Chika berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU yang sejak 1 jam yang lalu ia, Veranda, dan Marsha tunggu. Aya juga terlihat berdiri di dekat mereka dan berjaga-jaga bersama Om Hans. Kinan sedang ada di dalam, dokter tengah memeriksanya segera saat ia dibawa kesini dengan kecepatan super oleh Aya.
"Om, apa Bos sering collapse kek gini?" tanya Aya pada Hans, orang kepercayaan Kinan juga.
Pria yang memiliki berewok tipis itu menggeleng sebagai jawaban, "Bos emang punya catatan sama kesehatan jantungnya tapi selama kerja sama dia, saya ga pernah liat Bos kena serangan jantung kaya gini, Ay."
Aya mengangguk, ia tidak menyangka efek dari kejahatan pria busuk itu akan separah ini. Sampai menyebabkan Kinan kena serangan jantung dan harus diperiksa selama ini di dalam sana.
Dia sendiri sudah tahu soal rencana Reyhan, dan juga rencana Jinan buat penangkapan pria itu. Sebenarnya dia ingin ikut karena sudah berjanji juga malam dimana ia mendengar rencana Reyhan itu untuk memukul wajahnya jika benar-benar menghancurkan Mahagita. Tapi Jinan melarangnya dan malah meminta Aya untuk menjaga keluarganya di rumah.
Namun yang belum tahu soal rencana Reyhan dan Jinan adalah keluarganya sendiri. Alasan Aya tidak boleh membeberkannya adalah agar tidak membuat Veranda khawatir.
Tapi sekarang malah sebaliknya. Veranda menangis terisak karena memikirkan suaminya, Jinan, sekaligus Mahagita.
Aya menghela napas dalam saat itu. Melihat keluarga yang sudah ia ikuti sejak lahir memang membuatnya merasa sedih. And little did everyone know, keluarga Tanumihardja bahkan sudah menganggap Aya dan Bi Sisil sebagai keluarga mereka.
"Semoga Bos baik-baik aja di dalem," ucap Hans. Aya mengangguk, di genggamannya ia melihat ponsel yang menunjukkan room chatnya dengan Jinan.
"Yah, semoga semua baik-baik aja, Om."
Saat mereka masih menunggu dokter keluar dari ICU, 3 orang gadis datang dengan sedikit berlari menghampiri mereka. Aya tidak mengenal siapa gadis-gadis itu, tapi sepertinya teman Chika karena si anak tengah langsung memeluk mereka satu persatu saat datang.
"Raaa, gimana ini? Kak Jinan belum pulang..." ucap Chika, akhirnya tangis yang ia tahan sejak tadi pecah juga ketika ia memeluk Ara.
Sementara Zee yang melihat Marsha memeluk sang mama sambil menangis semakin merasa iba. Ingin sekali ia ikut memeluk gadis itu tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat.
"Kamu yang sabar, Chik. Do'ain papa kamu semoga dia ga kenapa-napa, ya? Kak Jinan pasti pulang, kok." Ara mencoba menenangkan gadis itu, sementara Aya dari belakang menelisik mereka satu persatu berusaha mencari tahu siapa gadis-gadis ini sebenarnya.
Bersamaan dengan itu, mata Hans melihat sepasang suami istri datang dari arah koridor menghampiri mereka. Ia sudah kenal dengan yang ini, hingga saat pria dan wanita itu sampai, Hans langsung membungkuk memberi hormat padanya.
"Kak Ve?!"
Veranda mendongak dan melihat Shania mendekat kepadanya, mengambil alih pelukan dari Marsha dan memberinya ketenangan dari dirinya.
"Kak, yang tenang dulu, ya? Aku sama Bobby bakal bantu, kita janji," ucap Shania. Melihat Marsha yang masih menangis langsung membuat Zee tergerak untuk mendekati gadis itu dan berjongkok di depannya. Mata Zee menatapnya lembut, membuat Marsha merasa diperhatikan.
"Hans, gimana keadaan Kinan?" tanya Bobby pada Om Hans. Pria paruh baya itu menggeleng, ia juga belum tahu bagaimana keadaan sang Bos di dalam karena dokter masih memeriksanya.
"Masih diperiksa, Bos. Tapi emang keadaan lagi chaos banget di rumah." Melihat mata Bobby yang menatapnya bingung, Hans memutuskan kalau pria itu belum tahu tentang apa yang terjadi pada Jinan dan anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/327675137-288-k212983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧
Fanfiction"Jinan bego, suka kok sama istri orang." -Aya JNN x CND gxg • mature content HeroesLegacy©2022