🌰05

15.4K 1.4K 44
                                    

Terbangun dengan kondisi yang tidak beda jauh, Kalivia memutuskan keluar kamar. Selain susah tidur, juga tenggorokannya yang terasa kering.

Setibanya di dapur, Kalivia duduk lalu meraih gelas untuk selanjutnya mengisinya dengan air. Menandaskan dalam satu kali tegukan, Kalivia menaruh gelas itu di atas meja. Tangannya lalu bergerak memijit pelipisnya.

Untuk kesekian kalinya, Kalivia mendapat mimpi Zean menghabisi nyawanya. Kalivia takut, khawatir bila umurnya tidak lama lagi.

Sebenarnya apa yang takdir coba tunjukkan?

Kalivia lelah, hari-hari malamnya selalu ditemani mimpi-mimpi mengerikan.

Kemudian netranya tak sengaja melirik kalender yang tergantung di samping kulkas. Melihat tanggal yang tertera, tubuh Kalivia menegak.

Ulang tahun Zean. Sekarang masuk awal bulan agustus dan ulang tahun Zean terjadi akhir bulan september. Itu berarti Kalivia memiliki kesempatan lebih dari 3 minggu.

Kalivia memang mencintai Zean, tapi bila lelaki itu pula alasan Kalivia berumur pendek, maka suka tak suka Kalivia harus menjauhinya.

"Maaf pa, maaf ma. Mungkin aku dan Zean gak jodoh." gumamnya dengan nada lesu.

Keesokan paginya, Kalivia sudah bersiap untuk kesekolah. Ketika menuruni tangga, Kalivia mendapati Zintya mengatur meja makan.

"Gak sarapan dulu?" tanya Zintya begitu menyadari kehadiran sang anak yang sedang menyimpul dasi.

"Gak ah, nanti sakit perut." Kalivia memang tidak terbiasa sarapan pagi, alasannya perutnya akan mules menyebabkan Kalivia enggan memasukan makanan pada jam-jam seperti sekarang.

"Tumben gak bawain Zean bekal. Udah beberapa hari loh." ungkit Zintya fokus menata makanan sambil menunggu suaminya siap-siap tanpa menyadari adanya perubahan ekspresi muka putri sulungnya.

Merasa ingin mengatakan sesuatu, Kalivia menghampiri sang ibu lalu membantunya menuangkan sayur bening dalam mangkuk kaca.

"Ma, aku kan ada temen. Dia tuh posisinya udah tunangan, tapi si tunangannya ini suka main wanita. Kira-kira Mama bakal ngapain?"

Tuk!

Kalivia terlonjak saat ibunya membanting panci kosong di atas meja berbahan dasar keramik.

"Menurut kamu Mama bakalan nangis bombay diiringi lagu syalala meratapi nasib? Pria seperti itu tidak pantas mendapat cinta. Semua wanita menginginkan satu-satunya di sisi lelakinya. Bila ada kedua, ketiga, dan kelima puluh, maka sebuah hubunganpun tak layak dibangun ketika pondasi utamanya hilang."

Pemaparan diikuti emosi meluap-luap itu menampar telak sanubari Kalivia. Mengulik kembali bagaimana kedua orangtuanya begitu menyayangi Zean sepenuh hati membuat Kalivia seperti orang yang berusaha menyembunyikan sebuah kejahatan.

Andai bila Zintya tau kelakuan Zean di belakangnya selama ini, apakah Zintya tetap bersikap sama di saat bersamaan kehidupan mereka ditunjangi oleh keluarga Zean?

"Nih, kamu kasih Zean. Keknya dia udah datang tuh." entah sejak kapan Zintya menyiapkan bekal untuk calon menantunya, atau mungkin dianya yang terlalu melamun?

"Kok cuma satu, Mah?" pertanyaan bernada protes itu dilayangkan Kalivia. Belum apa-apa saja posisinya sebagai anak kandung Rei dan Zintya perlahan dilengserkan. Kalivia tidak terima.

"Helleh, emang sejak kapan kamu mau makan makanan rumah? Biasanya selalu bilang makanan sekolah jauh lebih enak ketimbang masakan Mama." sindiran Zintya menjadikan Kalivia tertohok mendengarnya.

Memang benar, tapi percayalah Kalivia begitu menyukai masakan sang mama. Terlepas selera orangtuanya dan Kalivia sendiri berbeda.

Bila Kalivia menyukai makanan dengan banyak micin, maka sebaliknya orangtuanya tidak terutama Rei.

Behind The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang