DUA PULUH

13 8 0
                                    

Hari yang paling menegangkan telah tiba. Hari ini adalah hari dimana Acha dan semua siswa harus mempertanggungjawabkan hasil kerja mereka terhadap tim penguji dan akan mendapatkan nilai akhirnya.

Acha terus melafalkan doa dalam hatinya agar saat presentasi nanti, Acha tidak gugup ataupun salah bicara. Ia ingin tampil maksimal dan mendapatkan Piagam penghargaan yang sudah di janjikan oleh para tim penguji itu.

"Udah siap, Cha?" tanya Mila setengah berbisik.

Acha mengangguk yakin. "Udah."

"Bentar lagi nama gue, terus lo dan Sean. Semoga kita sama-sama bisa dapatkan Piagam itu ya?"

"Iya, gue berharap juga begitu," balas Acha.

Setiap orang akan di beri waktu 10 menit untuk presentasi dan 5 menit sesi pertanyaan acak dari tim penguji.

Acha tak henti-hentinya berdoa dan kembali memeriksa gambar-gambarnya. Mencoba mengulangi pemahamannya agar tidak lupa nantinya.

"Mila, setelah ini kamu. Siapkan filenya, ya?" ucap Ibu Rahmatia dari mejanya.

"Baik, sekian presentasi dari saya, terimakasih atas perhatian nya saya ucapkan banyak terimakasih."

"Huh..." Mila mulai berdiri lalu memindahkan filenya pada laptop yang akan di gunakan untuk presentasi. Semua gerak gerik Mila tidak luput dari pandangan Acha. Jujur Acha mulai sedikit gemetaran, tapi Acha mencoba mengontrol dirinya.

"Tenang, Cha. Gue yakin lo pasti bisa."

Mendengar perkataan Sean membuat perasaan Acha sedikit melega. Ia tersenyum menanggapi ucapan Sean.

15 menit berlalu, akhirnya Mila selesai presentasi dan tim penguji mulai menulis sesuatu di kertas mereka. Kini giliran Acha.

Acha melafalkan doa sekali lagi di dalam hatinya sebelum akhirnya berdiri kala namanya di sebut oleh ibu Rahmatia.

Acha duduk di kursi yang sudah di sediakan dan mencolok flashdisk pada laptop dan gambarnya mulai nampak melalui LCD proyektor. Acha menarik nafas lalu menghembuskan dengan perlahan.

"Ini atas nama, Natasya Aulia?" tanya Tim penguji yang Acha ketahui namanya adalah Maheswara Abraham.

"Iya Pak," jawab Acha.

"Baik, Natasya. Silahkan mulai presentasi nya."

Acha mengangguk lalu memulai presentasi nya dengan melafalkan bismillah di dalam hatinya.
Presentasi Acha berlangsung dengan sangat fokus, seluruh ruangan hening, hanya suara Acha yang terdengar memenuhi ruangan.

"Gue yakin piagam itu berhasil Acha bawa pulang, Mil."

Mila yang baru saja di bisik oleh Sean mengangguk setuju. "Gue juga yakin, liat aja semua detail gambarnya, presentasi Acha juga lugas banget, jelas juga. Gue jadi insecure," ungkap Mila dengan wajah memelas.

"Jangan gitulah. Harus yakin, oke? Kita bertiga bakal lewatin ini sama-sama."

Mila mengangguk. Sean adalah sahabatnya yang paling bisa menenangkan dirinya.

15 menit kemudian, akhirnya Acha telah selesai dengan presentasi nya. Sesi tanya jawab pun berhasil Acha lewati tanpa kendala sedikit pun. Bahkan Acha mendapatkan tepuk tangan meriah dari para tim penguji. Hal itu tentu membuat Acha merasa puas serta Mila dan Sean yang merasa bangga dengan Acha.

Acha kembali ke tempat duduknya dan langsung di sambut senang oleh Sean dan Mila. "Keren, Cha! Sempurna!" puji Sean dengan sangat semangat.

"Iya, Cha. Keren!" sambung Mila.

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang