8 | panggung kedua

1.6K 398 63
                                    

⟦ 8 | panggung kedua ⟧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8 | panggung kedua

⁺೨*˚·

Helga Firstia
Kirimin alamat rumah lo, dong.

Kilanara Kinar
Buat apa?

Helga Firstia
Mau bagi-bagi kue
Nyokap dapet kiriman dari sodara
Banyak banget, daripada basi

Bola mataku bergerak ke atas, menimbang-nimbang.

Aku pun mengirim lokasi rumahku.

Helga Firstia
Gini aja cepet
Giliran diajak main lama banget jawabnya
AYO IKUT TAON BARUAN BRG GW!!!!!!
Kalo ga kita putus

Kilanara Kinar
Nggak sedih tuh gue.

Helga Firstia
Ngeselin amat si!!!
Oke
Gausah chat-chat gue lagi.

Mau tak mau aku menertawai pesan Helga. Bukankah gadis itu yang justru sering merecokiku?

Hari ini adalah hari terakhir sebelum tahun berganti. Iya, waktu memang selalu mengejutkan, ya? Tahu-tahu saja aku sudah selesai UAS, tahu-tahu saja sudah libur, tahu-tahu saja beberapa minggu lagi aku masuk semester akhir di kelas sebelas.

Aku tengah mengunyah kacang mede sambil mencari referensi desain untuk lomba majalah ketika pesan Helga datang. Sejujurnya, aku ingin mengiakan ajakannya karena aku ingin melihat Sam tampil lagi. Kurasa aku jadi kecanduan akan dirinya; suaranya memang tidak sehalus dan seapik Abra, tapi Sam punya ciri khasnya sendiri yang menenangkan. Meskipun aku tidak yakin apakah Sam akan bernyanyi nantinya.

Mengingat Sam mau tak mau membawa kembali pemandangan tempo hari yang lagi-lagi mengusikku.

Apa, sih, yang sebenarnya aku rasakan terhadapnya?

*

*

*

Nyatanya, keputusan mengirim lokasi rumahku kepada Helga adalah sebuah kesalahan.

Mama sedang menyiapkan bahan-bahan untuk acara bebakaran yang akan dilaksanakan di lapangan kompleks, mulai dari daging, sayur, sampai camilan. Tentu saja ibu-ibu di kompleks kami sudah berbagi tugas, jadi bukan cuma mama yang kerepotan. Aku membantu mama menata barang-barang tersebut ke dalam keranjang. Mama sempat pergi keluar rumah untuk mengambil makanan yang dipesan, tapi ketika kembali, kata-kata mama mengejutkanku.

"Kinar, kamu kok nggak bilang ada acara sama temen-temen kamu?"

Aku ber-hah ria. "Acara apa, Ma?"

"Itu, temen kamu di luar, barusan sampe. Eh, mana sih itu temen kamu, padahal udah Mama suruh masuk aja."

Seolah semesta memang merencanakannya, figur Helga yang melangkah hati-hati memasuki rumah membuatku melotot.

"Nah itu dia. Siapa namanya? Oh, Helga, bukan? Sini sini, duduk dulu. Kinar gimana sih, kok malah bantuin Mama, bukannya siap-siap?"

Pandanganku bertahan pada Helga yang cuma cengengesan sedari tadi. Gila, ya, anak itu?

"Kinar, udah sana siap-siap. Mama bisa sendiri, kok. Nggak enak temen kamu nunggu lama."

Masih heran sekaligus kesal, aku pun menggiring diri ke kamar. Sempat meminta Helga mengikutiku lewat pandangan, ia tersenyum lebar, sukarela mengekoriku.

Begitu menutup pintu, aku berhadapan dengan Helga. Berkacak pinggang. "Apaan, sih? Kok lo tiba-tiba di rumah gue? Lagian tau dari mana, sih-" Teringat sesuatu, aku lantas berbisik tertahan. "Bukannya lo bilangnya mau ngirim makanan!?"

Tawa Helga memenuhi kamarku. "Serius, lo percaya, Kin? Ya ampun. HAHAHAHA!" Aku cuma memandanginya jengkel. "Wait, ini bukan waktunya buat ketawa. Yok, yok, buruan lo dandan! Udah mandi, kan lo? Kita nggak ada waktu lagi, nih. Udah setengah empat."

"Helga!"

"Iya?"

"Gue nggak enak sama ortu gue."

"Aduh, Kin, nyokap lo aja tadi seneng-seneng aja tuh?"

"Lo tuh, ya."

"Buruaaan! Abra sama yang lain telat manggungnya entar!"

Jadilah aku menurutinya. Tidak mungkin juga aku menyuruhnya pulang, kan? Dan benar yang dikatakan Helga, mama tadi sepertinya tidak keberatan kalau aku pergi.

"Eh, helm, Kin. Kita naik motor biar cepet."

Aku mendecak.

Hal terakhir yang kudengar dari mama adalah, "Hati-hati, ya. Have fun, Anak Mama!"

Tampaknya, mama benar-benar tidak keberatan.

Namun, seolah kedatangan Helga tidak cukup membuatku terkejut, jantungku seakan terjun bebas begitu menangkap tiga motor yang terparkir di depan rumah. Ada Abra dan ketiga teman band-nya. Pacar Helga itu melambaikan tangan semangat, tersenyum lebar. Pandanganku kemudian menemukan Sam yang mengenakan hoodie biru dan celana jins hitam-sudah siap di atas motornya.

"Kin, lo bonceng sama Sam, ya! Cuma dia yang kosong."

" ... h-hah?"

⁺೨*˚·

notes:

mulai part depan kalo ada medianya di-play ya! aku enjoy banget kurasi lagu buat twinkles, kalo kalian mau dengerin klik link spotify aku di bio!♡♡

yogyakarta, 13 mei 2020.

twinkles.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang