Jinan tersenyum saat melihat Cindynya murung ketika di jalan pulang bersamanya. Hari ini Jinan membawa Range Rover hitam yang nampak gagah di jalanan. Dan Cindy sedikit tidak biasa dengan itu, apalagi suara boygroup favorit mereka terdengar seperti konser di dalam sini.
Diam-diam Jinan mencuri lirik pada Cindy, entah kenapa manusia itu masih terlihat menawan meski tengah gelisah seperti ini.
"Kenapa kok mukanya ditekuk gitu, Yang?" tanya Jinan.
Cindy menghela napas, sedikit terkejut karena Jinan menyadari apa yang terjadi pada dirinya.
"Engga, gapapa, Sayang."
Mereka baru saja pulang dari rumah sakit keluarga Kinan, janji Jinan untuk menemani Cindy check up benar-benar ia laksanakan. Sudah jam 11, karena tadi Jinan juga ikut check up rutin disana. Hasilnya? Jinan sehat, hanya harus banyak istirahat dan mengurangi minum kopi karena ada luka sedikit di lambungnya. Sementara Cindy? Hasilnya sedikit membuat Jinan terkejut.
"Kepikiran apa? Soal hasil tes tadi? Kan dokter bilang kamu sehat. Reproduksi kamu juga oke. Kenapa gelisah, hm?" tanya Jinan.
Cindy tetap diam, ia kembali dibuat bingung soal perasaannya sendiri. Antara harus memilih Reyhan atau Jinan. Sudah berhari-hari ia terpikirkan hal ini, sepertinya merahasiakan hubungannya dengan Jinan terlalu lama akan membuat keadaan menjadi lebih buruk.
Apalagi mendengar bagaimana dekatnya orang tua Jinan dengan orang tuanya, membuat Cindy berpikir kalau masalahnya sekarang hanya hubungannya dengan Reyhan.
"Keknya yang harus di cek itu suami kamu, Cind. Kamunya aja sehat gitu, ga ada apa-apa. Berarti kemungkinan masalahnya ada di--"
"Jinan?"
Gadis itu langsung menoleh pada sedikit pada wanita yang duduk di sampingnya itu. Sepertinya ia benar-benar badmood sekarang.
"Bisa gausah bahas dia ga kalau lagi berdua? Aku cuma pengen habisin waktu sama kamu, ga ada yang lain."
Gadis itu tidak bisa menahan senyum, ia memberhentikan mobilnya di depan rumah Cindy tapi kekasihnya itu masih enggan untuk turun.
"Maaf, ya? Jangan sedih lagi sekarang, kamu punya aku." Tangan Jinan terulur untuk memegangi tangan kanan Cindy diatas jok mobil. Cindy kemudian menatap sang gadis dengan senyum tipis, tapi tetap terlihat manis.
"Makasih, Nan." Ia melihat Jinan mengangguk tipis sambil tersenyum. Kemudian ia mengambil sesuatu di jok belakang dimana tas kerjanya ada disana. Sebuah amplop cokelat ia keluarkan, ia mengeluarkan isinya sedikit untuk melihat nama Cindy ada disana.
"Nih, lempar ke muka Reyhan. Bilang kalau kamu sehat, gausah ngang ngong ngang ngong maksa minta anak," ucap Jinan yang langsung bisa membuat Cindy tersenyum.
"Besok mau nginep sama aku, ga? Aku ada kejutan buat kamu."
Cindy sedikit menaikkan alis saat mendengar apa yang Jinan katakan. Besok?
"Eum... Nanti aku coba izin dia dulu, ya?" Gadis itu mengangguk, paham jika Cindy masih terikat pada sebuah ikatan yang lebih resmi dibanding dengannya.
Cindy melepas seatbeltnya dan bersiap untuk turun, "nanti sampai rumah kabarin aku, ya, Nan?"
"Pasti. Goodnight my Aurora. I love you."
Ah, Cindy harus menahan untuk tidak mencium gadis itu disini sekarang. Bisa gawat jika ada tetangga atau bahkan Reyhan melihatnya.
"Goodnight too, Jinan. I love you so much. Hati-hati ya di jalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧
Fanfic"Jinan bego, suka kok sama istri orang." -Aya JNN x CND gxg • mature content HeroesLegacy©2022