8. Di dalam mobil Felix.

438 58 7
                                    

Berakhir duduk pada kursi penumpang di dalam mobil Felix, Hyunjin berdecih malas. Membuang pandang kearah jendela, enggan tolehkan muka tatap wajah yang lebih tua.

"Hyunjin, sampai kapan kau akan mengasingkanku seperti ini?"

Beri pandang pada Hyunjin yang kini masih buang muka. Felix tarik kecil baju seragam yang kini anak itu pakai; bermaksud mencuri atensi si pemuda Hwang.

Alih alih atensi yang Hyunjin berikan, lelaki itu malah menepis jari jari Felix yang masih setia mencubiti seragamnya; pun tetap setia menatap jalan di Pagi hari tanpa sudi tolehkan pandangan kearah Felix sedikitpun.

"Jangan pernah anggap apapun yang terjadi hari ini lebih, Felix, karena bagaimana pun jika aku tidak tertinggal oleh angkutan umum, aku tidak akan pernah sudi satu kendaraan denganmu."

Kalimat lurus penuh penekanan tiap kata yang Hyunjin ucapkan itu, tarik kembali keberanian Felix untuk cairkan suasana. Mengalih pandang kearah setir mobil, dan tundukan kepalanya, diam diam Felix menangis lagi; merasa terluka dengan apa yang telah Hyunjin ucapkan kepadanya.

"Hey Felix,"

"Iya?"

Sebuah hembusan napas panjang Hyunjin keluarkan, tanpa alihkan pandangannya ia kembali membuka suara,

"Berhenti mencintaiku, aku tidak akan kembali."

Untuk beberapa saat suasana mobil benar benar hening tanpa sautan suara apapun, bahkan suara helaan napas sekalipun.

Felix tahu jelas bahwa apa yang ia lakukan akan selalu berakhir sia sia, namun mendengar kalimat tersebut langsung dari Hyunjin rasanya begitu menyakitkan; seperti ditusuk tombak dan dihujani panah.

Benar benar menyakitkan.

"Bagaimana jika aku mengatakan, kalau aku tidak bisa berhenti?"

Felix remas setirnya, berusaha menyiapkan hati untuk kuatkan diri hadapi kalimat kalimat yang akan Hyunjin ucapkan setelahnya.

"Maka paksa hatimu untuk berhenti."

Alihkan pandang dari jendela, Hyunjin arahkan tangan kearah saku celana Abu nya, menggapai sebuah ponsel dan membuka benda pipih tersebut.

"Lihat dia Felix, dia adalah perempuan yang aku sukai. Namanya adalah Karina, dia merupakan salah satu anggota OSIS, sekaligus ketua ekstrakulikuler Tari di Sekolahku"

"Lihat Felix, dia begitu sempurna. Bagaimana aku bisa mencintai orang lain, jika perempuan yang aku sukai adalah sosok manusia dari seorang Malaikat?"

Menodongkan ponselnya pada Felix, memperlihatkan sebuah foto yang sangat familier di mata Felix; Hyunjin tersenyum kecil, tidak bisa melupakan bagaimana ia menghabiskan malam bersama Karina kemarin hari.

Menodongkan ponselnya pada Felix, memperlihatkan sebuah foto yang sangat familier di mata Felix; Hyunjin tersenyum kecil, tidak bisa melupakan bagaimana ia menghabiskan malam bersama Karina kemarin hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya begitu berat untuk Felix. Air mata yang telah jatuh kembali berdatangan kembali, tanpa ijin basahi celana Cokelat yang tengah ia pakai. Tanpa ijin keluar deras buat ia terlihat begitu menyedihkan.

"Bagaimana pun Felix, aku akan berakhir dengan Karina. Berhenti sakiti dirimu dan temukan orang lain yang lebih pantas untuk mendapatkanmu .."

Kali ini suara Hyunjin terasa lebih lembut, tarik kembali ponselnya dan memainkan kedua jari telunjuknya dengan grogi.

"Berhenti menangis Lee, itu tidak akan pernah membuatku kembali."

Skak.

Benar benar pada tempatnya, kalimat yang telah Hyunjin sampaikan benar benar mengoyak seluruh Hati Felix.

"Ah Felix kita akan sampai. Turunkan aku jauh dari pintu gerbang, aku tidak ingin Karina melihat."

Hyunjin lagi lagi bersuara, mengetuk kecil jendela mobil berusaha mengabaikan perasaan bersalah saat melihat Felix yang kini telah dibanjiri air mata.

Saat mobil sudah berjarak Lima Puluh meter dari pintu gerbang, Hyunjin membuka pintu mobil, berharap akan segera pergi dari tempat tersebut.

"Hyunjin .."

"Iya?"

Hyunjin membalas, lalu Felix menghela napasnya panjang,

"Bagaimana jika aku berkata, kalau aku ingin membeli Cintamu?"

[ 1 ] hyunlix : silly lee !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang