Epilog [21+]

2.8K 126 1
                                    

Lantunan suara lembut dari vokalis band Cigarettes After Sex mengalun dari sound system di ruang apartemen yang Jinan sewa selama berada di Amsterdam. Keluarganya tersenyum melihat Si Sulung berdansa dengan anggunnya bersama Cindy, keluarga baru mereka.

Tangan yang saling menggenggam, memegang pinggang Cindy, dan bahu yang dipegang istrinya membuat Jinan tersenyum manis memandang mata wanita itu. Wajah mereka hanya terpaut beberapa senti, tapi gerakan dansa mereka semakin membuat keduanya tenggelam dalam romansa.

"Dilihat-lihat, mereka manis juga ya, Ci? Andai aja waktu itu kita juga nikah kek gini, disaksiin keluarga." Shani yang masih memakai dress khusus pernikahan yang sudah ia buat seminggu ini, bersamaan dengan gaun pernikahan Cindy, menoleh ke arah Gracia yang berdiri disampingnya sambil memegang gelas berisi wine.

"Mau diulang apa, Ge? Mumpung rame nih."

Keduanya tersenyum, Gracia kemudian menyesap winenya lagi dan melihat pada Jinan dan Cindy yang ada di tengah ruangan.

Apartemen ini memiliki ruang tamu yang cukup luas. Sengaja Jinan pilih untuk mengadakan after party kecil-kecilan disini. Dan ide untuk berdansa ini dari Chika yang tumben sekali otaknya bekerja dengan baik.

Gaun Cindy begitu indah, berwarna peach dengan desain yang tidak begitu rumit, tapi tetap terlihat anggun. Mungkin karena Cindy yang memakainya? Ah, iya, benar. Shani sendiri yang membuatnya, dengan desain dari Veranda.

Sementara Jinan memakai turtleneck berwarna putih yang menambah kesan lowkey pada keduanya. Rambutnya ia biarkan tergerai, bergelombang, memperlihatkan aura Jinan yang terlihat kuat dengan style ini.

"Kamu cantik banget, dah, Nan. Istri siapa, sih?" Cindy tersenyum melihat Jinan yang nampak merona pada kedua pipinya.

"Istri Cindy, nih. Tapi jujur kamu lebih cantik, Sayang. Bahkan bintang aja malu-malu karena kalah cantik sama kamu."

Tidak, keduanya belum mabuk karena wine, tapi Jinan berbicara dengan jujur saat itu. Pujian Jinan nampak begitu nyata karena Cindy memang benar-benar cantik malam ini.

"Nan, jangan bikin malu, ih!" Cindy memukul bahu Jinan pelan dan hal itu langsung disambut kekehan oleh gadis di rangkulannya tersebut.

Chika, Marsha, dan Ara melihat mereka dengan tatap bahagia. Ketiganya tidak diperbolehkan minum wine oleh orang tua mereka, meski Jinan memesan yang low alcohol, tapi tetap saja. Bahkan kalau bisa Kinan akan terus menjaga anak-anaknya dari alkohol.

"Kak Jinan kalau kek gini ga keliatan ngeselinnya, ya, Cha?" Chika menyenggol lengan sang adik yang tengah menggigit kue khas negara sana.

Marsha lantas mengangguk, "keliatan dewasa. Ga kerasa sekarang dia udah punya keluarga sendiri. Padahal kek masih sering ribut sama kita."

"Iya, masih suka berantem, eh tau-tau dah nikah aja. Apalagi kalo keinget gimana dia deketin Kak Cindy. Rencana obrak-abrik rumah tangga orang berhasil, Cha."

Ara yang mendengar obrolan kakak beradik ini langsung menaikkan alis, "lah, kalian dah tau sejak awal Kak Jinan suka sama kakak gue?"

Chika dan Marsha mengangguk bersamaan.

"Terus kalian mau ancurin rumah tangga dia sama Mas Reyhan gitu?"

Lagi, keduanya mengangguk. Dan saat itu juga Ara langsung menggebrak meja hingga membuat Chika dan Marsha tersentak sedikit.

"Wah, parah! Kalian kenapa ga bilang sama gue? Gue kan mau ikutan!" ucap Ara dengan nada kesal. Seperti ada ketidaksukaan pada air mukanya saat itu.

"Lah? Kenapa Kak Ara jadi mau ikutan?" tanya Marsha.

𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang