Kalivia terkejut mendengar ayahnya yang mengalami kecelakaan mobil. Dari yang Kalivia dengar, ada yang mencegat mobil Rei ketika berangkat ke kantor.
Tau-tau saja mobil yang dikendarainya mendapat tabrakan beruntun dari pengendara tak dikenal.
"Kali, keluarga lo ada musuh bisnis?" pertanyaan Irena menyentak Kalivia dari aksinya yang menggigit kuku.
"Setau gue kagak ada. Ayah gue kan gak berpengaruh amat dalam dunia bisnis." paparnya menatap jam di pergelangan tangannya.
Andai Kalivia tidak menghadapi remedial, mungkin sekarang ini dia akan meminta izin. Terbaru ketika Zintya memberikannya kabar, ayahnya hanya mengalami luka ringan. Tetapi tetap saja Kalivia merasa khawatir luar biasa. Dia ingin melihat langsung kondisi sang ayah.
"Udah gak usah khawatir. Terpenting bokap lo kan selamat. Heran gue, sekolah masih berduka atas kematian Iva masih buka. Padahal polisi masih melakukan penyelidikan." ujar Irena mengelus bahu Kalivia berharap sahabatnya itu tenang.
Kalivia menatapnya, andai Irena tau bahwa pelaku yang menghabisi Iva adalah Zean sendiri. Sayangnya Kalivia tak ingin terlibat jauh, dia sadar kuasa pria itu. Tak sulit baginya untuk menyingkirkan segala yang menganggunya.
Kemudian manik birunya jatuh pada pria yang sekarang ini memasuki perpustakaan bersama seorang gadis.
Entah mengapa Kalivia memiliki feeling kuat bahwa semua yang menimpa ayahnya berhubungan dengan pria itu.
Atas praduganya barusan, Kalivia berjalan menuju perpustakaan. Mengabaikan Irena yang memanggilnya di belakang.
Masih dengan emosi menggebu, Kalivia memasuki ruangan penuh buku tersebut, menyapu sekitar dan tak menemukan sosok Zean yang beberapa saat lalu masuk.
Kepalanya mendongak, lebih tepatnya pada lantai dua yang mana tempat itu adalah tempat yang sama saat Kalivia memergoki Zean membunuh seorang gadis.
Memikirkannya, Kalivia kembali merasakan tubuhnya gemetar. Tetapi dia harus segera menemuinya atau tidak sama sekali.
Bermodalkan tekad, Kalivia menaiki tangga penghubung. Dan benar saja, tiba di atas Kalivia sudah mendapati eksistensi dua insan yang sekarang ini sibuk bercumbu ditempat yang tidak seharusnya.
"Ekhem!"
Deheman Kalivia berhasil memisahkan dua bibir itu yang saling bertukar saliva. Netra Kalivia bersibobrok dengan netra kelam Zean, tak lama dia mengalihkan pandangan.
"Cupu! Zean, dia ganggu kita." lapornya tak ditanggapi Zean selain menaruh atensi penuh pada perempuan berkacamata dengan rambut di kepang dua itu.
"Keluar dulu, Sea. Mungkin ada hal penting yang mungkin dia mau omongin." ujar Zean hingga Sea menatapnya tak percaya. Menghentakkan kakinya ke lantai, gadis rambut sebahu itu akhirnya meninggalkan perpustakaan. Sebelum berlalu, dia sempatkan menatap sinis Kalivia.
"Kenapa? Oh ya, gue dengar bokap lo kecelakaan ya? Gue sedih dengernya." ucap Zean seraya menyandarkan pinggulnya pada jendela. Senyumnya terbit ketika melihat Kalivia menatapnya tajam.
Menggemaskan.
"Lo kan yang buat papa kecelakaan?" Kalivia menunjuk Zean dengan wajah memerah. Tetapi tanggapan lelaki itu hanya mengedikan bahunya acuh, lalu kepalanya miring ke kanan.
"Gak kenapa-napa kan? Masih aman kok itu." sahutnya santai menjadikan Kalivia menghampiri lelaki itu dan menamparnya. Tak berhenti sampai di sana, Kalivia juga memukul brutal lelaki itu meski tidak mendapat respon berarti selain kebungkamannya.
"Lo jahat! Lo brengsek! Lo bajingan! Gue benci lo Zean! Kenapa gue harus kenal sama manusia iblis kayak lo! Kenapa!" teriaknya dengan tangisan yang meledak saat itu juga. Beruntung perpustakaan tidak ada penjaga, jadilah Kalivia leluasa berbicara dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Dream
FantasiaSPIN OFF BINAR REMBULAN~ "Yang gue denger nih ya, si doi lebih suka cewek anggun, kalem, dan yang paling penting harus pintar," "Trus?" Kalivia menatap sahabatnya itu tidak mengerti. "Nah, kalo mau pertunangan lo berakhir maka lo harus menjadi keba...