SEMBILAN BELAS

7 7 0
                                    

Kita selesai, biarkan aku meninggalkan semua kenangan pahit ini di sini. Aku tidak bisa terus maju dengan membawa kenangan pahit ini untuk seterusnya.

***

"Natasya, kamu benar-benar sudah yakin sama gambar kamu ini? Kamu masih punya waktu sampai besok pagi untuk memeriksa kembali gambar ini sebelum di cetak."

Acha meletakkan Flashdisk di atas meja lalu menggeleng. "Saya sudah yakin, Bu. Jangan buat saya goyah lagi." Acha menyunggingkan senyum tipis ke arah ibu Rahmatia. "Saya mau mempelajari gambarnya, biar lebih mudah saat presentasi nanti."

Ibu Rahmatia tersenyum menenangkan memperhatikan siswa kebanggaannya itu. Ia tau betul ketekunan dan keyakinan Acha sekuat apa.

"Baik Acha, ibu akan cetak gambar kamu sekarang juga ya," ujar Ibu Rahmatia.

Acha kembali ke bangku ujiannya untuk melihat Sean dan Mila yang katanya sedikit lagi selesai.

"Gimana?" tanya Acha kepada Mila.

"Dikit lagi, mau hapusin garis-garis ini," jawab Mila. Gadis itu tidak menoleh pada Acha. Terlihat sangat fokus.

"Mending lo lihat Sean dulu, takutnya pingsan tu anak," suruh Mila.

Acha mengangguk lalu bergeser melihat Sean yang masik fokus pada monitor nya.

"Ada kendala?" tanya Acha.

"Ada cha," jawab Sean dengan lesu. Tentu hal itu membuat Acha jadi khawatir.

"Apa? Bagian mana yang nggak bisa?" tanya Acha.

Sean lalu menggeleng membuat Acha bingung. "Gue lapar, Cha. Pengen makan."

"Nah kan gue bilang apa Cha, bentar lagi pingsan itu dia nggak makan," celetuk Mila lalu tertawa puas melihat wajah setengah kesal Acha.

"Ada-ada aja sih. Ya udah gue izin beli makan dulu. Gue balik, file kalian udah masuk ke flashdisk. Gue nggak mau tau!" ujar Acha dengan penuh penekanan.

"Iya cha, ini nih gue udah mau pindahin filenya." Mila menggoyangkan flashdisk lucu miliknya di depan wajah Acha.

"Oke. Lo juga Sean sekalian. Gue izin dulu."

Setelahnya Acha pergi bertemu ibu Rahmatia untuk izin membeli makanan ringan di kantin. Sejujurnya ia juga sama seperti Sean, sudah sangat kelaparan.

***
Acha berjalan di tengah koridor yang masih sepi, para siswa tentu saja masih sibuk dengan ujian masing-masing. Hanya tersisa beberapa siswa yang berkeliaran di luar kelas, mungkin sekedar mencari udara segar.

Karena tidak ingin melewati ruang ujian teknik komputer, Acha akhirnya memilih untuk melewati belakang ruang ujian teknik komputer.

Sayangnya Acha tidak menyadari kalau ada sekumpulan siswa yang sedang asik nongkrong di belakang ruang perpustakaan saat itu. Acha baru menyadarinya saat Acha sudah semakin dekat. Acha ingin mencari jalan lain, tapi tidak ada selain putar balik.

Karena merasa tidak ingin membuang-buang waktu, Acha memberanikan diri untuk melewati sekumpulan siswa itu sendiri. Lagi-lagi tanpa menyadari kalau di antara sekumpulan siswa itu, ada Tio yang sudah berdiri dan siap menghadang Acha.

Tepat sekali saat Acha hendak lewat, tangannya di pegang oleh Tio.

"Buru-buru banget sih cewek, Tio mau ngomong tuh," celetuk salah satu di antara mereka yang Acha lupa namanya.

Acha mengabaikannya lalu berusaha melepaskan tangan Tio dari lengannya.
"Kenapa?" tanya Acha tidak ramah seperti biasanya.

"Lo kenapa? Gue mau ngomong sama lo."

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang