DELAPAN BELASH

6 6 0
                                    

***

'Entah bersyukur atau mengeluh. Tapi mimpiku telah di tata sebaik mungkin, berdasarkan keinginan mereka, bukan keinginan ku.'

-Acha-

***

Pukul 7 lebih 30 menit, Acha sudah duduk manis di bangku ujiannya. Ruang ujian yang di gunakan adalah laboratorium yang kemudian siswanya itu di batasi hanya 10 orang per-ruangan.

Dan di sinilah Acha sekarang, gadis dengan tanda pengenal yang sudah melingkar sempurna di lehernya itu duduk dengan menatap layar monitor di hadapan yang sudah menyala.

Di samping Acha ada Sean, dan di samping Sean ada Mila. Entah disengaja atau tidak tapi nomor ujian mereka terurut satu sama lain, alhasil mereka duduknya juga saling berdampingan.

"Penguji nya mana nih?" tanya Mila pada Sean. Yang lain juga sama penasarannya dengan Mila. Sejak tadi mereka menunggu dengan perasaan deg-degan namun penguji itu belum juga muncul, bahkan tidak ada satu pun guru pengawas yang ada di kelas.

"Tenang dulu, mungkin bentar lagi masuk mereka," jawab Sean.

Benar apa kata Sean, tidak lama kemudian dua guru mata pelajaran Rekontruksi bangunan dan desain interior masuk ke dalam ruangan, di ikuti oleh satu orang pria setengah baya memegang amplop coklat tebal yang Acha yakini adalah penguji.

"Selamat pagi semua," ucap ibu Rahmatia menyapa murid-muridnya.

"Pagi Bu!" semua siswa menjawab dengan kompak.

"Baik, sekarang ini ibu sudah bersama dengan tim penguji yang akan memberikan ujian dan juga yang akan menguji kasih kerja kalian selama beberapa waktu ke depan."

Acha terus memperhatikan ibu Rahmatia yang terus berbicara di depan, sembari sesekali melirik wajah penguji yang sebenarnya di mata Acha cukup garang.

"Ibu harap, kalian bisa maksimal mengerjakan ujian kali ini. Nilai UKK ini adalah point penting untuk nilai kelulusan kalian, kerjakan dengan maksimal. Waktu kalian selama ini ibu rasa sudah cukup."

Semua siswa peserta ujian mengangguk sebagai respon. Lalu kemudian ibu Rahmatia mengambil amplop coklat yang di serahkan oleh tim penguji.

"Pasti ada yang sudah bisa menebak, siapa yang ada di samping ibu saat ini."

"Iya Bu!"

"Ya, pasti kalian sudah paham betul, bahwasanya ini adalah tim penguji yang akan memantau dan menguji kalian di akhir nanti," jelas Ibu Rahmatia.

"-dan di tangan ibu ini, ada denah yang sudah di rancang khusus oleh penguji kalian. Di sini kalian bebas mengkreasikan bentuk bangunan kalian, semenarik mungkin dengan catatan tetap harus bisa mempertanggungjawabkan setiap detailnya nanti."

"Sembari ibu membagikan denah ini, -"

"Silahkan pak, perkenalkan diri," kata ibu Rahmatia mempersilahkan.

"Ya baik, terimakasih. Hai anak-anak!" sapa salah satu tim penguji.

"Hai!" balas semua siswa.

"Semangat yang luar biasa. Perkenalkan, saya Maheswara Abraham. Saya adalah CEO dari perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur. Mungkin dari kalian ada yang tau salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang arsitektur?" tanya nya.

Acha mengangkat tangannya.

"Iya, silahkan!"

"PT Airmas Asri?"

Fear Of Failing AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang