⟦ 17 | potret rasa ⟧
⁺೨*˚·
Abrari Cettasaka has invited you to a group.
You joined the group.
Krama Baatara
Paan nih grup baruGibran Hatari
Ngapain lo braRasi Samudra joined the group.
Abrari Cettasaka
[link]
Nih foto di kamera gw
Isinya banyakan lu lu pada
Jd gw buat grup ajalah yaRasi Samudra
Thanks kamera AbraAbrari Cettasaka
Yang punya ga lo makasihin?
Cukup taw gwHm langsung ganti ava bocah
Rasi Samudra
Berisik
Yaudah
Makasih bra
Asli lo bakat ngefoto orang jadi makin cakepKrama Baatara
(2)Gibran Hatari
(3)Abrari Cettasaka
Apa gunanya
Giliran kalian yang ngefoto gue hasilnya zonk*
*
Fotoku sebenarnya tidak banyak. Tapi mengejutkannya, ada beberapa foto yang meletakkan aku dan Sam dalam satu bingkai. Aku bahkan tidak sadar siapa yang membidik foto tersebut. Dari saat di Kuta, sampai malam hari di Seminyak.
Satu foto mengingatkanku ketika Sam menyuruhku berjalan di depannya, foto itu menangkapku ketika aku menunduk mencari tisu di tas, sementara Sam di belakang menunjukkan senyum lebarnya. Ah, aku ingat. Saat itu aku memang melihat Abra menghadapkan moncong kameranya ke arah kami, tapi aku mengira ia memfoto Gibran dan Krama yang ada di depan. Tak menyangka, satu foto selanjutnya menampakkan wajahku begitu jelas, tak berekspresi, tapi mataku lurus menatap lensa. Sam masih dengan senyum khasnya, memiringkan kepala.
Latar di belakang kami saat itu memburam, memberikan aksen cahaya yang bulat-bulat saling menumpuk.
Rasi Samudra sent you a message.
Rasi Samudra
sent a photo
sent a photoKin
Foto yang ini bagus deh
Udah liat?Aku menghela napas, meredam segala riuh di dalam dada.
Kilanara Kinar
Udah
Abra jago banget
Gue bahkan ga sadar waktu difoto*
*
*
Rasi Samudra
Besok sore nonton nggak?
Mau gue jemput?Pesan itu membuatku terpekur. Ada luapan kesal, marah, tak berdaya yang mendesak.
Kenapa, sih, Sam?
Kupikir melepaskan akan mudah, tapi lama-lama dunia tampaknya memang ingin aku jatuh dalam perangkapku sendiri. Bagaimana caranya aku bisa membutakan diri dari kebaikan-kebaikan darinya kalau ia sendiri selalu hadir tanpa aku bisa menahannya?
Menelungkupkan ponsel ke muka sofa, aku memejam lama.
Lalu, kubalas pesannya.
Kilanara Kinar
Nggak perlu, Sam.
Gue belum tau bisa atau nggakRasi Samudra
Oke, kabarin gue aja ya nanti
Oh ya, Kin
Gue nggak keberatan kok
Suwer.*
*
"Anak Mama kenapa, sih?"
Mama duduk di sebelahku. Kami sama-sama menonton acara TV yang sedang menayangkan kartun. Mama sempat tertawa melihat kelakuan tokoh kartun itu, tapi aku sendiri sama sekali tidak menaruh perhatian.
Dan tentu saja Mama sadar akan diamku. "Kinar, kalau bingung, jangan disimpen sendiri. Yang ada kamu sama aja kayak muterin lapangan tanpa tahu kapan harus berhenti. Bikin capek."
Aku menoleh ke arah mama. Diberikannya senyum paling hangat. Dalam gerakan lambat, aku memeluknya dari samping. Mengistirahatkan kepalaku di pundaknya.
"Ada masalah ya sama Sam?"
Terperenyak, aku sampai menegakkan kepala kembali.
"Kinar, mama tuh yang ngelahirin kamu, yang ngebesarin kamu dari kamu nggak bisa apa-apa, sampe sekarang kamu tau-tau udah dianter pulang sama cowok. Gampang bagi mama buat ngebaca kamu." Mama menyentil hidungku gemas.
Aku menghela napas lesu. Kembali menyurukkan wajahku di pundaknya. Detik-detik bergulir. "Sam terlalu baik, Ma," terangku akhirnya.
Mama mengelus lenganku selagi membalas, "Dia baik. Mama setuju. Anaknya sopan, gampang akrab sama orang. Papa aja cerita gimana Sam ngajak papa ngobrol waktu tahun baruan. Bagi Mama justru itu nilai plusnya, kenapa kamu malah keliatan sedih?"
"Sam ... baik ke semua orang, termasuk Kinar. Kinar ngaku, kalo Kinar naksir Sam. Tapi lama-lama Kinar sadar, rasa suka ini ... bikin Kinar terus mengharapkan yang lebih ... yang nggak seharusnya."
Mama menghela napas. "Emang susah ya suka sama orang tanpa mengharapkan apa-apa. Hmm ... kamu mau denger cerita nggak? Percaya atau nggak, Mama pernah melalui apa yang kamu rasain sekarang. Gimana nggak enaknya, gimana hati kamu pasti kerasa berat. Mama nggak tau pasti gimana cara melalui itu semua, itu tugas kamu untuk menemukannya sendiri. Tapi, giamana kalo kamu coba untuk lebih terima rasa suka kamu ke Sam? Jadiin rasa suka itu sebagai penghargaan buat Sam, karena memang Sam berhak mendapatkannya. Dengan begitu, Mama rasa kita nggak bakal mengharap balasan. Kayak Mama ke kamu. Mama sayang kamu karena kamu memang anak Mama dan kamu berhak atas itu. Sukai dia sebebas-bebasnya, Kinar, jangan ditahan, asal masih tau batasannya."
Mataku menutup; kilas balik momen-momenku bersama Sam berkelebat, mengundang debaran di dalam dada. Caranya memulai konversasi, caranya tersenyum, caranya menolongku, caranya hadir dalam setiap kesempatan.
"Kinar, Mama dulu juga ngerasain gimana takutnya ketauan papa kalo Mama naksir papa. Takut ternyata papa nggak suka Mama, atau ternyata sukanya sama yang lebih cantik dari Mama. Tapi lambat laun Mama nggak peduli karena Mama sadar, itulah yang bikin capek. Rasa suka itu nggak harus digimana-gimanain, apalagi dibikin pusing; salurkan aja rasa itu ke orangnya. Anggap aja, kita ini kurir, yang dititipkan perasaan sayang itu dan harus menyalurkannya ke orang yang berhak tanpa perlu dapat imbalan apa-apa."
Dengan begitu, rengkuhanku mengerat memeluk mama.
⁺೨*˚·
notes:
bingung mau ngomong apa, tapi makasih yang udah ngikutin sampe sini✨
btw di media ada ardhito, udah di-play belum? xixi
semarang, 16 mei 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
twinkles.
Short StoryHanya tentang seorang Kinar yang ingin menyimpan kelap-kelip mata Sam. Kilanara Kinar mengagumi nyala hangat dari seorang Rasi Samudra, laki-laki super ramah yang tawanya menular dan disukai semua orang. Menyimpan rasa sukanya sendiri, Kinar dibawa...