⟦ 25 | menyala hidup ⟧
⁺೨*˚·
"Tes, tes. Oh, hai semua. Kenalin, gue Abra, vokalis dari Us As Four. Sebelumnya, makasih yang udah dateng ke kafe ini, entah bagi yang udah kenal band ini atau belum. Us As Four emang baru banget netes, tapi gue harap kalian bisa menikmati penampilan kami, ya! Lagu pertama yang bakal kami bawain judulnya One Only dari Pamungkas. Hope you enjoy!"
Oh, There you are
Sittin' still all stripes and lonely
Hidin', wishin', waitin'
While I'm, Here I am
Standin' still stare at you only
Everythin' gets blurryPanggung pertama setelah Sam benar-benar pulih dan sudah kembali ke sekolah seperti biasa. Dan juga, panggung pertama mereka sebagai Us As Four—nama yang terceletuk begitu saja usai mereka bercerita dan saling terbuka satu sama lain. Pada akhirnya, Sam menemukan titik di mana ia sadar kalau menyimpan segalanya sendirian terkadang bukan hal yang tepat. Ada orang-orang yang begitu berarti dan peduli; yang eksistensinya memang digariskan untuk saling berbagi suka dan duka.
Tak banyak yang tahu tentang mengapa Sam bisa opname di rumah sakit; cerita-cerita di balik luka-lukanya yang belum sepenuhnya pudar masih disimpannya dengan baik-baik. Cuma segelintir yang Sam beri tahu, termasuk Abra, Gibran, Krama, Helga, dan ... aku. Dan itu tidak mengubah Sam sama sekali. Sam masih baik ke semua orang. Tawa segarnya; kecermelangannya; Binar-binarnya. Semuanya masih sama.
Barangkali, satu-satunya yang berubah … adalah kita.
"Kin."
Sam tahu-tahu sudah berdiri di sebelahku.
"Gue cariin, ternyata lo malah di sini. Ngapain?"
Aku menatap langit. Kafe tempat Us As Four tampil hari ini mempunyai pekarangan belakang yang asyik dibuat menyendiri sambil memandangi langit. Semula aku bermaksud untuk ke kamar mandi, tapi melihat suatu lorong setelah urusanku selesai, aku tergugah untuk mencari tahu. "Nyari bintang," jawabku asal.
"Emang bintang di sebelah lo ini, nggak cukup?"
Otot pipiku rasanya pegal karenanya hari ini; seolah-seolah senyumku yang terus terkembang saat penampilannya tadi belum membuatnya merasa puas. "Sejak kapan lo ganti nama jadi Bintang?"
Sam menggerutu. "Nggak asik banget, sih, kan tadi gue ngegombal."
Saat itu juga, aku melihat kelip yang hilang timbul di langit. "Eh, Sam! Liat! Gue nemu satu bintangnya. Kecil banget, tapi. Lo liat nggak?"
"Nggak."
Kegiranganku lantas surut. Mataku menyipit ke arahnya. "Gue balik ke dalam aja, deh," ujarku.
"Eh, Kin," cegat Sam. Mengaitkan telunjuknya pada tali rambut di pergelangan kiriku saat aku hendak berbalik. Sam menarik tali rambut itu hingga lolos dari pergelanganku, sukses berpindah ke tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
twinkles.
Short StoryHanya tentang seorang Kinar yang ingin menyimpan kelap-kelip mata Sam. Kilanara Kinar mengagumi nyala hangat dari seorang Rasi Samudra, laki-laki super ramah yang tawanya menular dan disukai semua orang. Menyimpan rasa sukanya sendiri, Kinar dibawa...