9. Dari sudut pandang Hwang.

417 52 1
                                    

Tidak ada hal lain yang dapat Hyunjin pikirkan selain penawaran Felix saat sebelum ia menuruni mobil lelaki itu. Benar benar, harga dirinya seperti di injak injak.

Apa yang tengah Felix harapkan sehingga dengan kurang ajar nya ingin membeli Cinta dari diri nya? Apakah Felix berpikir bahwa ia adalah lelaki murahan?

Cih, Hyunjin tahu bahwa Felix kaya. Ia juga mengerti bahwa Felix tidak memiliki hubungan keluarga yang Harmonis; tetapi hal tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk membuatnya bersikap semena mena pada Hyunjin.

Hyunjin memang tidak dilahirkan kaya raya seperti Felix. Ia memang tidak dilimpahkan harta ratusan juta warisan orang tua seperti Felix, dan memang ia tidak dapat dengan mudah membuang uang seperti Felix. Namun bagaimana pun, itu tidak akan menjadi alasan untuk nya menjual diri dan Cinta hanya untuk segepok uang.

Hyunjin bukan lelaki murahan.

Memang tidak dapat Hyunjin sangka, apa Felix tengah menganggapnya seperti lelaki gampangan yang akan tunduk untuk uang? Walaupun tidak kaya, orang tua nya masih mampu untuk menafkahi kehidupannya tanpa harus menjual diri.

Saking pusingnya ia memikirkan isi otak Felix, Hyunjin sampai harus mengabaikan penjelasan guru di depan kelas. Buat ia merasa gugup saat dengan tiba tiba sang guru menunjuk nya untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah dijelaskan sebelumnya.

"Hwang Hyunjin, cepat jawab pertanyaan saya! Dari tadi bukannya memperhatikan, kau malah bengong saja. Perhatikan saya kali ini, atau keluar dari kelas saya!"

Ah sialan memang Felix. Semua hal tentang Felix benar benar selalu sial.

Brengsek, setiap hari Hyunjin selalu menyesali atas pertemuannya dengan Felix. Atas hubungan dan hal hal yang telah ia jalani dengan Felix. Karena lelaki itu selalu membawa kesialan pada hidup Hyunjin yang awalnya damai.

Dengan perasaan kesal, Hyunjin membalikan semua fokus atas penjelasan sang guru, mencatat semua materi yang telah dijajarkan pada papan tulis.

Yah, setidaknya Hyunjin harus menjadi orang yang berhasil dan kaya raya. Agar Lee Felix tidak dapat lagi menginjak harga dirinya.

Baru saja menempatkan semua fokus dan atensi pada mata pelajaran yang tengah dijabarkan, suara ketukan pada pintu kelas ambil kembali fokusnya dan juga fokus teman satu kelas beserta sang guru.

"Permisi, Karina kau dipanggil ke ruang BK."

Hah? Apa Hyunjin tidak salah dengar? Karina dipanggil ke ruang BK?

Selama ia hidup dan kenal Karina, ia tidak pernah melihat sesuatu yang buruk pada perempuan yang ia sukai itu. Lalu apa hal yang telah terjadi hingga Karina harus mendatangi ruangan terkutuk tersebut?

Saat Karina menghilang keluar di balik pintu kelas, rasa penasaran Hyunjin langsung meningkat pesat. Maka dengan memberanikan diri Hyunjin mengangkat tangannya dan berdalih untuk ijin pergi ke Toilet.

"Bu, saya ijin ke Toilet"

"Silahkan, ibu beri waktu Lima menit."

Keluar kelas dan menyusuri lorong Sekolah, Hyunjin hentikan langkah di depan ruang BK, ruang dimana Karina kini berada.

Mendekatkan telinga pada pintu Cokelat khas ruangan Sekolah, bermaksud ingin mendengar pecakapan yang terjadi di dalam ruangan tersebut.

"Jika kamu tidak dapat membayar kembali uang bulanan Sekolah untuk bulan ini, mohon maaf nak, kami harus mengeluarkan mu. Karena bagaimana pun pihak Sekolah juga membutuhkan Dana, kamu telah menunggak selama Enam bulan setelah pencabutan beasiswamu, dan hal tersebut telah melewati batas keringanan kami."

Mata Hyunjin membola setelahnya, terkejut atas penuturan sang guru dari dalam ruangan. Bagaimana bisa ia tidak tahu jika Karina bukanlah lagi penerima beasiswa atas semua mendali yang telah perempuan itu berikan kepada Sekolah?

Masih dengan posisi mengupingnya, tiba tiba pintu dibuka dari dalam. Hyunjin hampir saja terjatuh bila tidak ada tumpuan bagi tubuhnya untuk kembali berdiri.

Apa? Jadi Hyunjin tidak jadi terjatuh?

Ternyata itu Karina. Untuk seperkian detik mereka sama sama terkejut untuk kedatangannya masing masing, maka setelah sadar, Hyunjin dengan spontan menarik tangan Karina kearah lorong sepi menjauhi ruangan itu.

"Apa yang telah terjadi, Rin? Mengapa kau tidak bilang jika beasiswamu dicabut? Apa itu juga menjadi alasanmu untuk tidak mengikuti latihan renang beberapa bulan terakhir ini?"

Memojokkan Karina pada dinding dinding Sekolah, Hyunjin gunakan lengannya untuk menumpu tubuhnya di hadapan tubuh Karina.

"Hyunjin ..."

"Iya?"

"Mau kah kau berjanji untuk tidak menjauhiku setelah ini?"

"Iya ..? Namun mengapa pula aku harus menjauhimu?"

Tersenyum tipis, Karina bawa jemarinya untuk sentuh pipi Hyunjin, mengelusnya perlahan buat sang empu memejamkan mata karena merasa nyaman.

"Hyunjin, aku sakit ..."

[ 1 ] hyunlix : silly lee !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang