19. Ve Dapat Mantu Cindy

1.1K 145 38
                                    

"Makasih udah nemenin Papa main golf hari ini, Nan. Nice game. Tadi Papa menangin saham lagi sama mereka gara-gara kamu."

Kinan tersenyum senang pada Jinan yang duduk di jok belakang bersamanya. Sementara di depan ada Om Hans yang menyopir mobil mereka masuk ke dalam kediaman Kinan.

"Seneng bisa membantu, Pa. Tapi emang harus pake taruhan gitu, ya, kalau main?" tanya Jinan. Kinan terkekeh dan menepuk pundak bahu gadis itu yang masih menatapnya heran.

"Ga selalu, sih. Tapi kalau sama kupret-kupret itu ga seru rasanya kalau ga pake taruhan."

Sang anak lantas memutar bola matanya malas karena mendengar itu.

Mobil mereka berhenti di depan rumah dan Kinan memutuskan untuk turun terlebih dahulu. Sementara itu mata Jinan memicing, dari dalam sana ia melihat mobil Gracia terparkir di halaman, itu berarti sang tante sedang main di rumahnya.

Kebetulan sekali, Jinan ingin berkonsultasi pada wanita itu.

Dengan langkah lemas Jinan masuk ke dalam rumah, tak menampik kenyataan kalau ia merasa lelah akibat bermain golf sejak siang sampai sore hari ini. Apalagi lapangan golf yang tadi disewa sang ayah sangat luas.

"Jinan pulaaaaanggg!" Dengan bar-bar gadis itu berteriak sampai seluruh penjuru rumah mendengar pekikannya.

"Buset, kek raja hutan aja lo!" teriak Chika dari lantai dua, di perbatasan koridor dengan pagar yang langsung terlihat dari lantai bawah. Gadis itu berdiri dengan Marsha disana dan terlihat tengah tertawa iseng melihat Jinan yang baru saja datang.

"Diem lo, Jablay!"

"Lo yang alay, Jiban!" balas Chika.

Kinan yang sudah duduk di meja makan dan meminum air putih lantas menggelengkan kepala karena tahu setelah ini akan banyak pertengkaran yang terjadi.

"Hahaha, terus, Kak. Bikin Kak Jinan malu," bisik Marsha di samping Chika.

"Alah bacot, Jablay! Gue capek, jangan ngajak tengkar, dah!"

"Marah marah mulu, senyum napa! Tang mentang dah ada ekhem, terus lupa senyum sama adeknya!"

"Iyaaa! Senyumnya cuma buat ekhem nih sekarang!!" tambah Marsha. Jinan geram karena teriakan dari Chika dan Marsha pasti langsung terdengar ke seluruh penjuru rumah. Which means, papa dan mamanya pasti juga mendengar.

"Haish! Adek-adek durhaka!! Sini kalian!!" Jinan hendak mengejar naik melewati tangga tapi dua gadis itu langsung berlari ke arah kamar.

"Alah bacot doang gede! Nyali minus!"

Melihat anak-anaknya yang tidak akur membuat Veranda menggelengkan kepala, "Nan, urusin anak-anak kamu tuh, berantem mulu."

Mendengar sang istri sudah bertitah, Kinan lantas mengambil sebuah tindakan.

"Jinan! Language!" teriak sang ayah. Jinan dengan kesal melangkah mendekat ke dapur dimana Kinan duduk di meja makan, Veranda, Shani, dan Gracia tengah sibuk memasak entah apa di kitchen set.

"Si Jablay tuh, Pa, ngeselin," adu Jinan, mulutnya sampai pouting karena kesal.

"Kenapa sih emang? Ya gapapa kan kalau kamu punya ekhem. Lagian malu atuh sama tamunya Mama, tuh."

Jinan lantas menuju ke kulkas, mencari minuman yang sekiranya bisa menyegarkan badannya yang terasa sangat lelah.

"Ngapain malu? Cuma sama Tante Gre Tante Shani mah, udah biasa, Pa," ujar Jinan.

Shani yang merasa terpanggil langsung menaikkan alis, "hah? Gege ga ikut, Nan. Dia aja masih di kantor."

"Kamu dah kenal belum, Nan, sama anaknya Om Bobby?"

𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang