05. Sandwich Kornet + Perhatian

1.3K 167 0
                                    

"Reyhan Bagaskara." Sejak tadi Jinan selalu menggumamkan nama yang sama. Nama pria yang sepertinya sangat beruntung karena bisa menikah dengan Cindy. Semalaman ia melihat data yang Christy kirim untuknya dan menemukan nama Cindy sebagai istri dari pria bernama Reyhan ini.

"Rehyan siapa, Kak Jinan?" Gadis dengan kacamata minus di wajahnya itu terkejut karena tiba-tiba Celine duduk di sampingnya dengan raut muka penasaran.

"Celine?! Kamu sejak kapan disini?!" tanya Jinan dengan nada kaget. Ia bahkan sampai memegangi dadanya sendiri.

"Sejak 12 menit yang lalu, dan Kak Jinan udah nyebut nama Reyhan sebanyak 7 kali."

"Kamu ngitungin?" Celine mengangguk. Astaga, Jinan benar-benar tidak habis pikir dengan gadis ini. Kenapa ia polos sekali jika dipikir-pikir.

"Reyhan siapa, Kak, emang?"

Jinan langsung salah tingkah, ia kembali fokus pada pekerjaannya dan hari ini ia lembur lagi. Sepertinya Celine juga baru selesai dengan pekerjaannya jadi baru pulang. Padahal jam digital di dinding kantor sudah menunjukkan angka 8 dan 26.

"Celine udah makan malem belom?" tanya Jinan. Gadis disampingnya itu menggeleng dan tersenyum karena merasakan akan ada rezeki yang datang untuknya.

"Makan sama aku, yuk? Ada kafe enak di deket sini. Celine pasti suka."

"Oke, Nona Muda!"

Jinan sudah selesai dengan pekerjaannya dan kini ia keluar kantor bersama Celine. Saat mereka sampai di parkiran, nampak seorang gadis yang Jinan kenal tengah berdiri sambil menundukkan kepala di depan pintu kantor. Celine sedikit bergidik karena serem juga ada gadis menangis malam-malam begini. Mana wajahnya tertutup rambut semua lagi.

Tapi Jinan justru menghampiri orang itu dan sedikit mengintip untuk melihat wajahnya.

"Lah, Kity? Ngapain lo nangis disini?" ucap Jinan. Celine terkejut karena ternyata orang itu adalah Christy, sang resepsionis. Ia lantas mendekati keduanya dan melihat Christy memeluk Jinan dengan tangis yang sudah pecah.

"Nan! Tas gue dijambret orang, Nan! Dompet sama hp gue disana!"

"Hah? Dijambret?! Kapan?!"

"Barusan, Nan! Gue mau minta tolong tapi udah ga ada orang, hiks!" Jinan langsung merogoh saku di blazernya untuk mengambil ponsel lantas menghubungi seseorang.

"Malu-maluin banget, masa ada jambret di Mahagita Corp," gumamnya sambil menunggu teleponnya tersambung.

"Halo, Pa? Ini Jinan mau ngabarin sekaligus minta tolong, temen Jinan abis dijambret di depan kantor. Tasnya diambil, HP sama dompetnya ada di dalem tas itu, Pa."

"..."

"Atas nama Christy Chriselle, Pa."

"..."

"Iya, Pa, yang resepsionis itu. Tolong ya, Pa?"

"..."

"Oke, Pa. Makasih."

Sambungan itu terputus dan Jinan langsung menatap Christy yang masih menangis, "dah, diem. Udah diurusin sama bokap gue. Sekarang mending lo ikut gue sama Celine."

"Kemana?"

"Makan, ayo."

Jinan akhirnya membawa dua gadis itu ke kafe Aurora. Nampak sepi karena memang sudah jam malam dan seperti biasa, Jinan disambut dengan ramah oleh Zee dan Adel.

"Hari ini aman, Bos. Bos juga keknya seneng banget hari ini," ucap Zee saat Jinan membayar semua yang ia pesan.

"Bagus, deh. Eh, tapi dia masih disini, ga?" tanya Jinan.

"Aduh, baruan aja pulang, Bos. Keknya 5 menit sebelum Bos dateng."

Gadis di depan meja kasir itu mengangguk paham, "yaudah, deh. Tolong kasih tau Adel suruh bikin kue yang enak. Temen-temenku mau nyobain, nih. First impression soalnya."

Zee tersenyum, "Wah, siap doang itu mah, Bos! Aurora Coffee Shop selalu bikin yang terbaik untuk pelanggan, apalagi kalau buat pelanggan tetap."

* * *

Pagi yang cerah, Cindy dengan santai bersenandung sebuah lagu yang ia ingat dari masa lalu sambil menyiapkan sarapan. Hari ini ia ingin membuat sandwich dengan kornet yang baru saja ia goreng diatas teflon. Lengkap dengan keju yang ia taburkan ditengah-tengah roti serta isi pelengkap yang lain.

"Oh you young, wild, girl, you make a mess of me~" Suara lembut Cindy menggema di dapur, dengan beberapa kucing peliharaannya yang menemani menyiapkan sarapan, mood Cindy jadi semakin membaik hari ini karena mereka juga.

"Yeah, you young, wild, girl, you'll be the death of me, the death of me~"

Tanpa ia sadari, seseorang datang dari arah kamar dan mendekatinya.

"Morning, Sayang," sapanya. Cindy sedikit terkejut, tapi kemudian ia menoleh dan tersenyum padanya sampai pipi gembulnya berlubang. Ah, manisnya.

"Morning juga, Sayang. Udah siap? Masih jam setengah 7 ini." Mata Cindy menyelidik pada sang suami yang nampak sudah rapi dengan jas dan rambutnya yang tersisir klimis.

"Iya, aku buru-buru soalnya ada meeting penting sama Bos besar. Aku berangkat dulu, ya? See you, Babe."

Chuuu

𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang