🌰15

11.2K 1K 70
                                    

Kalivia menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Sudah sejam lalu dia tak beranjak dari posisinya, padahal Kalivia akan berangkat sekolah.

Menghela napas panjang, Kalivia beranjak dari tempatnya kemudian meraih tasnya di atas kasur.

Menuruni satu persatu tangga, Kalivia sudah mendapati keberadaan orang tuanya yang tengah mengobrol. Samar dia mendengar bahan obrolan keduanya yang membahas pernikahannya dengan Zean.

"Apa keputusan ini udah tepat, Pah? Biar gimanapun kita tau Kali itu gimana anaknya. Mereka masih muda, aku takut kalo keduanya belum siap mental sepenuhnya." ujar Zintya tanpa menyembunyikan raut sedihnya perihal keputusan anak satu-satunya keturunan Ovinus itu.

Rei melepas kacamata beningnya lalu mengambil napas panjang. Apa yang Zintya pikirkan juga dipikirkan olehnya. Biar bagaimanapun Kalivia adalah anak bungsunya meski memiliki otak rendah dalam berpikir. Rei maupun Zintya tetap tidak membedakan kasih sayang untuk ketiga anaknya.

Melihat dilema kedua orang tuanya, Kalivia menggigit bibir.

Kalivia bisa saja membujuk orang tuanya untuk membatalkan semuanya, akan tetapi di satu sisi Zean memegang satu rahasia besarnya. Adalah tentang dirinya yang sudah tidak perawan lagi. Dan lagi kisah dirinya dan Galaxy juga diketahui pria itu.

Sebenarnya Kalivia masih memiliki keberanian membicarakan kebejatan yang telah Galaxy lakukan beserta Zean. Namun Kalivia takut tentang respon sang ayah yang disinyalir memiliki riwayat penyakit jantung.

"Sebelum kita menikah, lo harus siap layani gue. Anggap aja ini pemanasan sebelum hubungan kita resmi."

Perkataan Zean dua hari lalu kembali terngiang. Kalivia benar-benar sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk menata hidupnya.

Membuang napas panjang, Kalivia memegang kedua tali tasnya. Senyumnya tersungging, menunjukkan pada dunia bahwa dia baik-baik saja.

"Pah, Mah. Kali berangkat dulu." pamit Kalivia menghentikan obrolan dua orang itu. Rei dan Zintya mengangguk.

"Uang jajan, Kali mana?" Kalivia menengadahkan tangan, sejenak membuat Rei menggerutu.

"Cuman 20, Pah? Di Batik Biru, air mineralnya 7 rebu. Bakso 13 rebu. Belum lagi bayar mamang gojek. Mana cukup." keluh Kalivia setelah Rei memberikan selembar uang warna ijo tersebut.

Zintya berkacak pinggang, biasanya jika mode begini Kalivia akan mengomel.

"Harus mandiri, Kali. Lagian Mama kan udah bilang sarapan aja biar gak cepat laper. Tapi kalo mau uang jajan nambah, usahain nilai tugas kamu dapet 60 hari ini." paparnya mengamati Kalivia mengantongi uang pemberian dari Rei.

"Gak deh, Mah. Dapet nilai 5 aja udah bersyukur akuh." cengir Kalivia segera berlari ketika melihat Zintya meraih kemoceng di atas meja.

"Berangkat bareng Kakak."

Kalivia menghentikan langkahnya usai mendengar Galaxy berkata demikian. Baru saja kata penolakan keluar dari mulutnya, Galaxy menarik tangannya sedangkan kedua orang tuanya hanya memggeleng.

Tiba di mobil pria itu, Galaxy mendorong tubuh Kalivia dan bergegas masuk.

"Kak, aku udah pesan gojek." ujar Kalivia merasa takut berada satu mobil dengan Galaxy yang mana sedang mengambil cuti selama 2 hari. Tetapi kakaknya itu acuh dan tetap menjalankan kendaraannya.

"Kamu cancel."

Kalivia menpautkan bibirnya rapat  setelah itu mengotak-atik ponselnya. Baru saja menyimpan ponselnya dalam tas, mobil Galaxy berhenti.

"Loh, kok berhenti?" tanyanya, padahal mereka belum ada 5 menit keluar dari rumah.

Galaxy tersenyum yang mana senyum itu adalah senyum bencana bagi Kalivia.

Behind The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang