🌰01

32K 1.9K 100
                                    

Selamat datang di cerita baru Arrinda.

Moga suka di part pertama ini yaa.

Happy reading😘😘

🌰🌰🌰

"Selamat tinggal benalu." ujar lelaki itu seiras dengan senyum lebarnya ketika menembakkan peluru tepat di dada sang gadis.

Dengan perasaan sakitnya, gadis itu menatap tak percaya tunangannya yang dengan tega melakukan ini. Padahal hari ini adalah hari ulang tahun pria itu. Ingin memberi kejutan malah lelaki itu yang memberinya demikian.

"Z-Zean,"

"Maaf ya, Kalivia. Setelah di pikir-pikir lo gak lolos spesifikasi untuk menjadi pendamping Zean."

Kalivia Langita Arabiru—gadis itu hanya menatap nanar tunangannya. Zean Vedra Ovinus.

"Ka-kamu," Kalivia tak melanjutkan kalimatnya. Mungkin sudah saatnya ia pergi menemui malaikat kematiannya.

Seorang gadis nampak terbangun dari tidurnya. Bulir keringat membasahi baju serta pelipisnya.

"Mimpi itu lagi. Kenapa mimpi itu selalu datang?" gumamnya sembari menyeka keringatnya sebesar biji jagung.

Kalivia, entah sudah berapa kali ia selalu mendapat mimpi yang sama selama dua bulan terakhir.

Ingin mengabaikan mimpi tersebut, tapi Kalivia tidak bisa. Penggambarannya seakan nyata dan bakal terjadi bila Kalivia tidak segera mencegahnya.

"Tapi, Zean baik. Tidak mungkin Zean tega melakukan itu." cicitnya pada kalimat terakhir. Entahlah, Kalivia mulai ragu akan persepsinya sendiri.

"Kalivia, bangun. Kamu gak niat sekolah apa?!"

Suara gedoran pintu mengambil atensi Kalivia dari pikirannya. Tanpa menunggu waktu, ia segera bangkit mengingat hari ini ada jam pertama matematika.

Dan kabar buruknya ada ulangan harian!

Kalivia tak suka berlama-lama di kamar mandi. Maka dari itu 20 menit kemudian dia sudah siap. Menatap pantulan dirinya dalam cermin, sejenak Kalivia menilai diri.

Rambut yang diikat dua bagian sisi. Hidung yang tidak mancung-mancung amat, bulu matanya tergolong pendek dan tidak lentik, bibir pucat, serta pipi berisi.

Hanya satu yang menjadi kebanggan Kalivia, adalah bola mata biru gelapnya. Warna mata yang Kalivia ambil dari nenek buyut mereka.

Menyadari banyak kekurangan, Kalivia tanpa sadar insecure. Bayangan wajah sempurna Zean menyeruak. Keduanya memiliki rasio wajah yang berbeda jauh.

"Kalivia cepat! Zean udah nunggu!"

Mendengar teriakan mamanya, Kalivia segera bergegas. Menuruni tangga satu persatu, tak lama sosok Zean sudah tertangkap di kedua maniknya.

Zean pun nampak menyadari kehadiran Kalivia. Kepalanya mendongak dan sudah mendapati eksistensi seorang gadis culun di depannya.

"Yuk berangkat sekarang." ajaknya seraya mengulurkan tangan. Ragu-ragu Kalivia menerima uluran tersebut.

Berpamitan sebentar dengan mamanya, akhirnya dua manusia itu meninggalkan rumah sang gadis.

Ada yang aneh.

Itulah perasaan Zean saat menyadari Kalivia terus diam sepanjang perjalanan. Biasanya gadis itu akan terus mengoceh sampai mereka tiba di sekolah.

Tetapi hari ini berbeda. Kalivia hanya menatap pemandangan melalui jendela mobil sedang jari tangannya saling memilin.

Behind The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang