa?!"

Dewa tersenyum hangat lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Acha.

"lo kenapa di sini? Kenapa makanan gue lo yang bawa?" tanya Acha. Ya tidak mungkin kan Dewa bekerja di sini, Acha yakin tidak mungkin.

"Gue liat pacar gue mau di datangin cowok, gue nggak mau. Lo terlalu menarik hari ini, gue cemburu nanti."

Acha tersipu. Pipi bulatnya menunjukkan rona merah samar-samar. Dewa hanya bisa menyaksikan itu sembari bertopang dagu.

"Sibuk belajar ya?" tanya Dewa.

Acha mengangguk lalu mulai menata makanannya di atas meja dengan baik.
"Lo nggak mau makan?" tanya Acha. Kalau Dewa kemari, sudah jelas ia mau makan.

"Makanan gue sedang menuju ke sini."

Acha terpaksa menunggu makanan Dewa datang dulu, baru makan bersama. "Gimana persiapan ujiannya?"

"Lumayan. Ini ke sini juga karna pengen segerin pikiran. Tapi malah dapat bonus ketemu lo, tambah bahagia gue."

Acha menggeleng heran sambil tersenyum. Entah sejak kapan pacarnya ini pandai melempari dirinya dengan kata-kata manis seperti itu.

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang