Berujung Sial

4 2 0
                                    

Malam itu, suasana di dalam rumahku begitu sepi. Para tetangga juga sepertinya sudah pada tidur, karena tidak lagi terdengar obrolan malam. Tak lama, keris langit terlihat, suara gemuruh terdengar. Kusimpulkan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

Di rumah, kedua orang tuaku masih setia duduk di depan tv, sedangkan kakak perempuanku tengah belajar di kamarnya. Aku yang merasa bosan, lantas mematikan saluran listrik. Semuanya kompak berteriak.

"Danu!!! Pasti kamu yang jahil, ya? Kakak lagi belajar ini!" Kak Dina teriak pertama kali.

"Danu! Ini Bapak sama ibu lagi enak-enak nonton berduaan malah diganggu. Mana tadi ada adegan romantis, kepotong kan jadinya," sahut bapak dengan seru.

Semua ocehan mereka tak ada satupun yang aku tanggapi. Aku justru ke kamar ibu untuk mengambil sesuatu. Ketika semua yang kurencanakan telah siap, aku hadir di tengah-tengah mereka. Masih dengan posisi lampu yang mati.

Sebelum itu, aku sempatkan memutar sound kuntilanak. Aku sudah sangat yakin, kalau Kak Dina pasti akan takut. Dan benar saja, beberapa detik sound itu aku putar, Kak Dina langsung ke luar dari kamar dan duduk di antara bapak dan ibu.

Aku datang, dengan mukena putih yang aku pinjam dari ibu dan wajahku yang aku lumuri tepung. Sayangnya, belum juga sepenuhnya aku menghampiri mereka, Kak Dina langsung melempariku dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Termasuk sendal.

"Ibu ada tuyul! Pergi kamu! Masa tuyul pakek mukena, sih! Ih pergi! Jadi kamu, ya, yang suka ambil uang aku!" teriak Kak Dina sambil melempar sendal dan berhasil mengenai kepalaku.

Melihat Kak Dina seperti itu, lantas bapak dan ibu pun ikut-ikutan. Aku yang tadinya ingin mengejutkan mereka, justru aku yang kena pukulan. Sampai-sampai aku tak seimbang hingga menginjak mukena ibuku yang kepanjangan dan berakhir aku jatuh dengan kepalaku yang terbentur dinding.

"Hhhaha syukurin! Emangnya enak?" Kak Dina menertawakanku.

Aku yang tak terima refleks membuka suara. "Enak saja Kakak menertawakanku! Kepala aku sakit!"

"Oh jadi ini kelakuan kamu, ya! Danu kamu benar-benar, ya!" Kak Dina menghampiriku dan langsung menjewer telingaku.

Tak hanya itu, karena kesal ia juga menyiramku dengan tepung. "Ini! Sekalian kamu mandi tepung, biar jadi tuyul beneran!"

Aku meringis. Niatnya ingin menganggu, malah berujung sial.

***

Cermin humor karya toetikhdhyh_

Cukup DisimpanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang