22. Kilas balik Hari itu

369 56 8
                                    

Hyunjin itu, sangat suka renang.

Bukan. Bukan karena dia adalah seorang Atlet renang ataupun semacamnya, itu bonus; Namun karena menurut lelaki Hwang tersebut, hanya air lah yang dapat mendengar serta menampung segala beban dan kesedihan yang tengah lelaki itu rasakan.

Seperti kini, pukul Dua dini Hari, Hwang Hyunjin menepikan diri pada ujung Kolam. Mengatur napasnya berat, si Hwang tersebut merasa sangat lelah dengan tenaga yang terkuras habis karena terlalu banyak menyelam.

Selalu seperti ini. Hwang Hyunjin akan selalu seperti ini, menyiksa diri sendiri saat pikirannya kacau. Ia hanya ingin menyakiti dirinya.

Karena hanya dengan itu, ia berharap akan mengalihkan rasa sakit di Hati, menjadi rasa sakit pada Fisik yang selalu dielu-elukan kuat.

Pikiran lelaki itu kini berkeliaran asal. Sungguh berat Hari yang saat ini ia lewati, Hati serta Mentalnya tidak akan pernah sanggup untuk menerima kenyataan-kenyataan yang telah ia dapatkan.

Pandangan si Hwang terjatuh pada salah satu ruangan di sebelah Lobby, itu bilik berganti baju.

Benar. memang tidak ada yang terlihat aneh, namun Otak Hyunjin langsung memutar suatu potongan-potongan memori di sana, seakan mengejek dan siap menyakiti Hatinya kapan saja.

Bahkan saat ini.

Felixnya... Di sana tempatnya. Bahkan masih sangat teringat dengan jelas walaupun sudah beratus-ratus Jam waktu terlewat.

Karena tepat Satu Bulan lalu, tepat saat dimana Hyunjin menjalani lomba renang estafet yang telah gagal ia menangkan. Saat dimana Hyunjin dimaki-maki karena telah dianggap sebagai perusak kemenangan, ada Felixnya disana.

Felix yang tetap setia berdiri untuk terus mendukung serta meneriaki nama Hwang Hyunjin dengan penuh Bangga..

Hanya Felixnya.

Senyum lebar yang tidak pernah luntur dari Wajah Cantik penuh Bintang itu hanya tertuju untuk dirinya, Hwang Hyunjin seorang.

Bahkan saat satu Studion mulai menyuraki dirinya, hanya Lee Felix yang tetap setia menyebut namanya dengan penuh harap.

Malaikat itu.. Malaikat yang entah berapa kali telah ia buat Sakit dan Kecewa.

Bahkan seusai perlombaan, hanya Felix lah yang menyambut Hyunjin dengan senyum- Disaat yang lain menyambutnya dengan tatapan penuh Kecewa.

Karena Hwang Hyunjin memang sebodoh itu.

"Apa yang mengganggu pikiranmu, Hyunjin? Kita kalah, dan itu karena kau. Kau benar-benar tidak becus Hyunjin, sungguh Beban."

Itu Younghoon. Salah satu Senior yang biasa menyambutnya dengan sapaan Baik, kini mulai meninggikan Suara padanya; Bahkan mencaci dirinya di depan teman-teman satu Tim.

"Maaf, maafkan aku Kak. Aku hanya kurang fokus."

Tidak ada yang dapat Hwang Hyunjin lakukan selain tertunduk dan meminta maaf kepada seluruh Tim, bahkan sang Pelatih. Lelaki Empat puluh Tujuh tahun itu seperti enggan menatap balik dirinya, menyimpan rasa Kecewa atas kegagalan yang telah Hyunjin perbuat, Anak didik Kesayangannya.

Lalu yang Tua itu pun berlalu, mencoba menghindari semua usaha Komunikasi yang coba Hyunjin lakukan.

Dan di tengah rasa putus asa serta rasa bersalah besar yang tengah ia rasa saat itu, Lee Felix hadir.

Menyodorkan sebotol air kepadanya dengan senyum lebar yang belum juga luntur.

"Kau hebat Hyunjin! Terimakasih telah berusaha, kau harus meningkatkannya lagi!"

Kalimat yang terdengar sangat bersahabat Felix ucapkan. Namun alih-alih merasa tersentuh, yang saat itu dapat Hyunjin tangkap hanyalah sebuah kalimat penuh Sarkastik yang keluar dari Mulut si Lee.

Maka dengan tega Hyunjin menepis kencang botol air pada genggaman yang lebih Tua, buat benda tersebut jatuh tergelinding pada ubin berkeramik kotak-kotak kecil, khas Studion renang.

Tentu saja hal tersebut pun cukup menimbulkan suara yang sangat nyaring, bahkan mengundang atensi yang lain.

"Tidak kah kau mengerti!? Aku itu kalah karena kau, Lee Felix. Andai saja kau tidak ada disana, aku sudah pasti memenangkannya! Kau Lee Felix.. Pergi sekarang juga! Aku sudah sangat muak melihat Wajah Jelekmu itu."

Dan disaat kalimat penuh penekanan tersebut terucap dari Bibir tebal yang lebih Muda, Lee Felix tetap tidak memberikan respon apapun selain terus menyunggingkan senyumnya.

Bahkan saat ia berlalu untuk meninggalkan tempat tersebut seperti apa yang telah Hyunjin perintahkan, senyum kecil masih saja tercetak dengan sangat Manis pada Wajah Cantiknya.

Senyum kecil penuh Luka.

Senyum yang sama seperti apa yang saat ini Hyunjin sunggingkan. Menyungging senyum kecil penuh Luka di tepi Kolam seraya mengingat memori-memori lama, menyadari betapa banyaknya ia melukai Hati yang lebih Tua.

Bahkan saat Hyunjin mengusirnya dulu, Lee Felix tidak benar benar berlalu untuk pulang.

Lelaki Lee itu masih disana, berusaha keras untuk menyembunyikan tubuh kecilnya di antara Ratusan-ratusan penonton lain. Terus mendukung Hwang Hyunjin dalam diam dan tangis yang ditahan.

Hyunjin tahu, tapi dia lebih memilih untuk tidak Peduli.

Bahkan disaat Lucas Wong, teman satu Tim-nya yang lain datang menghampiri dirinya yang terduduk lesu memikirkan Karir, Hyunjin tidak kunjung juga merespon.

Namun saat sebuah kalimat tawaran terhembus tepat di samping Telinga, Hwang Hyunjin dengan cepat menegakkan Tubuhnya sebagai tanda respon.

Menjilat Bibir bawah sedikit ragu, Hyunjin bawa tatap Mata untuk melirik Lucas yang berada tepat di hadapannya, serta Felix yang masih terduduk pada kursi penonton secara bergantian.

Meneguk salivanya dengan sedikit perasaan berat, secara hati-hati Hyunjin coba hilangkan rasa ragu yang bersarang pada dirinya; Memejamkan Mata mantap, Hwang Hyunjin mengangguki Kepala tanda setuju setelahnya.

"Panggil Lee Felix menuju ruang ganti dan biarkan kami sedikit bermain-main dengannya. Akan ku pastikan kau akan bebas dari gangguan lelaki tersebut untuk selamanya."

Ya, Hyunjin tidak perlu merasa peduli, bukan?

[ 1 ] hyunlix : silly lee !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang