"Lo yakin tunangan lo itu bakalan lewat sini?" Enza melirik sekitarnya. Sekarang mereka tengah berada di lorong rumah Zean yang mana lorong ini juga menghubungkan kamar Zean.
Sepi. Sebab semua orang berada di lantai bawah tempat di mana acara diselenggarakan.
Menurut informasi, Zean masih berada di kamarnya. Itu berarti Kalivia harus memainkan peran sebagaimana tengah bersama dengan selingkuhannya. Misal menciptakan adegan mesra.
"Percaya sama gue. Begitu kita denger suara langkah kaki, itu berarti Zean. Dan tiba saatnya, lo pokoknya meranin sebagaimana cowok pada kekasihnya. Terserah lo mau lakuin apa asal selama itu bisa buat Zean percaya kalo ada orang ketiga di hubungan ini."Kalivia memaparkan sambil itu merapikan penampilannya.
Entah mengapa dia sangat gugup dan itu rupanya disadari Enza.
"Perasaan gue kagak enak. Sumpah." ucapan Enza nyatanya mampu membuat Kalivia meneguk ludah kasar. Dirinyapun sama, tetapi Kalivia tak bisa menghentikan rencananya ini.
Lama mereka berada di situasi sama-sama diam, sampai akhirnya samar mendengar suara ketukan sepatu. Kalivia meraba dadanya yang berdebar, berharap Kalivia berhasil.
"Tunggu apa lagi." bisiknya menatap Enza yang malah diam menatapnya. Kalivia gemas, baru saja hendak mengeluarkan protesannya, Enza menariknya hingga jarak keduanya nyaris tak berjarak.
Kalivia meneguk ludah, cewek itu menunggu hal apa yang Enza lakukan.
"Lo diam dan gak boleh protes." bisiknya yang diangguki Kalivia.
Perlahan Enza mendekatkan wajahnya. Ia terdiam sejenak menatap wajah itu yang memandangnya polos dan lugu.
Cup.
Satu kecupan Enza berikan di bibir Kalivia dan respon cewek itu sangat syok. Menjauhkan wajahnya, Enza mengerjap.
Shit! Kok enak?!
Enza mengabaikan tubuh menegang Kalivia dan kembali melabuhkan satu ciuman dalam di bibir Kalivia. Tangannya menahan tengkuk Kalivia kala mulai dirasakan pemberontakan yang diberikan sang empunya bibir.
Tidak tidak, bukan ini yang Kalivia harapkan. Dia tidak berharap akan disosor seperti ini.
"Ekhem!"
Deheman seseorang berhasil melepaskan pangutan keduanya. Kalivia mengambil langkah mundur lalu menatap ke sumber suara.
Pupil matanya bergetar setelah mendapati sosok Zean yang tengah tersenyum menatapnya.
"Maaf, gue kira di lorong ini udah gak ada orang," suara Enza memecahkan keheningan yang mencekik di lorong itu. Kalivia berganti melirik Enza, apakah ini bagian rencana pria itu?
Enza menarik lengan Kalivia untuk mendekat padanya. Tangannya lalu merangkul mesra pundak gadis itu.
"Kenalin gue Enza. Dan ini pacar gue, Kalivia. Sekali lagi gue minta maaf kalo perbuatan kami berdua buat lo gak nyaman." Enza tersenyum sekilas sebelum menarik Kalivia pergi dari sana.
"Tunggu."
Keduanya kompak menghentikan langkah setelah Zean menyeru. Tanpa sadar, Kalivia meremat jas Enza. Dia sudah mempersiapkan semuanya, akan tetapi respon tubuhnya malah ketakutan seperti ini.
Bayangan ketika Zean membunuhnya kembali menyeruak. Alih-alih tenang, Kalivia malah merasa makin risau.
"Dia gak bakal bunuh gue kan?" bisiknya lirih memastikan hanya Enza yang mendengar.
"Gak baka dibunuh kalo tubuh lo mau diajak kerja sama." jawab Enza mengelus lengan Kalivia yang terasa gemetar.
Sadar Enza menyindirnya, Kalivia berusaha tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Dream
FantasySPIN OFF BINAR REMBULAN~ "Yang gue denger nih ya, si doi lebih suka cewek anggun, kalem, dan yang paling penting harus pintar," "Trus?" Kalivia menatap sahabatnya itu tidak mengerti. "Nah, kalo mau pertunangan lo berakhir maka lo harus menjadi keba...