21 | diluruhkan semesta

1.5K 381 52
                                    

⟦ 21 | diluruhkan semesta  ⟧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21 | diluruhkan semesta

⁺೨*˚·

Sam tidak pernah datang.

Tidak satu jam setelah kami berkumpul sesuai janji, tidak dua jam setelahnya, tiga, empat, sampai aku sudah kembali merebahkan diri di kasurku. Ponsel Sam tidak bisa dihubungi. Abra, Krama, Gibran, Helga, semuanya sudah bergiliran menelepon lelaki itu. Tapi, nihil. Tidak ada jawaban.

Aku memandang layar ponsel yang menampakkan profil LINE Sam. Foto profilnya adalah foto candid yang dibidik Abra ketika kami di Bali. Sam menggunakan kaos hitam polos dan dua tulang pipinya menonjol saking lebarnya ia tertawa. Kalau tidak salah, foto itu diambil ketika malam hari di suatu kafe di Seminyak.

"Ada urusan yang lebih penting, kali. Lagian nggak biasanya dia lupa ngabarin. Paling urgent banget sampe dia lupa gini." Begitu kata Abra, berusaha berpikir positif.

Aku pun menghela napas. Mungkin, begitu.

Ibu jariku menyentuh suatu simbol yang langsung mengantarkanku ke ruang obrolan bersama Sam.

Semoga apapun semoganya elo didenger terus dikabulin sama yang punya dunia, katanya.

Aku berusaha untuk tidak mengindahkan rasa kecewa karena ketidakhadirannya. Sepenting apa sih memangnya acara hari ulang tahun?

Perlahan-lahan aku bisa lupa akan absennya Sam. Sisa hari Sabtuku kuhabiskan dengan membantu mama merawat sukulen-sukulennya, sekaligus mencicil membungkus beberapa untuk dikirim ke alamat pemesan besok.

"Gimana tadi karaokeannya?" Mama tiba-tiba bertanya.

"Asik."

"Kedengarannya nggak gitu, tuh?" Kami bertukar tatap, lalu mama terkekeh. "Biasanya kamu rayain ultah sama mama papa, terus apalagi ini yang ketujuh belas dan tiba-tiba kamu pengen ngerayain bareng temen. Jadi, acaranya nggak berjalan sesuai rencana, ya?"

"Sesuai, kok."

"Ya udah, Mama percaya. Sam ngasih hadiah nggak? Mama penasaran dia tipe orang yang bakal kasih kado kayak apa."

Aku terdiam beberapa saat. "Sam nggak dateng, Ma."

"Loh, kenapa?"

"Nggak tahu. Nggak ada kabar."

Mama diam saja, sebelum berkata pelan, "Kin, nggak usah mikirin yang aneh-aneh, kadang yang berlebihan itu justru pikiran kita sendiri. Masih ada beberapa jam lagi, atau besok, atau lusa, pasti ada kabar."

Herannya, mama selalu benar. Atau, kerja semesta memang begitu adanya.

Telepon itu datang tak lama sebelum aku bersiap-siap untuk tidur. Suara Helga menyambutku. Mulanya aku tidak menerka apa pun.

"Kin."

"Kenapa, Hel?"

"Lo lagi apa?"

Aku mengernyit, terkekeh. "Serius lo nanya itu, Hel?"

"Jawab aja, Kinar."

"Iya, iya. Mau siap-siap tidur, nih."

Helga menghela napas. "Lo inget nggak tadi kita ngapain?"

"Ngapain?" Kerut dahiku datang lagi. Masa ia lupa? "Karaokean, kan?"

"Sam nggak dateng, kan, ya?"

"I ... ya?"

Hening panjang. "Sam masuk rumah sakit, Kin."

Oh.

"Sakit ... apa, Hel?"

"Dipukulin." Helga menghela napas lagi. "Besok gue sama Abra ..."

Suara Helga menipis, terdengar makin jauh, jauh, hingga cuma sunyi yang menyisa di rongga telinga. Dadaku berdebar. Debaran itu merebak ke atas, hingga aku merasakan desakan di tenggorokan, yang membuatku sadar aku tengah menahan napas sedari tadi.

"Lo ... abis jatoh, Sam?"

"Nggak, Kin. Abis berantem."

Apa, sih, yang ada di pikiran kamu waktu itu, Sam? Kenapa kamu menjawab pertanyaan itu dengan binar cerah yang membuatku terkecoh dan menganggap bahwa apa pun yang kamu lalui, tidak akan berani menyakitimu sebegitu buruknya?

Napasku lolos, tapi nyeri segera menyebar bersamaan dengan ruahnya air mata memabasahi pipi.

Semogaku hari ini adalah kamu yang mungkin saja tertidur sampai lupa janji, atau motormu mendadak mogok di tengah jalan, atau ponselmu jatuh dilindas kendaraan sampai tak ada kesempatan untuk mengabari. Tapi sepertinya ini perkara dunia yang tidak terlalu membuka telinga untuk mengabulkannya.

⁺೨*˚·

notes:

ehe triple apdet berarti ada yang jawab bener tentang sam kenapa! hiw cerita ini tuh cukup klise, gais, dan aku udah taro hint di part2 sebelumnya jadi pasti seenggaknya pernah deh terlintas di kepala kalian sam kenapa.

seklise apapun cerita ini semoga kalian bisa tetep nikmatin!!♡♡

semarang, 17 mei 2020.

twinkles.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang