27. Perjodohan [End]

1.5K 145 4
                                    

"Jinan, Om tau kamu emosi. Tapi jangan lakuin hal gila karena nantinya hanya akan berbuntut panjang untuk dirimu sendiri, Nak."

Bobby berjalan mendekati Jinan dan memegangi bahunya. Ia mengatakan itu memang karena tidak ingin Jinan mengalami masalah lagi dengan membunuh Reyhan, bukan semata-mata karena pria bajingan ini adalah menantunya.

Jinan terdiam melihat Bobby, wajah tegas ayah Cindy itu memiliki aura yang sama dengan Kinan. Tidak bisa dibantah karena kebijaksanaannya mengalahkan otak muda Jinan yang masih penuh emosi.

"Seharusnya saya ga izinin kamu buat bawa putri saya, brengsek!"

Bugh!!

Bobby menendang pipi kiri Reyhan bak bola sepak, hal itu langsung membuat darah kembali keluar dari mulutnya dan mengotori lantai rumah sakit.

Bugh!!

"Kamu janji sama mamanya buat terus sayang sama dia!" Bobby menendangnya lagi. Dan sekarang ia menarik kerah pria tak berdaya itu hingga berdiri dan menatapnya.

Bugh!!

Tapi ia memukul pipi Reyhan hingga ia terjatuh. Mungkin saja dia justru mati di tangan Bobby sekarang.

"Kamu janji sama saya buat jagain dia! Tapi kenapa malah kamu sakitin Cindy saya?!"

Melihat Bobby sudah emosi seperti ini membuat Shania harus turun tangan. Ia melepas pelukan Cindy dan menghampiri suaminya yang hendak memukul Reyhan lagi.

"By, udah. Dia ntar malah mati kalau kamu siksa terus," ucap Shania.

Sementara Kinan hanya diam melihat sahabatnya itu emosi, ia anggap Bobby mewakilinya untuk menghajar Reyhan.

"Dia udah sakitin anak aku, Nju! Aku ga terima!" Hans dan Aya bahkan sampai maju untuk menahan Bobby, Dey juga memerintahkan pasukannya yang ikut kesini untuk memegangi Reyhan.

"Om, kalau Om berkehendak, Saya akan bawa pria ini ke pengadilan. Dan saya pastikan dia akan menderita di penjara untuk waktu yang lama," ucap Dey seperti meminta izin pada Kinan dan Bobby.

Veranda sedikit menaikkan alis, ia belum mengenal siapa gadis ini tapi nampaknya sangat dekat dengan anak sulungnya.

"Kenapa kamu mau lakuin itu, Nak?" tanya Veranda.

Menyadari kebingungan orang-orang disini, Dey lantas tersenyum kecil, ia membungkuk sedikit untuk memperkenalkan diri.

"Saya Dey, Om, Tante. Temen kuliah Kak Jinan. Cucu Akio Harada."

Mata Veranda sedikit membulat saat mendengar nama Akio disebutkan oleh Dey. Nama yang tentu sangat familiar untuknya dan Kinan. Tapi tak lama senyum Veranda terulas untuk Dey.

"Terimakasih sudah membantu keluarga kami, Nak Dey. Tolong kasih tau kami cara untuk membalas semua kebaikan yang--"

"--ah, jangan terlalu formal begitu, Tante. Saya tidak mau jadi kolot seperti kakek. Santai saja, lagipula, Kak Jinan sudah banyak membantu saya dahulu pas kuliah." Dey jadi tidak enak sendiri. Akan jadi masalah jika ia bilang suka pada Jinan di depan orang tua dan kekasihnya.

Kinan tersenyum saat melihat Dey disini. Ia tidak menyangka bisa bertemu cucu Akio Harada yang ternyata selama ini adalah teman Jinan. Ia kemudian mempercayakan semuanya pada Dey.

Dey lantas membawa pergi Reyhan untuk ia urus ke pihak yang berwajib.

Dan saat itu, Jinan kembali menatap Kinan dan Veranda, lalu Bobby dan Shania. Dan terakhir, Cindy. Napasnya terhela dalam saat wajahnya menunduk menatap lantai.

𝐏𝐥𝐚𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐅𝐢𝐫𝐞 | 𝐂𝐢𝐍𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang