[2 | debar semarak]
Suasana hati Sam sudah buruk pagi-pagi sekali.
Sebenarnya pukul 07.10 sudah termasuk kesiangan mengingat jadwal ujian yang dimulai pukul 07.30. Tapi Sam tidak suka kalau mood-nya rusak di pagi hari. Ah, sial, ujian pula. Ini semua karena Nirmala memakai kamar mandi tanpa ingat waktu. Sudah tahu kamar mandi yang berfungsi di rumah hanya satu. Bagian terparahnya, Sam bangun mendekati jam 7.
Jadilah Sam tergopoh-gopoh melintasi lahan parkir Smagada, melejit menuju kelas ujiannya. Tidak sampai di situ, ujian Biologi hari ini justru membuat keadaan hatinya makin runyam. Sam keluar kelas dengan bibir membentuk satu garis lurus dan alis berkerut.
"Kusut amat tuh muka." Krama tiba-tiba menyejajari langkahnya. Kelas mereka bersebelahan.
Sam menghela napas. "Nilai bio gue mengkhawatirkan."
"Lama-lama semua orang di sekitar gue mirip Abra semua, ye. Ngeri dah."
"Beda, lah, Abra tiap hari mikirin gituan. Gue cukup kalo lagi ujian aja, sih."
"Wakakakak! Udah kayak duren aja lu, musiman!"
Langkah mereka mengarah ke kantin. Biasanya Gibran dan Abra-juga Helga, kadang-kadang-sudah duduk manis di salah satu bangku panjang di sana.
Di antara anak-anak yang menyesaki koridor dan langkah yang sempat tersendat, mata Sam jatuh di satu titik yang melambatkan gerak tungkainya. Di sana, di lorong depan ruang jurnalistik, perawakan seorang gadis tengah sibuk silih berganti membagikan sebuah kotak kecil yang sulit untuk Sam identifikasi. Setiap satu juluran tangan, hadir seutas senyum yang melukiskan tiga lengkung di wajah itu. Dan kalau Sam tidak salah menangkap, bibir itu juga turut berkata: "Semangat ujiannya, ya!"
"Sam! Kok nyangkut sih lo? Liatin apaan sih?"
"Eh? Oh. Nggak ada." Meski kakinya kembali melangkah, Sam masih sesekali menoleh ke subjek tadi.
Itu Kinar. Entah sedang membagikan apa. Sam juga tidak penasaran mengenai hal itu, tapi yang menyita pikirannya adalah keseluruhan dari bingkai yang ia saksikan.
Betapa mendadak perkara kamar mandi beserta ujian biologi yang mematikan barusan seakan tersingkirkan sejenak dari kepalanya. Lalu satu pertanyaan senyap-senyap menyusup ke benak Sam; bagaimana ... bagaimana wajah yang biasanya meraut canggung di depan Sam itu bisa melaur dengan mudahnya, seolah rona hangat tidak pernah meninggalkan roman gadis itu?
"TARAA!" Di kantin, Helga tahu-tahu heboh meletakkan sebuah paper bag ke atas meja. "Lo pada harus coba puding ajaib ini, sih. Asli!"
Sam hanya memangku dagu sambil menonton tingkah Helga yang bersemangat. Lelaki itu tidak begitu tergugah.
"Apaan nih tumben. Ti ati guys, kayaknya kita mau diracun." Gibran menyipitkan mata sangsi.
"Etetet, sembarangan! Dari Kinar, nih. Nyokapnya sih sebenernya yang bikin dan nyuruh bagi-bagi. Gue aduin mampus lo ya! Pencemaran nama baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
twinkles.
Short StoryHanya tentang seorang Kinar yang ingin menyimpan kelap-kelip mata Sam. Kilanara Kinar mengagumi nyala hangat dari seorang Rasi Samudra, laki-laki super ramah yang tawanya menular dan disukai semua orang. Menyimpan rasa sukanya sendiri, Kinar dibawa...