"Ini sangat lucu. Kukira aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, tapi takdir malah mempertemukan kita di sini."
"Kukira aku sudah kalah. Tapi takdir malah memberi aku kesempatan untuk memilikimu meksi harus melalui dunia lain."
"Gue bukan Binar! Gue Bulan! Lo salah orang!"
"Bulan or Binar. Bagiku kalian sama. Aku tetap mencintaimu disamping kalian adalah dua jiwa yang berbeda."
Zean terbangun dari tidurnya setelah mimpi itu. Lelaki itu meraup wajahnya frustasi, bayang-bayang ketika tubuh seorang gadis menceburkan dirinya dalam laut kembali Zean pikirkan.
Setelah kejadian itu, Zean turun langsung mencari tubuh Bulan. Tetapi sayangnya, Zean harus menelan pil pahit saat tubuh kaku Bulan diangkat dari dalam air.
Tidak ada lagi nyawa di sana membuat Zean murka dan berakhir membunuh Rio—ayah dari Bulan.
Zean mendengus keras, lelaki tamak macam Rio tidak cocok ada di dunia.
Memutuskan bangkit dari peraduannya, Zean berjalan keluar kamar. Saat ini ia masih berada di rumah kedua orangtuanya. Ralat, maksudnya orang tua dari tubuh yang Zean tempati.
Dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku celana, Zean menuruni satu persatu tangga. Hari semakin sore, itu berarti Zean tertidur cukup lama setelah makan siang tadi.
Lalu sebuah objek menghentikan langkahnya. Dari jaraknya berdiri, Zean melihat Kalivia. Entah apa yang gadis itu lakukan.
Menjalankan peran layaknya tunangan yang perhatian, Zean menghampiri Kalivia.
"Lalu kenapa kalian bertengkar? Apa masalah rumahtangga? Hei bung, wanita di luar sana masih banyak. Sekarang lihat. Tubuh kalian bonyok-bonyok hanya karena memperebutkan betina." celotehan Kalivia tentu didengar Zean yang sudah berdiri di belakangnya.
Mengintip apa yang Kalivia lakukan, akhirnya Zean tau bahwa sedari tadi gadis cupu itu tengah mendamaikan dua ekor kucing jantan. Tak lupa juga Kalivia menempatkan tubuhnya di tengah-tengah binatang tersebut seakan menjadi penghalang agar keuda kucing jantan itu tidak bertengkar.
"Masalah kalian tuh cuman sepele. Kalo dibandingin ama masalah aku, beuhh, yakin dah bakal bundir."
Lalu sepotong bait di kalimat terakhirnya menjadikan Zean menyerngit. Masalah apa yang Kalivia miliki hingga berbicara seperti tadi.
"Kalivia."
"Kyakk!" Kalivia terjerembab ke depan. Dia itu satu spesies yang mudah terkejut, apalagi posisi sebelumnya sedang jongkok.
Menatap geli pemandangan di depannya, Zean membantu Kalivia bangun.
"Hati-hati." ujarnya setelah Kalivia bangun.
Kedua manusia itu duduk di gazebo dengan pandangan sama-sama mengarah pada langit yang mulai gelap. Tapi meski begitu, bulan mulai memamerkan kehadirannya.
"Kenapa bulan tidak punya teman?" satu pertanyaan meluncur dari bibir Kalivia. Zean yang sedari tadi rebahan menggumam.
"Karena kalo dua, bakal seterang apa hutan-hutan di dunia ini." jawabnya asal.
"Salah. Mau tau gak kenapa?" Kalivia menaik turunkan alisnya. Wajah usilnya kembali Zean lihat.
"Karena langit tau, bulan tidak butuh teman. Dia sudah punya bintang-bintang sebagai temannya meski keduanya berbeda. Sama seperti aku," Kalivia menunjuk dirinya sendiri sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku akan menjadi teman satu-satunya bagi Zean Vedra Ovinus."
Kalivia cengar-cengir usai menadaskan ucapannya. Zean hanya menanggapi dengan senyum tipisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Dream
FantasySPIN OFF BINAR REMBULAN~ "Yang gue denger nih ya, si doi lebih suka cewek anggun, kalem, dan yang paling penting harus pintar," "Trus?" Kalivia menatap sahabatnya itu tidak mengerti. "Nah, kalo mau pertunangan lo berakhir maka lo harus menjadi keba...