🌰22

10.4K 1K 187
                                    

Tak ada seorang pun orang tua di dunia ini mau melihat anaknya terbaring tidak berdaya di atas kasur. Melihat segala alat penunjang kehidupan terpasang di tubuh sang anak, sudah cukup membuat hati orang tua hancur.

Zintya tidak bisa berhenti menangis meratapi nasib Kalivia yang nyawanya berada di ujung tanduk.

"Waktu Anda habis." salah seorang pria berbadan kekar masuk memberi informasi.

Rei yang sibuk mengelus pundak Zintya menoleh ke sumber suara. "Kami orang tuanya, dan tuan-mu itu hanya orang asing di hidup putri kami. Dia tidak punya hak untuk mengatur kapan kami bertemu Kalivia." seloroh Rei yang membuat Zintya segera mengelus tangannya.

Kepalanya menggeleng, memberi Rei pengertian bahwa sekarang bukan waktunya untuk memberi perlawanan pada seseorang yang memiliki kuasa yang bisa melakukan apa saja.

"Kita pulang, Pah. Besok kita ke sini lagi. Panggil juga Oliv untuk siap-siap." katanya berjalan mendahului Rei yang masih enggan meninggalkan kamar tempat tubuh Kalivia berada.

Sedangkan di sisi lain, dua orang lainnya itu masih saling lempar pandang. Oliv menghembuskan napas dan memilih membuang pandangannya ke bawah.

"Kalau memang kamu udah putusin, aku bisa apa. Aku titip Kalivia, terlepas bagaimana hubungan kita di belakang dia, tetap saja Kalivia adalah adikku. Rasanya, melihatnya seperti sekarang kian menambah rasa bersalahku padanya." ucap Oliv dengan kedua tangan saling meremas.

Dengan kedua tangan bersedekap, Zean tersenyum miring. "Tanpa lo bilang pun gue akan tetap ada di sisi dia. Mending lo pulang, dan beritahu kakak lo Galaxy untuk tidak memaksa masuk ke rumah gue atau Kalivia gue bawa jauh hingga kalian tidak akan bisa menemuinya lagi. Selamanya." tukasnya berlalu meninggalkan Oliv yang diam-diam menatap punggung kekar itu dari belakang.

Selain Zean, Oliv juga tau rahasia antara Kalivia dan Galaxy. Sudah lama dirinya mengetahui hal besar keluarganya namun dia memilih bungkam. Membiarkan semuanya berlalu begitu saja tanpa menyadari bahwa akar permasalahannya semakin runyam.

"Kali, maafin Kakak." bisiknya lirih.

Setelah kepulangan oran tua Kalivia, kini gantian Zean yanf masuk kedalam kamar tempat di mana Kalivia dirawat. Sengaja memilih rumah karena Zean berpikir, apabila di rumah sakit bakal banyak kemungkinan orang untuk menemui Kalivia.

Mengambil sisi kosong di samping Kalivia, Zean merebahkan tubuhnya kemudian menatap lamat wajah pucat itu. Tangannya lalu terulur mengelus perut Kalivia, tanpa sadar senyumnya tersungging lebar.

"Anak papa kuat banget, ya." bisiknya.

Entah apa yang terjadi bila sedetik saja Zean terlambat menemukan Kalivia. Saat itu dia teramat panik usai melihat banyak genangan darah pada rerumputan. Usut punya usut, Kalivia mencoba mengakhiri hidupnya. Besar kemungkinan dia putus asa sebab peringkatnya tidak masuk sepuluh besar.

"Cepat sadad, Blue. Miss youu.." gumam Zean menggenggam punggung tangan Kalivia yang bebas dari infus lalu melabuhkan ciuman dalam di sana.

"Kamu hebat kok, gak bodoh. Maaf, mungkin ada kata-kataku yang membuatmu kehilangan semangat hidup. Tapi janji, setelah bangun aku akan menerima kamu apa adanya. Dan kasian anak kita, dia butuh asupan makanan, bukan cairan." celetuk Zean kembali mengelus perut rata Kalivia.

Pertama mendengar Kalivia mengandung, Zean bahagia tak terduga. Sayangnya, Kalivia tidak segera memberitahukannya dan memilih jalan sesat yang nyaris menghilangkan nyawanya dan juga nyawa calon anak mereka.

Kata dokter, Kalivia sudah melewati masa kritisnya tinggal menunggu kapan wanita itu sadar. Dan hal inilah yang Zean tunggu. Dia teramat merindukan si pemilik mata biru itu terbuka.

Sore harinya, Zean mengunjungi apartemnya. Sejenak dia mengamati tempat privasinya itu, sampai kedua netranya berhenti pada lukisan besar diantara figura lainnya. Zean berjalan mendekatinya kemudian menatapnya lamat.

Butuh waktu seperkian menit hingga Zean memutuskan untuk mengambil figura besar berisi seorang wanita di masa lalunya. Kakinya melangkah pada sebuah ruangan yang mana sudah di modif menjadi gudang penyimpanan barang.

Menaruhnya di sana, Zean tersenyum kecil sembari mengelus figura tersebut.

"Sekarang lo bukan lagi, My Moon gue. Gue udah nemuin sosok luna di hidup gue. My Blue. Sayangnya kalian gak bisa bertemu. Selain karena beda dunia, lo dan dia juga adalah sosok berbeda," Zean menjeda sejenak kalimatnya kemudian menatap kembali figura itu.

"Sekarang dia lagi tidur nyenyak, gue gak bisa bangunin. Gue, bisa minta tolong? Tolong bangunin dia." Zean menjilat bibir bawahnya.

"Gue janji bakal belajar menjadi lebih baik."

"Menyedihkan sekali."

Sebuah suara tiba-tiba terdengar di ruangan sunyi itu. Zean mengedarkan pandangan sekitar, dan sang empunya suara tidak ada.

"Gue di belakang lo."

Segera Zean berbalik. Kedua netranya melebar, merasa tak percaya atas apa yang dilihatnya kini.

"Ernest..."

"Kaget lo. Ngapain minta tolong ke istri gue. Belum move on?" kembali bayangan itu berbicara yang kali ini terdengar menyebalkan di telinga Zean.

"Gue udah punya yang lain. Kagak usah mikir macam-macam. Mumpung lo di sini, coba suruh wanita gue bangun atau masuk kek di alam mimpinya."

"Lo gak sepenting itu untuk gue bantu. Tapi ya, gue mau kasih saran aja. Di saat dia siuman, lo harus bayar segala kejahatan lo." bayangan Ernest itu berbicara. Tentu saja Zean dibuat bingung.

"Bayar? Kagak! Lo ataupun gue juga sama-sama manusia kotor. Lebih-lebih lo, gue kasihan sama Binar. Pasti dia udah kurusan sebab stres ngehadapin orang kurang waras seperti lo." rutuknya.

"Oww, ya udah. Sebenarnya, gue juga ogah di sini. Rasanya ngeliat lo idup lagi gue gak rela. Kendati demikian gue juga seneng lo terdampar jauh. Dan apabila lo gak ikutin saran gue, maka jangan bertanya kalau suatu saat orang yang lo cinta bakal menghilang."

Usai mengatakan itu, sosok bayangan Ernest menghilang bersamaan Zean membuka matanya. Alisnya menyerngit kala mendapati dirinya tertidur dilantai gudang apartemennya. 

Pandangannya mengedar guna mencari sosok Ernest, namun tidak ada dan menghilang tanpa jejak.

Apa hanya mimpi?

Tapi kenapa terasa begitu nyata.

🌰🌰🌰

Rindu babang ngenest gak?

Sengaja beri kalian kejutan untuk part ini.

Khusus part ini aja ReLuvi.

Oh ya, mau ngasih tau bahwa BTD bentar lagi end.

Tim kalian mana nih.

Happy

Or

Sad

Monggo di pilih.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

Behind The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang