"Bun, abang mana?" lirih laki-laki mungil yang terbaring di brankar rumah sakit.
Wajahnya penuh lebam. Kulitnya putih pucat. Tangannya terpasang selang infus.
"Udah, kamu istirahat aja," balas sang bunda tak kalah lirih.
Suasana ruangan serba putih itu sunyi. Hingga lelaki dengan kumis tipis datang dan membangun suasana.
"Adek udah enakan?" tanyanya menghilangkan sunyi.
Lelaki bernama Alfarezi itu hanya mengangguk. Pria berusia dua belas tahun itu tak ingin bersuara.
"Tadi kata dokter. Adek besok udah boleh pulang."
"Beneran, Yah? Berarti bisa ketemu Abang dong? Adek kangen banget sama Abang. Dua hari di rumah sakit ga ketemu Abang sama sekali."
Sejak pertengkaran yang cukup mengerikan itu terjadi. Sang bunda tak mengizinkan kakak adik itu bertemu. Bukan maksud memisahkan, hanya saja bundanya tak mau terjadi pertengkaran lagi.
"Abang Rizi liburan ke rumah nenek, Sayang. Tapi kita tetep tahun baruan bareng kok."
Alfarizi dan Alfarezi, dua saudara yang jika bertemu selalu bertengkar. Namun, jika berjauhan selalu menanyakan. Sayangnya berengkarnya bisa dibilang melebihi batas. Hingga sang adik masuk rumah sakit karena ulah sang kakak.
Liburan semester dimanfaatkan Rizi untuk ke rumah neneknya yang cukup jauh dari kota ini. Bukan maksud apa-apa. Hanya saja memberi waktu untuk kedua putranya saling baikan.
Dia tidak mau kedua anaknya berselisih hingga bertengkar dan menimbulkan luka yang lebih fatal. Cukup kali ini saja.
Mendengar itu Rezi yang tadinya semangat untuk pulang, menjadi hilang semangat.
"Tapi bisa kan video call?"
"Adek lupa kalo nenek tidak bisa pake handphone kayak adek?" tutur sang bunda pada putra bungsunya.
Ponsel yang digunakan neneknya adalah ponsel lama yang hanya bisa digunakan untuk telepon. Yang tidak ada jaringan internet.
"Kan Abang bawa ponsel, Bun."
"Kemarin tuh ponsel Abang ketinggalan di meja, Sayang. Abang kemarin buru-buru mau ke rumah nenek."
Jawaban dari sang bunda itu membuat Rezi kehilangan senyumnya. Ia sangat rindu pada sang kakak.
***
Tahun baru kali ini sangat dinantikan Rezi. Bukan kembang api yang menghiasi langit. Tapi kakak kesayangannya akan datang malam ini untuk merayakan tahun baru bersama.
"Yah, Abang masih lama ya?" tanyanya pada sang ayah. Itu bukan pertanyaan kali pertama. Namun sudah lima kali pertanyaan itu dilayangkan.
"Kamu kangen banget ya sama Abang kamu?" tanya sang Ayah mengusap surai putranya.
Rezi menjawab dengan anggukan.
"Bentar lagi Abang kamu datang kok. Ini lagi di perjalanan."
Rezi pun setia menunggu kedatangan sang kakak. Lelah menunggu hingga dia pun tertidur.
Rezi pun terbangun ketika ada yang menggoyangkan bahunya. Dia pun duduk dengan tangan mengucek mata untuk mengembalikan kesadaran.
"Abang sudah datang ya?"
"Belum, Sayang. Tadi katanya pengen lihat kembang api."
Senyum yang tadi terukir pun sirna. Harapan sang kakak untuk datang semakin kecil. Apakah bang Rizi-nya tidak jadi datang?
"Udah jangan cemberut. Lihat itu siapa yang ada di depan."
Tanpa menunggu waktu lama. Dia pun langsung melompat dan segera mencari keberadaan abangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Disimpan
ContoBerisi kumpulan cerita mini dan cerita pendek berbagai genre karya para member.