DUA SEMBILAN

9 6 0
                                    

Selamat membaca 💅💓

*

**

Sore harinya, Acha dan beberapa teman-temannya sudah ada di rumah asisten dosen untuk menunjukkan hasil projek besar mereka.

Saat ini mereka semua sedang duduk di kursi tunggu, sembari menunggu asisten mereka yang juga belum datang sejak satu jam yang lalu.

"Mau minum dulu Cha?" tanya Putra pada Acha yang sejak tadi sibuk mengipas wajahnya dengan beberapa lembar kertas.

"Gue nggak haus, tapi kepanasan abis," jawab Acha gusar.

"Apa kita balik aja? Asistennya juga belum balas pesan dari gue," kata Yudis yang sedang memandang ponselnya. Sepertinya ia sedang menunggu balasan pesan dari Asisten dosennya.

"Jangan, nanti kalau tiba-tiba mereka datang terus nggak ada kita di sini, urusannya bisa parah."

"Iya, Eva bener," ucap Acha menyetujui.

Tak lama setelah perbincangan singkat itu, tiba-tiba dua orang senior yang merupakan asisten dosen mereka masuk ke ruangan.

"Sudah lama menunggu?" tanya mereka pada Acha.

Ya Acha memang sebegitu di kenalnya oleh para senior karena saat uji coba masuk jurusan, Latihan dasar kepemimpinan, juga dari cerita para dosen-dosen, yang mengatakan kalau Acha itu adalah orang yang cerdas. Mereka lebih tertarik lagi karena Acha adalah tipikal mahasiswa yang sangat tenang, tapi gerakan dan ucapannya selalu benar alias tepat sasaran.

"Enggak kak. Baru satu jam," jawab Acha dengan polosnya.

"Baru satu jam ya. Dulu nungguin Ray berapa jam, Cha?" tanya asisten dosen, sebut saja dia Aditiya.

Mendengar itu Acha sontak diam kebingungan. Lagi-lagi Ray, sebenarnya siapa sosok senior yang kerap kali namanya di sebut namun tidak pernah Acha lihat sosoknya.

"Udahlah, nggak usah bahas Ray. Kasihan Acha, jadi nggak fokus," kata asisten dosen yang satu lagi, namanya Indra.

"Ya udah, mana hasil kerja kalian?"
Aditia duduk di kursi kebanggaan nya lalu meminta hasil kerja Acha dan teman-temannya.

Setelah menerima flashdisk dar Acha, Aditia langsung dengan cepat membuka file project Acha dan teman-temannya.

"Ketua projek, Natasya Aulia. Masa Acha mulu, yang cowok pada nggak becus nih?" ejek Aditia sembari menatap satu persatu teman-teman Acha.

Namun semua teman-teman Acha tidak ada yang berani buka suara. Sudah biasa bagi mereka. Lagi pula, mereka sudah sangat yakin dengan Acha jika jadi ketua dalam setiap kegiatan mereka.

"Acha, ini benar kosong, pas dongak langsung ketemu plafon dan atap?" tanya Indra memeriksa gambar manual Acha.

"Iya kak," jawab Acha yakin.

"Jadi penempatan lantai duanya hanya sebelah. Dari lantai bawah sebelah sini kelihatan kosong, jadi lurus aja sampai plafon dan atap?" tanya Indra menunggu penjelasan lebih dari Acha mengenai hasil pekerjaan nya.

"Iya kak. Saya ambil posisi kiri untuk lantai duanya. Kemudian di sini sudah saya gambarkan besi pembatas, jadi kelihatan seperti balkon. Kebawah langsung kelihatan ruang keluarga," jelas Acha.

"Udah yakin ini pas? Menarik nggak ini?" tanya Aditia mencoba menguji pengetahuan Acha.

"Saya rasa ini cukup unik dengan standar estimasi biaya yang sudah di tetapkan kemarin. Ini juga unik, maka dari itu saya pakai model interior seperti ini. Tangganya juga sengaja saya pakai mode lingkar seperti ini namun tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanannya."

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang