SELAMAT MEMBACA ☀️
Acha menatap lembaran-lembaran kertas yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Rasanya ia ingin menangis karena lelah menghadapi ini semua.
Ini bukan keinginannya, ini bukan mimpinya, ini bukan cita-citanya. 2 tahun lebih Acha menelannya mentah-mentah. Bukannya terbiasa, Acha merasa malah hampir menyerah.
Ia memang mampu melewatinya selama ini, tapi bukan berarti Acha tidak lelah. Orang tuanya begitu tega memaksa Acha untuk menghancurkan mimpinya sendiri.
Pintu kamar Acha terbuka, membuat Acha dengan cepat membereskan kertas-kertas itu. Dan mengambil satu kertas A3 yang masih kosong.
"Acha lagi ngapain?" tanya mama Acha.
"Lagi kerja tugas Bu," jawab Acha.
Tika mendekati sang putri dan mengusap pelan rambut anaknya. "Hari ini tugasnya apa?"
"Gambar denah untuk satu lantai," jawab Acha tanpa menoleh pada sang ibu. Hatinya ingin menjerit sekarang.
"Kok gambar manual? Ibu kira udah dari kelas 11 kemarin ini," kata Tika.
"Iya, Karna udah mau ujian kejuruan, makanya di suruh latihan lagi. Kita nggak tau pengujinya nanti bakal minta apa dari kita," jelas Acha.
Tika mengangguk mengerti. Di ambilnya gambar-gambar sang anak dan di lihatnya satu persatu.
"Gambar kamu bagus-bagus semua, detailnya juga bagus. Sepertinya kamu sudah mencintai jurusan mu sekarang," kata Tika.Acha mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Tika. Dalam hatinya Acha ingin sekali mengeluarkan segala unek-uneknya selama ini. Tapi ia harus berpikir 1000 kali jika nanti harus berakhir pada ayahnya.
Tika meletakkan kembali lembaran-lembaran kertas itu di tas meja belajar putrinya.
"Jangan terlalu larut tidurnya. Besok masih sekolah," pesan Tika sebelum meninggalkan putrinya sendiri di kamar.
Setelah mendengar Tika menutup pintu kamarnya, Acha langsung mematahkan pensil yang ia pegang.
"Acha cape!" pekik Acha tertahan.
"Acha nggak cinta, Acha cuman terpaksa. Ini bukan cita-cita Acha, Acha mau jadi dokter," racau Acha. Kini tangisnya tak bisa lagi ia tahan.
Acha memang begitu cinta dengan dunia kesehatan ataupun yang berbau biologis. Tapi harapannya itu hancur saat orang tuanya menyuruh nya untuk lanjut di sekolah SMK dan mengambil jurusan arsitektur.
Ya itulah Acha, hidupnya sepenuhnya di kendalikan oleh ayahnya. Bahkan cita-citanya pun atas keinginan ayahnya.
'Acha harus bisa jadi arsitek.'
☀️☀️☀️
Acha masuk ke dalam kelas dan sudah melihat Lala sedang bergelut dengan kertas-kertas di mejanya.
"La, lo ngapain?" tanya Acha seraya mendekati gadis itu.
"Gue lagi buat tugas yang kemarin. Semalam gue cuman selesaikan 80 persen aja. Soalnya gue capek," kata Lala.
"Lagi apanya yang belum selesai?" tanya Acha.
Gadis itu memang duduk di bangku depan Lala. Jadi ia tinggal menoleh ke belakang dan memperhatikan sahabatnya itu.
"Udah nggak banyak sih, tinggal keterangan nih."
Acha mengangguk mengerti. Ternyata memang tidak banyak lagi.
"Yang lain pada kemana? Tasnya ada orangnya nggak ada?" tanya Acha memperhatikan suasana kelasnya yang sepi.
"Lagi ke kantin tadi," jawab Lala namun perhatian nya tak lepas dari kertas-kertas di atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear Of Failing Again
Romance"Ceritakan padaku, rasanya di cintai dengan hebat itu seperti apa?" -Acha-